Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Kupu-kupu yang Singgah Sebentar di Kaca Jendela



Aku berlari telanjang kaki, mengejar kupu-kupu yang singgah sebentar di kaca jendela. Sayap kupu-kupu itu berwarna kuning dengan garis-garis hitam. Dia terbang laju sekali. Walau teknologi respirator yang aku gunakan adalah versi terbaru, napasku tetap terengah-engah dibuatnya.

Kerikil-kerikil tambang yang tajam, tanah becek karena hujan semalam dan aspal panas menyapa telapak kaki yang nyaris kebas.

Napasku terengah-engah tapi aku tetap kehilangan kupu-kupu itu di pertigaan. Sayangnya dia tidak sempat mengucap satu kata salam pun yang bisa jadi petunjuk ke arah mana dia pergi.

Kanan ke arah taman kota yang dibangun dari program CSR sebuah perusahaan air mineral multinasional. Kiri ke arah hutan hujan buatan yang dibangun dari program CSR perusahaan air mineral multinasional lainnya.

Karena sama sekali tidak bisa menentukan pilihan, aku pun membalikkan badan dengan kecewa dan kembali berjalan ke arah rumah. Belum berjodoh dengan kupu-kupu itu. Padahal sudah puluhan tahun aku tidak pernah lagi melihat kupu-kupu sungguhan.

Sesampainya di kamar, aku tertegun. Kupu-kupu yang kukejar tadi muncul kembali di kaca jendela. Aku mendekat. Rupanya bukan hanya satu, ada tiga kupu-kupu bersayap kuning garis hitam lainnya. Mereka hinggap di daun-daun bunga kertas yang aku tanam di samping rumah. Bunga kertas sungguhan.

Tentu saja dia akan kembali. Di taman kota atau di hutan hujan buatan, sebagian besar tumbuhan di sana adalah imitasi, dibuat dari plastik dan bahan-bahan sintetis lainnya. Hanya sebagian kecil tumbuhan yang asli, itupun hasil kultur jaringan di ruangan-ruangan laboratorium.

Sayangnya mereka lagi-lagi hanya singgah sebentar. Sebelum tanganku terjulur pada kupu-kupu yang bertengger di kaca jendela, mereka sudah terbang bersamaan ke arah jalanan.

Apa yang akan kulakukan? Aku pun menyebut beberapa kode untuk kembali mengaktifkan mode sport pada respiratorku. Ya, aku akan kembali mengejar mereka. Kali ini tidak boleh ketinggalan.

Tapi, kalaupun ketinggalan seperti tadi … mudah-mudahan mereka akan kembali membawa teman yang lebih banyak, sehingga saat pulang nanti rumah ini akan dipenuhi kupu-kupu. Bisa jadi, kan?   


---

Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari Pixabay   


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:





Komentar