Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Ayo pulang, Nak,”
Emak sudah berkali-kali memanggil bocah yang asyik bermain di rumah tetangga. Tapi si bocah tidak terlalu peduli dengan panggilan itu.
Rupanya di rumah tetangga dia
disuguhi aneka makanan dan minuman. Dia juga punya mainan di sana. Ini yang
membuatnya betah.
“Sudah, Mak. Masih asyik dia.
Sebentar aja lagi baru dipanggil pulang,” sahut ibu tetangga dari atas kursi
malasnya di beranda. Dia sejak tadi selalu menimpali panggilan Emak.
Emak menggeleng. “Dia sudah main
lama sekali, Bu. Gak enak,” sahut Emak.
“Ah, gak apa-apa kok.”
Tapi kali ini Emak sepertinya
ngotot. Kalau tadi hanya dipanggil-panggil dari depan pintu, kali ini Emak ikut
masuk ke dalam ruang tamu.
“Tom!” panggil Emak kepada bocah usia
7 tahunan yang sedang asyik di situ. Ada mobil-mobilan di kedua tangannya dan
banyak sisa coklat di sela-sela bibirnya. Bocah itu memalingkan wajahnya ke
asal suara.
“Ayo pulang.”
Tom pasang ekspresi tidak setuju.
Emak pun mendekat lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Ekspresi Tom berubah.
“Bener, Mak?” tanya Tom antusias.
Emak mengangguk-angguk mantap.
Entah apa yang tadi dibisikannya. “Makanya ayuk, buruan pulang. Eh, pamit dulu
sama tante.”
Tom pun mengembalikan mainan-mainan
di tangannya ke tempatnya, lalu pamit pada ibu tetangga. Emak menimpali. Tidak
lama kemudian mereka sudah berjalan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah Tom terkejut. Dia
disambut dengan meriah oleh orang-orang rumah. Ada Bapak, dan kakak-kakaknya. Juga
ada hiasan pita warna-warni dan puluhan balon di ruang depan. Aneka makanan dan
minuman favoritnya pun sudah tersedia di meja.
Semua orang memeluk Tom kecil
dengan bahagia. Bagaimana tidak? Mereka sudah menunggu momentum ini selama 19
tahun lamanya. Tom sekarang sudah kembali ke rumah.
Komentar