Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Origami untuk Tuhan



Malam separuh gulita

bulan separuh buta

jiwa separuh gila.


Mungkin pada tambang tua pengikat koran

atau pada kucing yang bergelung malas di atas kuburan

gadis itu akan kembali meneriakkan benci pada Tuhan.

Mungkin tidak...

tidak kali ini

terlalu jenuh untuk melakukannya lagi.


Setiap kali menukar air mata dengan bercangkir-cangkir sepi

dan menghitung setiap waktu yang tidak pernah dilewati

dia mengirimkan origami-origami

berisi  sumpah serapah untuk Tuhan, yang telah merampoknya keji.


Setiap kali membekap tangis dengan berlembar-lembar pilu

dia menulis sajak-sajak saru

untuk meledek Tuhan, yang telah membuat hatinya luruh.


Malam separuh gulita

bulan separuh buta

jiwa separuh gila.


Gadis terlalu lelah.

Kehilangan membuat semangat dan kewarasannya lumpuh

menyumbat aliran darah

dan menggerogoti paru-paru.


Gadis berjalan gundah ke lantai dua

membawa tambang tua.

Sebentar lagi, dia akan melepas beban hidupnya

untuk bertemu tunangannya.

Jika beruntung dan bisa bertemu Tuhan di sana,

dia akan meminta kembali ratusan origami yang pernah dikirimkannya.


_______ 


Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:





Komentar