Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Pura-pura Gila


 

Butuh kegilaan untuk memahami kegilaan yang lain
karena jika waras menjadi standar penilaian
maka yang gila akan selalu terlihat buruk
atau malah sebaliknya
terlalu luar biasa.



Kita hidup di dunia yang kian menggila.
Bukan
bukan karena mengejar waktu yang kita ciptakan sendiri
tetapi memang karena neuron dan sinapsis peradaban telah menua dan rapuh
tak kuat menopang kecerdasan kita.

Lihat saja
manusia lebih sibuk menyapa diri sendiri dibanding sesama
realita jadi lebih fiktif daripada novel picisan
degradasi moral
pemujaan egosentris
saintis meninggalkan laboratorium untuk mengunyah elegi dan balada
dan penyair berdebat tentang teori hukum modern di layar kaca.

Temukan pergeseran kewarasan lainnya, Kawan
temukan kegilaan di samping tempatmu meneropong lini masa

Suatu saat
mereka yang waras pun akan merasa menjadi bagian dari yang gila
dan yang gila merasa waras lalu menertawakan kewarasan.

Dan akhirnya untuk bisa bertahan
kita harus pura-pura gila, Kawan.

...
atau malah pura-pura waras?



----



Pertama kali tayang di Kompasiana


Ilustrasi gambar dari pixabay.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar