Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Teracephus, Salah satu kapal induk milik
Federasi sedang mengangkasa di salah satu sudut galaksi Bimasakti, dekat gugus
bintang RT645. Puluhan tahun lalu, kapal perang raksasa itu menjadi saksi bisu
ekspansi manusia yang penuh arogansi sebagai spesies superior. Planet demi
planet yang mengandung air dan oksigen satu per satu ditaklukkan untuk menjadi rumah
baru bagi manusia.
Kemajuan sains adalah salah satu pemicunya. Perkembangan
teknologi dalam bidang medis dan biologi yang pesat membuat angka kematian
manusia bisa ditekan sampai tingkat paling rendah yang pernah dibayangkan.
Akibatnya planet bumi dengan segala keterbatasan sumber daya alamnya tidak
memadai lagi untuk menopang ledakan penduduk.
Planet yang memiliki potensi kehidupan
diduduki tanpa ampun. Koloni-koloni pun didirikan. Ras-ras pribumi dianggap
hama yang harus dibumihanguskan segera. Jika terjadi perlawanan, maka armada
perang lengkap pun dikirim untuk membungkam perlawanan tersebut. Banyak yang
tidak menyadari kalau sebenarnya spesies
manusia-lah yang menjadi hama.
Sampai pada akhirnya aktivis gerakan humanis
berhasil membalik paradigma berpikir ekspansif tersebut. Manusia sebagaimana
makhluk lainnya mesti hidup berdampingan dalam keharmonisan, berbagi sumber
daya dan ilmu pengetahuan. Ekspansi manusia untuk mencari “rumah baru” mestinya
diprioritaskan pada planet-planet yang belum memiliki penghuni spesies cerdas
yang telah mengembangkan peradaban seperti manusia. Bahkan bila perlu planet-planet
gersang yang potensi penunjang kehidupannya bisa ditingkatkan dengan teknologi.
Teknologi yang dikembangkan manusia telah mampu
merubah planet-planet yang hanya bisa dihuni organisme bersel tunggal atau
makhluk-makhluk purba menjadi koloni-koloni yang bisa ditinggali. Planet Pariya
adalah salah satu contohnya.
Terbentuklah Perserikatan Koloni dalam sebuah Planet
dan seluruh ras manusia dipimpin oleh satu organisasi besar yang dinamakan Federasi
antar galaksi.
Setelah masa damai itu tiba, pesawat-pesawat
perang raksasa pun berubah peran. Menjadi pangkalan militer, pusat riset atau
kantor birokrasi yang bisa sewaktu-waktu dipindahkan dari satu gugus bintang ke
gugus bintang yang lain. Federasi pun dikendalikan dari sebuah kapal induk
raksasa bernama Phoenix yang mengorbit di atas planet Bumi.
Teracephus adalah kapal induk yang diproduksi
seangkatan Phoenix. Fungsinya pun berubah dari kapal induk Penghancur menjadi
pos militer dan tahanan untuk residivis dan sejumlah narapidana yang terlibat kejahatan
ringan.
Kapal seluas enam kali lapangan bola tersebut
terbagi menjadi beberapa sektor. Sektor Perkantoran, Pusat militer, Hangar, Ruangan
tahanan, Pusat Logistik dan Modul kendali.
Di salah satu ruang tahanan, duduk termangu seorang
pemuda berwajah oriental yang mengecat rambutnya dengan warna kuning emas. Baju
singlet putih membungkus beberapa otot di badannya. Dia sedang menghitung
hari-harinya dalam ruang gelap tersebut karena sebuah pelanggaran. Hal yang
membuatnya galau adalah dia merasa sama sekali tidak pernah melakukan perbuatan
tersebut.
Alarm pendek berbunyi, lalu suara kering
terdengar menggema di sudut-sudut ruangan tahanan.
“Tahanan nomor 134-009-225 harap bersiap, Penjaga
akan segera menjemput...!!”
Pemuda itu mendengus kesal. Lalu berdiri dan
memakai kaos oblong yang dilempar begitu saja di atas tempat tidur minimalis di
sudut ruangan. Tak lama kemudian sebuah Robot penjaga muncul di depan selnya.
Struktur robot penjaga generasi ke 126 dari Asimo ini benar-benar mirip
manusia. Memiliki tangan yang dilengkapi dengan jemari dan dua tungkai kaki. Robot
tersebut membuka kunci sel lalu menyapa pemuda tersebut.
“Tuan Zeth, anda kedatangan tamu,” dari wajah
robot penjaga yang seluruhnya tertutup helm hitam pekat terdengar suara yang
cukup ramah. Sekalipun nampak bersahabat, robot-robot yang ditugaskan menjaga
penjara adalah robot yang berbahaya. Seluruh badannya dalam sekejab dapat
berubah menjadi senjata mematikan. Paling tidak mereka memiliki senjata standar
pistol listrik dan peluru bius dosis tinggi. Kedua-duanya bukan pilihan yang
enak.
Makanya Zeth, nama pemuda itu, tetap waspada.
“Investigator itu belum bosan-bosan bertemu
saya?” tanyanya ketus.
