Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Siang ini aku mendapat paket dari
pengirim yang tak dikenal. Isinya sebuah senyum yang dirias apik dengan pita
biru metalik.
Senyuman itu …
Senyum yang hangat tapi dingin sekaligus, senyum yang tulus tapi licik sekaligus, senyum yang teduh tapi liar sekaligus. Entah di mana, samar-samar aku mengenal senyum itu, seperti gema dari masa lalu.
Jawabannya
muncul sesampai di rumah saat aku mencoba memajang lukisan senyum itu di salah
satu pigura ruang keluarga.
“Lah, ini kan
senyum mantan pacar kamu,” ucap istriku berang.
Aku menepuk
jidat membenarkan, dan langsung menurunkan lukisan itu sesegera mungkin.
“Kamu masih
suka ya sama dia?” tanyanya lagi masih dengan nada tinggi.
“Tidak-lah,
Sayang. Aku malah sudah lupa sama sekali. Dia sudah lama mati, bukan? Baiklah
nanti lukisannya aku kasih salah satu teman bisnis. Atau ... dibakar saja
sekalian,” sahutku sembari memeluknya penuh cinta.
Aku
mencari-cari kepingan memori yang berceceran. Ya, kopi tubruk dan sianida. Ini penyebab kematian pemilik senyum
misterius itu. Sebuah “kejahatan kecil” yang syukurlah, belum terkuak sampai
hari ini.
Tapi mengapa
setelah bertahun-tahun kemudian senyum itu kembali hadir?
Dalam satu
kejap, film petualangan cinta kami dulu yang penuh gairah meluruhkan
dinding-dinding logika memenuhi pandangannku.
Dia tidak
benar-benar mati. Kabar kematian itu dipalsukan untuk menenangkan hati wanita
yang saat ini sedang menghanyutkan diri dalam dekapku.
“Apa yang kamu
pikirkan, Mas?”
“Aroma shampo kamu yang ini selalu bikin aku
ingat pertama kita ketemu dulu...”
Aku terpaksa berbohong. Aku akan segera menguak tabir senyuman misterius itu, dimulai dari alamat yang tertera pada paket. Jika aku bisa membuatnya pergi dari kehidupanku dengan caraku sendiri, mungkin aku juga bisa membuatnya kembali.
---
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
Komentar