Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sepanjang perjalanan dari kantor ke rumah, perasaanku tidak
enak. Entah mengapa. Mestinya aku bahagia. Tadi big boss memanggilku ke ruangannya dan menanyakan kesiapanku
berpindah divisi, sekaligus berpindah level manajemen, setingkat lebih tinggi.
“Kinerja kamu setahun
ini seperti bintang kejora. Bersinar,” ucapnya.
“Siap, bos. Aku coba. Mudah-mudahan tetap bisa memberikan
yang terbaik untuk perusahaan,” sahutku.
“Mesti itu artinya kamu harus pindah kota?”
Aku terdiam sejenak. Wajah Mirina langsung terbayang di
benakku.
“Iya, boss,” sahutku sambil menjaga agar suaraku tidak
bergetar.
Begitu sampai di
rumah aku memberitahu kabar tentang promosiku itu kepada Mirina, kekasihku.
Sebenarnya, aku butuh support darinya, agar bisa melangkah dengan plong. Tetapi
Mirina justru marah-marah tidak karuan. Mungkin ini yang membuat perasaanku
tidak enak sepanjang jalan pulang dari kantor tadi.
Tapi keputusanku sudah bulat. Toh sesekali kami bisa saling
berkunjung. Jarak kota kami hanya sejam perjalanan udara jauhnya.
-----
Setahun kemudian.
Hubungan kami semakin hambar. Akhir-akhir ini kami jarang sekali
bertukar sapa lewat sosial media , atau saling menelepon seperti yang sering kami
lakukan saat aku baru dipindahtugaskan dulu.
Di antara jam-jam lemburku, habit orang-orang finance saban
akhir bulan, pesan dari Mirina masuk. Mataku berbinar-binar kembali, lalu
cepat-cepat membuka pesan itu.
“Jay, aku capek dengan hubungan kita seperti ini. Aku tidak
kuat di-LDR-in lama-lama, Jay. Jadi mungkin kita jalani hidup kita masing-masing
saja mulai malam ini. Kita putus. Maaf ya Jay, kalau selama ini sudah membuatmu
susah dengan segala keegoisanku.”
That’s it.
Aku diputus cinta hanya lewat pesan sosmed se-simple itu.
Mestinya aku sedih kali ini, tapi… kenapa rasanya aku malah
bahagia ya? Rasanya hidup lebih ringan.
Handphone-ku
bernyanyi,
“Halo, Ri,” sapaku pada si penelpon.
“Mas Jay lembur lagi, ya? Masih lama, nggak?” terdengar
suara merdu Chery, tetangga kontrakanku.
“Iya, nih, Ri. Emang kenapa?”
“Aku baru abis masak Sop Iga nih, Mas. Kalau mau, ntar aku anterin ke kantor Mas Jay. Kebetulan aku sama mbak Sofi mau ke
rumah saudara. Tinggalnya di sekitar kantor mas Jay…”
Aku tersenyum. Mungkin inilah yang membuat aku
tidak jadi bersedih diputus cinta malam ini.---
gambar dari https: www.vectorstock.com
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
Mak Comblang Getir
Komentar