Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Gedung Koperasi




Gedung-gedung koperasi yang baru dibangun berdiri megah
tidak peduli jika di sekitarnya tanah kering bebatuan
tanah berpasir dan tanah berlumpur
semak belukar
atau rawa-rawa.
 
Gedung-gedung koperasi yang baru dibangun dicat mentereng
kuning emas
biru langit
ungu kecubung
dan warna bendera.
Tidak peduli jika di sekitarnya langit, tanah dan pepohonan
jadi berwarna abu-abu.
 
Gedung-gedung koperasi yang baru dibangun nampak bersih dan elegan
bak gedung-gedung perusahaan multinasional
tidak peduli di sekitarnya
rumah-rumah kumuh dan berdesak-desakan.
 
Gedung-gedung koperasi nampak sepi dan senyap.
 
Rakyat yang sedang berjuang menggambar masa depan
ternyata lebih memilih berlabuh di dalam rumah yang sederhana
tapi penuh kehidupan dan kebersamaan.
 
Gedung-gedung koperasi yang baru dibangun berdiri megah.
 
Tapi ....
dari hempasan badai
dari paparan matahari dan derasnya hujan
dari rayap dan tikus-tikus yang menggerogoti
entah berapa lama dia akan bertahan.



---


Pertama kali tayang di Kompasiana


Ilustrasi gambar oleh Olga Fil dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Komentar