Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Senyum Misterius dari Masa Lalu

 


Siang ini aku mendapat paket dari pengirim yang tak dikenal. Isinya sebuah senyum yang dirias apik dengan pita biru metalik.

Senyuman itu …

Senyum yang hangat tapi dingin sekaligus, senyum yang tulus tapi licik sekaligus, senyum yang teduh tapi liar sekaligus. Entah di mana, samar-samar aku mengenal senyum itu, seperti gema dari masa lalu.

Jawabannya muncul sesampai di rumah saat aku mencoba memajang lukisan senyum itu di salah satu pigura ruang keluarga.

“Lah, ini kan senyum mantan pacar kamu,” ucap istriku berang.

Aku menepuk jidat membenarkan, dan langsung menurunkan lukisan itu sesegera mungkin.

“Kamu masih suka ya sama dia?” tanyanya lagi masih dengan nada tinggi.

“Tidak-lah, Sayang. Aku malah sudah lupa sama sekali. Dia sudah lama mati, bukan? Baiklah nanti lukisannya aku kasih salah satu teman bisnis. Atau ... dibakar saja sekalian,” sahutku sembari memeluknya penuh cinta.

Aku mencari-cari kepingan memori yang berceceran. Ya, kopi tubruk dan sianida. Ini penyebab kematian pemilik senyum misterius itu. Sebuah “kejahatan kecil” yang syukurlah, belum terkuak sampai hari ini.

Tapi mengapa setelah bertahun-tahun kemudian senyum itu kembali hadir?

Dalam satu kejap, film petualangan cinta kami dulu yang penuh gairah meluruhkan dinding-dinding logika memenuhi pandangannku.

Dia tidak benar-benar mati. Kabar kematian itu dipalsukan untuk menenangkan hati wanita yang saat ini sedang menghanyutkan diri dalam dekapku.

“Apa yang kamu pikirkan, Mas?”

“Aroma shampo kamu yang ini selalu bikin aku ingat pertama kita ketemu dulu...”

Aku terpaksa berbohong. Aku akan segera menguak tabir senyuman misterius itu, dimulai dari alamat yang tertera pada paket. Jika aku bisa membuatnya pergi dari kehidupanku dengan caraku sendiri, mungkin aku juga bisa membuatnya kembali.


--- 


gambar dari freepik.com

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:




  

Komentar