Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Jeda Irama

gambar dari: www.recordedsound.no

Derap kehidupan meredup detik ini, bagai tetes embun di atas telaga keteduhan. Menitik, tenggelam... dan terus tenggelam ke dalam lubuk keheningan. 

Setiap orang butuh titik balik yang menjatuhkannya ke dalam kehampaan yang paling bermakna, dan keheningan yang memekakkan telinga agar mereka tahu... 


Kehidupan adalah sebuah irama yang dinamis bagai siklus rembulan. 


Kita telah menaklukan gunung-gunung, menyeberangi badai yg dahsyat dan berjibaku di bawah tempaan matahari. Namun kadang kita jg harus berpasrah,statis dan meredup seperti detik ini. Tenggelam ke dalam telaga keteduhan, memeluk doa dan harapan. 


Kita adalah kehidupan, kita adalah irama.

____________________________________________


 photo Jangancopasing.jpg

Komentar