Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

B Kehilangan Heart






B selalu saja punya jawaban untuk menutupi kesalahan saat oleh Heart, kekasihnya. Sore ini contohnya. Secara terang benderang Heart melihat B menggandeng tangan gadis lain keluar dari bookstore yang berlokasi dalam mal terbesar di kota mereka. Setelah pemandangan mengejutkan itu, Heart berlari menuruni eskalator dan berusaha mengekori mereka yang nyaris menghilang di balik keramaian pengunjung.



Heart baru sampai pada B saat cowok tampan itu melambai pada gadis asing yang telah dibawa pergi taksi daring. B sedikit terkejut memang. Tapi hanya sesaat sebelum bisa bersikap tenang kembali.

“Dia itu sepupu aku, Darling. Baru sampai dari luar kota dan minta ditemani shopping-shopping. Kamu kalau cemburu gitu tambah cantik deh,” sahut B saat Heart memberondonginya dengan pertanyaan.

“Sepupu yang mana? Sarah? Zee? Ajeng? Kok aku baru lihat? Terus, apa iya mesti gandengan tangan kayak orang pacaran gitu?” lanjut Heart.

B pasang senyum manis lagi. “Lah, kamu kan tahu papa mama aku itu keluarga besar, jadi aku punya banyak banget sepupu. Kayaknya yang tadi itu memang belum kamu kenal, kok. Namanya Gina. Kapan-kapan aku kenalin,” sambungnya.

B lalu menggenggam tangan Heart. “Nah, mumpung sekarang kita ketemu di sini, cari makan yuk. Sudah laper banget nih,” ucapnya lagi. “Habis itu baru aku siap-siap siaran.”

Heart baru ingat, iya sore ini jadwal B siaran di salah satu radio favorit anak muda di kotanya. Homebase stasiun radio itu di lantai empat mal tersebut. Dia pun luluh dan pasrah pada ajakan B.

Tak sampai seminggu kemudian, Heart kembali mendapati B bersama Gina di apartemen B. Heart memiliki kunci duplikat apartemen B sehingga bisa leluasa keluar masuk apartemen tersebut.

Rencana sebenarnya mau membuat surprise pada B, karena dia ternyata pulang sehari lebih awal dari dinas kantor di luar kota.

Tapi apa yang terjadi? Justru Heart yang terkejut karena di dalam apartemen, B dan Gina berdua saja dengan kondisi nyaris telanjang. B hanya memakai boxer dan Gina hanya mengenakan bra dan celana super pendek. Berbagai pikiran jelek langsung melintas di benak Heart.

Gina yang merasa tidak enak, buru-buru mengenakan pakaian yang lebih pantas lalu pamit dari situ.

“Maaf ya, Kak. Saya permisi dulu,” ucapnya singkat dan dingin sebelum meninggalkan apartemen.

Lagi-lagi B berhasil mengalahkan emosi Heart dengan jawaban-jawaban taktisnya.

“Jangan salah sangka gitu dong, sayang. Aku dan Gina waktu kecil dulu itu dekeet banget. Jadi sudah tidak malu-malu lagi berpenampilan kayak gini. Kamu kok gak bilang-bilang mau pulang lebih cepa? Kalau tahu kan bisa aku jemput di airport. Maaf kalau sudah bikin kamu sedih ya.”

B memeluk Heart erat-erat setelahnya. Heart pun seperti biasa akhirnya luluh lagi, apalagi pada posisi di antara otot bisep B yang hangat dan menenangkan.

Setelah meninggalkan apartemen B, Heart baru merasa aneh. Ada konflik di dalam batinnya. Di satu sisi dia merasa B sedang mengkhianatinya jadi harus segera meninggalkan B, tapi di sisi lain rasa cinta membuatnya tidak bisa jauh-jauh dari B.

Karena larut dalam pergulatan batin itu, dia jadi tidak fokus lagi pada setir mobilnya, dan kecelakaan pun tak terhindarkan.

Tanpa sadar Heart melanggar lampu merah dan sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam mobilnya dari sisi kanan. Heart tewas di tempat dalam tabrakan maut itu.

Sepeninggal Heart, B baru merasakan kehilangan. Dia baru menyadari selama ini dia telah menyia-nyiakan cinta di antara mereka dengan terus melakukan petualangan asmara di belakang Heart dan berbohong di hadapannya.

Didera dengan rasa bersalah dan kehilangan mendalam membuat B mencoba mencari jalan keluar sendiri. Dia berpikir dengan terus melakukan petualangan bersama gadis-gadis lain, dia bisa sejenak keluar dari kemelut pikirannya. Tapi ternyata tidak bisa. Pada suatu pagi yang dingin, gadisnya yang lain dengan tubuh telanjang di balik selimut berteriak histeris memandang tubuh B yang sudah kaku tergantung di langit-langit kamar. B sudah membuat pilihan yang tidak akan disesalinya lagi.

---


ilustrasi gambar dari https://en.wikipedia.org/ 

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:



 


Komentar