Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Warga desa Manukampret girang bukan kepalang. Proyek
pembangunan jembatan penghubung dengan desa tetangga, Manukampus, sepanjang 60
meter telah kelar tuntas. Pembangunan jembatan ini telah lama dirindu-rindukan.
Selama ini untuk sampai ke desa Manukampus warga harus mengangkut sepeda motornya
ke atas rakit. Jika hujan turun lebat dan arus sungai menderas, mereka harus
memutar melaluui desa lain yang hampir tiga kali lipat jauh jaraknya.
Syukurlah kali ini cerita sedih itu tidak terjadi lagi. Berkat
jembatan baru, transportasi darat antara desa Manukampret dan desa Manukampret semakin
lancar. Sepeda motor, delman, pejalan kaki, bahkan terlihat satu dua mobil
telah melintas di atas jembatan tersebut.
Kabarnya beberapa hari lagi, warga desa Manukampret dan
Manukampur akan mengadakan syukuran atas suksesnya pembangunan jembatan
tersebut. Bapak Camat pun berkenan hadir pada syukuran tersebut.
Naasnya, malam sebelum acara berlangsung, hujan lebat
berkepanjangan datang melanda. Air sungai pun meninggi dan menderas. Warga
disekitar jembatan yang hampir tertidur lelap karena kelelahan usai kerja bakti
membangun panggung hajatan serempak terkejut. Mereka mendengar suara derak yang
keras menggelegar, datangnya dari arah jembatan. Warga pun berhamburan keluar
rumah dengan penerangan dan mantel seadanya, untuk mencari tahu apa gerangan
yang terjadi.
Semua orang pun menatap tak percaya.
Matahari yang datang bersama pagi memperjelas peristiwa
pahit yang baru saja terjadi. Jembatan yang akan mereka rayakan syukurannya
rupanya patah terbawa hanyut oleh arus sungai yang deras. Untung tidak ada
korban jiwa pada saat kejadian.
Bejo dan Jojo, pemuda warga desa Manukampret berbincang
dengan ekspresi hampa.
“Wah, tak disangka. Baru beberapa hari dipakai, jembatan
kita sudah amblas broer…,” ucap Bejo.
“Iya. Sebenarnya mbah Tukupret sudah lama memperingati pak
Kades supaya menghentikan kontraktor yang membangun jembatan tersebut,” sahut
Jojo.
“Oh ya?”
“Iya. Dia melihat pembangunan jembatan tersebut penuh aura
hitam….,”
“Yah, susah dong kalau kayak gitu. Artinya kita selamanya
tidak bisa punya jembatan ke Manukampus,…,” sahut Bejo.
“Yang bermasalah bukan pembangunan jembatannya, tapi..… sst,
sumber dananya..!!”
“Maksudnya?” Bejo semakin bingung.
“Sumber dana pembangunan jembatan itu dari Dana Aspirasi,
dana panas…..,”
“Ooh gitu,” Bejo mengangguk-angguk pura-pura paham.
____________________________
Komentar
Trims mbak Putri sudah mampir