“Bukan investigator, tuan. Dia seorang
penyelidik dari Federasi....,” sahut Robot Penjaga.
Zeth mengernyitkan kening.
“Mau apa orang Federasi mau mengendus kasus
pemadat? Mereka sudah tidak ada kerjaan lain?” batin Zeth.
“Harap berjalan di depan saya, tuan. Ikuti
arah lampu indikator berwarna merah. Sesuai prosedur C28 kami harus mengikat
kedua tangan anda.”
Zeth mengerlingkan mata ke atas pertanda
kesal. Tapi tak ayal, dia pun menjulurkan kedua tangannya.
Tak lama kemudian, Zeth sudah berada di sebuah
ruangan berukuran persegi yang sedikit sesak. Di tengah ruangan ada sebuah meja
oval dari metal khusus. Di seberang meja sudah ada seorang pria tinggi berwajah
kekar khas kaukasian. Orang itu tak lain adalah kolonel Rico sendiri.
Tanpa basa-basi Kolonel Rico langsung menyuruh
Zeth duduk di atas kursi yang disediakan, di sisi meja lainnya. Zeth merasa orang di
depannya dingin tapi nampak cukup bersahabat.
“Zeth, aku Kolonel Rico. Aku tidak punya waktu
lama disini....,” ucap Kolonel Rico datar.
“Aku hanya ingin meminta beberapa keterangan.”
“A... apa ini masih menyangkut kasus saya?” Zeth
bertanya ragu-ragu.
“Tentu....,” Kolonel Rico mengeluarkan
holo-pad, sebuah perangkat penyimpanan media serupa komputer tablet. Tapi
perangkat itu mampu memproyeksikan gambar 3D.
“Pak Kolonel Rico, anda pasti sudah tahu saya
anak salah satu presiden Koloni. Tidak adakah usaha yang bisa diusahakan agar
saya secepatnya dibebaskan dari sini. Saya sudah bilang berkali-kali pada
mereka kalau saya tidak tahu menahu, kenapa.... kenapa ganja itu ada dalam tas
saya.....,” Zeth mendadak jadi sendu. Nada bicaranya pun tidak seketus tadi
lagi.
Kolonel Rico, sejenak berhenti kemudian
menatap Zeth dengan tatapan dingin. Tapi Zeth tidak peduli, malah dia lanjut berkata-kata
lagi,
“Anda orang Federasi, pasti bisa melakukan
sesuatu agar kasus saya ini secepatnya diselesaikan. Saya sudah tidak tahan
berhari-hari ditahan seperti seorang pemadat atau kurir. Saya bersih pak!
Mereka sudah mengetes saya, saya bersih. Saya bukan...”
“Almarhun Presiden Takeda sudah pernah
kesini?” sergah kolonel Rico.
“.....iya, dia datang bersama ibu saya dua
hari setelah saya ditangkap,” intonasi Zeth melunak.
“Pengacara keluarga?”
“Iya. Mereka datang bersama,”
“Maka kamu mesti bersabar, nak. Anak muda
sekarang susah sekali belajar mengikuti proses. Maunya serba cepat,” nada
bicara Kolonel Rico mulai ketus. “Sekarang lihat baik-baik Zeth. Apa orang ini
ada hubungannya denganmu? Apa kamu kenal orang ini?”
Di atas layar holo-pad yang dibentangkan di
atas meja muncul gambar hologram kepala seorang pemuda berambut lurus panjang,
terkesan berandalan. Wajah tiga dimensi itu berotasi pelan seperti bola globe. Nampak
beberapa bagian rambutnya dicat hijau. Matanya sipit dan bibir hitam pucat pasi.
Zeth sedikit terkejut. Tapi dia lalu menggeleng pelan.
“Saya sama sekali tidak kenal orang ini, pak,”
Jawabnya mantap.
Untunglah beberapa saat sebelumnya, kolonel
Rico telah memasang beberapa piranti analisis intonasi, warna kornea, dan
pendeteksi detak jantung melalui sonar di ruangan interogasi tersebut. Piranti
itu terintegrasi dengan sebuah mikromputer yang tersambung dengan alat
transmisi suara mikro yang dikenakan dalam telinga Kolonel Rico.
Setelah Zeth menjawab, piranti-pirantinya
bekerja segera, lalu mengirimkan hasil analisisnya ke telinga kolonel Rico.
“78% kemungkinan jawaban klien tidak benar!”
Suara kering mesin menggema dalam gendang telinga kolonel Rico. Tentu pendengaran
Zeth tidak mampu menangkap suara tersebut.
Semua penyelidik bisa langsung membaca
kliennya itu sedang berbohong atau tidak melalui bahasa tubuh atau intonasi.
Tapi pada beberapa kasus, klien sudah berpengalaman memanipulasi bahasa tubuh dan intonasi
sehingga digunakan bantuan piranti canggih.
Kolonel Rico berdiri, lalu berjalan pelan
mengitari meja.
