Postingan

Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Peri Salju yang Kesepian

Menunggu

Membunuh Waktu

Gelap dan Terang

Pengantin Bom

Kupu-kupu yang Singgah Sebentar di Kaca Jendela

Berapa Lama Kita Kuat Menyimpan Rahasia Ini

Canting Kemarau

Senyum Misterius dari Masa Lalu

Rompi Rajut

B Kehilangan Heart

Gara-gara Akuntan Bodoh

Melodi yang Bisa Dimakan

Bahagianya Diputus Cinta

Kinmi dan Bintang Jatuh

Politik Dua Kaki dan Agen Ganda

Dirajah Sembilu

Kolektor Lukisan

Aku dan Kewarasanku

Nasi Campur