Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Aku berlari telanjang kaki, mengejar kupu-kupu yang singgah sebentar di kaca jendela. Sayap kupu-kupu itu berwarna kuning dengan garis-garis hitam. Dia terbang laju sekali. Walau teknologi respirator yang aku gunakan adalah versi terbaru, napasku tetap terengah-engah dibuatnya.
Kerikil-kerikil tambang yang tajam, tanah becek karena hujan semalam dan
aspal panas menyapa telapak kaki yang nyaris kebas.
Napasku terengah-engah tapi aku tetap kehilangan kupu-kupu itu di
pertigaan. Sayangnya dia tidak sempat mengucap satu kata salam pun yang bisa
jadi petunjuk ke arah mana dia pergi.
Kanan ke arah taman kota yang dibangun dari program CSR sebuah perusahaan
air mineral multinasional. Kiri ke arah hutan hujan buatan yang dibangun dari
program CSR perusahaan air mineral multinasional lainnya.
Karena sama sekali tidak bisa menentukan pilihan, aku pun membalikkan
badan dengan kecewa dan kembali berjalan ke arah rumah. Belum berjodoh
dengan kupu-kupu itu. Padahal sudah puluhan tahun aku tidak pernah lagi
melihat kupu-kupu sungguhan.
Sesampainya di kamar, aku tertegun. Kupu-kupu yang kukejar tadi muncul
kembali di kaca jendela. Aku mendekat. Rupanya bukan hanya satu, ada tiga
kupu-kupu bersayap kuning garis hitam lainnya. Mereka hinggap di daun-daun
bunga kertas yang aku tanam di samping rumah. Bunga kertas sungguhan.
Tentu saja dia akan kembali. Di taman kota
atau di hutan hujan buatan, sebagian besar tumbuhan di sana adalah imitasi, dibuat
dari plastik dan bahan-bahan sintetis lainnya. Hanya sebagian kecil tumbuhan
yang asli, itupun hasil kultur jaringan di ruangan-ruangan laboratorium.
Sayangnya mereka lagi-lagi hanya singgah sebentar. Sebelum tanganku
terjulur pada kupu-kupu yang bertengger di kaca jendela, mereka sudah terbang
bersamaan ke arah jalanan.
Apa yang akan kulakukan? Aku pun
menyebut beberapa kode untuk kembali mengaktifkan mode sport pada
respiratorku. Ya, aku akan kembali mengejar mereka. Kali ini tidak boleh
ketinggalan.
Tapi, kalaupun ketinggalan seperti tadi … mudah-mudahan mereka akan kembali membawa teman yang lebih banyak, sehingga saat pulang nanti rumah ini akan dipenuhi kupu-kupu. Bisa jadi, kan?
---
Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari Pixabay
Komentar