“Zeth.... Kami punya kecurigaan khusus kepada
orang ini. Dia adalah satu-satunya orang yang paling tidak tepat berada di
auditorium olahraga saat itu. CCTV merekam dia bolak-balik di seluruh ruangan,
entah apa yang dicarinya. Enam jam kemudian kamu ditangkap sebelum masuk ke
asrama Universtas Pusat. Bisa jadi
kebetulan, bisa jadi juga tidak. Orang ini adalah seorang pekerja serabutan,
terakhir dia adalah seorang pedagang besi tua di planet Siolesta, dan wira-wira
di gugus bintang CT021. Semasa remaja dia pernah ditahan karena membobol mesin
penjual minuman Sue-Mart, mengemudikan modul terbang ilegal, sabotase robot
pengatur lalu lintas dan sejumlah kenakalan lain....”
Kolonel Rico duduk kembali dan menatap Zeth
lekat-lekat.
“Apapun yang kamu ketahui katakanlah. Bisa
jadi dia satu-satunya kunci membebaskanmu dari tempat tidak nyaman ini,”
Zeth pun menarik napas panjang.
“Dia..., dia
teman ibuku.”
**************
Lot terengah-engah. Dia merasa paru-parunya
berhenti mengalirkan oksigen. Atau udara sedang beracun saat ini? Sepertinya
tidak. Sakura di depannya seperti baik-baik saja, malah tersenyum dingin
kepadanya.
Sebentar lagi seluruh anggota badanmu tidak
bisa digerakkan lagi, tidak lama kemudian paru-paru dan jantungmu juga. Itulah
efek ekstrak jamur Mawashitake. Dengan menambah sedikit formula, racunnya dalam
hitungan detik langsung melebur dalam sel darah merah, sehingga tidak
terdeteksi piranti secanggih apapun. Maafkan aku Lot. Aku harus melakukan ini,
karena jika tidak dihentikan, kamu bisa menjadi alat mereka menemukan
rahasiaku.”
“Ja.... jadi presiden Ta.. Takeda?? Me.....
mengapa???” Suara Lot terdengar serak.
Sakura tersenyum sambil berdiri.
“Tidak ada gunanya memberitahu. Toh tak sampai
dua menit lagi kamu sudah jadi jenazah,”
Sakura mendekat ke piranti mirip interkom di
sudut ruangan. Itu adalah alat perintah suara yang tersambung dengan piranti
canggih yang ada diseluruh penjuru rumah. Rumah Kepresidenan adalah rumah
cerdas yang hampir seluruh perangkatnya tersambung dengan komputer, seperti
penerangan otomatis, pintu elektrik, penyiram bunga dan lain-lain. Pada
beberapa sudut rumah ada alat penerima perintah suara, sehingga hampir semua
perkakas rumah dapat dikendalikan dengan suara.
Sakura menyebut beberapa kode.
Lot bermaksud ingin segera lari dari situ,
mumpung dia berada sedikit jauh dari jangkauan Sakura. Tapi Sakura benar, dia
tidak bisa merasakan kakinya lagi. Sehingga saat disentakkan bukannya dia
berhasil berdiri, malah dia jatuh terjungkal ke lantai. Kedua tangannya pun
mulai kaku.
Lot, berusaha menekan arloji sekaligus alat
komunikasinya. Tapi dia kecewa. Sepertinya Sakura baru saja mengaktifkan
perisai frekuensi untuk memutus sinyal komunikasi dari atau keluar rumah.
Perisai tersebut kadang-kadang berfungsi untuk membentengi rumah dari serangan hacker.
Untunglah sel-sel otak Lot di saat-saat
terakhir masih mengingat sebuh instruksi penting. Maka Lot memusatkan seluruh
kekuatannya di tangannya dan bersusah payah meraih sesuatu di sakunya. Sebuah pil
berwarna perak kini berada di ujung telunjuk dan jempolnya. Dengan sekali gerakan
pil tersebut sudah berada di pangkal tenggorakannya. Syukurlah. Itu adalah pil
antidot mahal. Biasa digunakan para intelijen atau mata-mata. Kode militernya
MC201.
Efeknya pun dahsyat, lima detik kemudian, Lot
merasa tubuhnya lebih ringan. Tak lama setelahnya dia berhasil bangun kembali.
Giliran Sakura yang berada di ujung ruangan yang
terkejut. Dengan gerakan cepat, Sakura meraih gagang pisau buah di dekat situ
lalu melemparkannya ke arah kepala Lot. Untung Lot cepat menghindar, sehingga
pisau tersebut melewati badannya dan memecahkan leher sebuah poci antik di atas
lemari pajang.
Sakura menahan napas sesaat. Saking kagetnya
dia jadi lupa, tubuh Lot tak boleh terluka. Ahli forensik bisa cepat
mengendus pelaku kejahatan, lewat jejak
apapun yang ditinggalkan di tubuh korbannya. Dia harus memikirkan senjata lain,
sambil memikirkan mengapa racunnya kali ini tidak bekerja. Atau Lot membawa
antidot? Tapi dia harus cepat-cepat berpikir, karena kini Lot berlari keluar
ruangan. Dia bisa ke gudang bawah tanah, beranda, atau garasi.
(bersambung)
Komentar
(Chris)