Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Badrun dan Rukmini hari ini resmi jadi pasangan suami istri.
Momen berbahagia mereka dirayakan di desa kelahiran Rukmini di pedalaman Jawa
Barat. Badrun yang asli Luwu pun memboyong keluarga besarnya jauh-jauh dari
Sulawesi untuk menghadiri hajatan ini. Untunglah Badrun dan Rukmini sama-sama berkarir,
kendati hanya pegawai swasta dengan gaji standar sehingga untuk tetek bengek biaya
pernikahan, mereka mampu membiayainya secara mandiri.
Akhirnya seluruh rangkaian acara pernikahan tuntas. Keluarga
kedua belah pihak lega karena acara demi acara berlangsung lancar. Memang tadi ada
sedikit insiden kehabisan gulai bebek. Untunglah paman Rukmini seksi konsumsi yang
pengusaha catering sigap dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya masalah tersebut bisa diselesaikan.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kini sebagian
besar keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Yang tersisa di rumah
Rukmini hanyalah keluarga inti dan keluarga dekat mereka. Masing-masing membagi
diri di rumah Rukmini yang mungil namun asri itu dalam suasana penuh
kehangatan. Para orang tua menikmati relasi perbesanan yang baru di teras rumah
ditemani singkong rebus, teh dan kopi yang mengepul. Di ruang tamu dan dapur, kaum
wanita di bantu beberapa pria berbenah dan bersih-bersih sisa pesta tadi siang.
Di kamar pengantin, Badrun, Rukmini ditemani beberapa saudara sedang menghitung
amplop dan kado yang dihadiahkan para tamu.
Kini semua amplop tuntas dihitung. Tidak lupa mereka
mencatat setiap nama tamu dan nominal sumbangannya.
“Berapa total uang dari para tamu, sayang?” tanya Badrun
pada Rukmini.
“Nggak banyak, mas,” sahut Rukmini lalu menyebut deretan
angka.
Air muka Badrun sedikit berubah.
“Jauh sekali dari prediksi kita ya,….”
Rukmini mengangguk. “Panen masih satu dua bulan lagi, mas.
Lagian sekarang kan tanggal tua. Warga kampung yang pegawai juga belum pada
gajian…,”
Badrun pun mendekatkan bibirnya ke kuping Rukmini biar
kata-katanya tidak didengar orang di sekitar situ.
“Makanya saya heran, orang tua kita kemarin itu rembuk menentukan
tanggal kawinnya lamaaa sekali… bolak-balik, bolak-balik. Pakai konsultasi sama
sesepuh segala, katanya biar tanggal kawinnya bagus, rejeki kita dilancarkan….
Nah, ini buktinya apa?!”
Rukmini tertawa kecil.
“Udah, mas. Kita yang sabar saja….,”
Dan suasana
ketidaknyamanan itu pun berlanjut.
Menjelang midnight,
dua adik perempuan Badrun yang masih SMA dan SMP ngotot minta tidur di kamar
pengantin. Mereka memang cukup akrab dengan kakak iparnya, Rukmini. Orang tua
Badrun sudah menyuruh adik-adiknya ikutan tidur di ruang tamu bersama
bibi-bibinya dan keluarga yang lain. Tapi Rukmini mencegahnya,
“Biar Mega sama Sari tidur di kamar kami saja, Ma, Pa…
mumpung kita masih bertemu. Besok kalau keluarga dari Sulawesi sudah balik,
terus kami juga sudah mulai sibuk dengan kerjaan, kan susah kumpul-kumpul
begini lagi,” tutur Rukmini bijak.
Badrun yang sudah ngebet mau malam pertama sama istri
tercinta pun terpaksa mengalah. Lagian, tidak enak juga rasanya mau enak-enakan
sementara saudaranya yang lain bersempit-sempit ria di luar sana.
******
Akhirnya Rabu pagi empat hari kemudian, keluarga dari
Sulawesi harus pamit pulang kampung setelah berada kurang lebih seminggu bersama
keluarga baru mereka. Dua mobil Kijang Rental pun didatangkan untuk mengangkut
rombongan tersebut ke Bandung sebelum terbang kembali ke Makassar.
Badrun dan Rukmini mengantar sampai ke perbatasan desa. Mereka
tidak risau karena kakak Rukmini yang tinggal di Bandung menemani perjalanan keluarga
Badrun.
Sejak pagi, Badrun nampak cerah. Belum pernah dia se-plong ini ditinggalkan ibu bapak dan
saudara-saudaranya.
Sejak hari pernikahan dia memang sudah countdown dan menunggu datangnya hari ini. Dengan kepulangan
keluarganya berarti kamar pengantin sepenuhnya jadi milik mereka berdua. Itu artinya,
Badrun dapat mempersembahkan seluruh jiwa dan raganya pada Rukmini malam ini.
Malam pertama gitu loh.
Menjelang malam, Badrun curi-curi waktu ke dapur, melahap
madu dan telor ayam kampung yang sudah jauh-jauh hari dipersiapkannya. Dia
ingin “pertunjukkan” malam itu berlangsung sempurna.
Saat waktu tidur hampir tiba, Badrun mulai meluncurkan
rayuan maut dan jurus-jurus genitnya. Rukmini sampai senyam-senyum geli. Tapi setelah
tiga jurus berlalu, Rukmini menyampaikan sesuatu yang bikin suasana jadi hening.
“Mas, malam ini kayaknya kita belum bisa malam pertama dulu
deh. Tamu bulananku datang lagi
nih…,”
Badrun kelihatan hampir shock.
“….mesti nunggu ya… dua hari lagi deh. Mas yang sabar yaa…”
Badrun pun menempelkan jidatnya di tembok kamar pertanda
kecewa berat.
“Pengantin baru banyak amat ya cobaannya….,” sahutnya lemas.
Rukmini tersenyum lagi. Lalu mengelus pundak Badrun suami
tercinta.
“Aku bercanda, mas! …,”
Mata Badrun langsung berbinar-binar.
“Bener??!...”
Rukmini mengangguk pasti.
“Bukan dua hari mas, mestinya masih nunggu lima hari lagi….,”
Badrun merasa kepalanya tiba-tiba pening. Dia pun pingsan
dengan sukses. Rukmini menjerit karena terkejut,
lalu buru-buru memanggil orang serumah untuk membantu mengangkat suaminya.
Nasib…. nasib…!
______________________
ilustrasi gambar dari: www.widydarma.com
Baca Juga:
Komentar