Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Sambil Menyelam Minum Kopi



 
Orang-orang yang kecewa dengan kehidupan
sedang berenang di dalam cangkir-cangkir kopi hitam.
Mungkin dengan menyelam dan minum kopi yang pahit
mereka berharap dapat menetralkan getirnya kehidupan.

Beberapa waktu kemudian 
sebagian dari mereka berenang kembali ke tepi cangkir kopi.
Bukan karena sudah berhasil menuntaskan harapannya 
tapi karena lelah dan pahitnya kehidupan semakin kental terasa.

Sebagian lagi membiarkan dirinya kehabisan tenaga
hanyut
dan tenggelam.

Sementara itu
orang-orang yang kecewa dengan kopi yang pahit di dalam cangkir
berenang-renang dalam getirnya kehidupan.
Mungkin mereka berharap 
dengan berenang dan mereguk pahit di situ
mereka dapat menetralkan pahitnya kopi hitam yang disesapnya.

Di bawah purnama yang hening dan syahdu
aku pun memandang 
cangkir kopi hitamku yang tinggal setengah isi.
Apakah aku akan berenang di setengah cangkir yang kosong?
atau berenang di setengah cangkir yang terisi?


---


Pertama kali tayang di Kompasiana

Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:






Komentar