Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pencarian fakta oleh Kolonel Rico sampai juga di kapal induk Teracephus, tempat Zeth, Putra mendian Presiden Koloni TX300 ditahan dengan tuduhan kurir Narkoba. Ada fakta baru menarik yang dia temukan disana. Sementara itu, jauh di Planet Pariya, sebuah peristiwa hidup dan mati menimpa Lot. Rupanya Sakura yang dianggapnya orang terdekat yang jauh dari kecurigaan menyimpan sebuah rahasia kelam. Bisa jadi Sakura menjadi orang yang mengakhiri kisah hidupnya.
Selengkapnya di: Mata Malaikat: Teracephus
Selengkapnya di: Mata Malaikat: Teracephus
Sambil mengerahkan tenaganya untuk memaksa
berlari, otak Lot bekerja cepat. Dia mendadak merasa begitu bodoh. Mestinya
sejak awal dia sudah bisa menghubungkan semua fakta yang ada di sekitarnya.
Misteri kematian Jendral Takeda, pengawalan yang begitu lengang di rumah Kepresidenan
walaupun Sakura secara resmi baru akan mengosongkan rumah tersebut beberapa
hari lagi, pertemuan rahasia ini, kamera pengawas yang dimatikan.
Sebenarnya sejak awal semua fakta tersebut
mengarah kepada satu orang, orang terdekat mendiang Presiden Takeda sendiri.
Hanya sekarang yang masih menjadi pertanyaan
besar adalah motif Sakura melakukan kejahatan besar ini. Tapi Lot merasa dia
mesti memikirkan nyawanya lebih dulu. Pintu besar menuju hall yang tersambung dengan sejumlah jalan keluar termasuk ke
koridor 4 terkunci rapat. Sidik jari Lot yang biasa berfungsi, kini tidak tidak
bekerja lagi. Rupanya Sakura telah mengunci secara otomatis setiap pintu
elektronik. Lot memaki dalam hati. Jantungnya berdetak kencang.
Oh ya! Masih ada satu kemungkinan jalan keluar
lagi. Ruangan pertemuan di lantai tiga. Dia bisa membobol jendela kacanya.....
jika beruntung. Lot memutar lalu menaiki tangga di sebelah kanannya. Sesekal
dia melirik ke belakang untuk memastikan Sakura tidak sedang mengikutinya.
Memang tidak, karena Sakura rupanya telah menunggunya di lantai tiga.
Lot terkejut begitu memasuki ruang pertemuan,
Sakura telah siap berdiri di depannya, hanya berjarak tiga atau empat meter
saja. Dia seperti merasa di skak-mat. Lot mengira-ngira senjata apa yang bisa
digunakannya saat ini untuk mempertahankan diri. Nyatanya yang ada padanya
hanyalah jam komunikator yang tidak berfungsi dan dua pil MC201.
Sakura tersenyum dingin.
“Kamu tidak bisa lari lagi, Lot.”
“Aku.... aku tidak mengerti apa yang anda
rencanakan, bu?” Lot mencoba mengulur waktu. Lalu sebuah ide muncul di
benaknya.
“Sebenarnya, kedatanganku ke tempat ini
diketahui oleh beberapa perwira di Kepolisian. Jadi apapun rencana yang ada di
kepala anda, sebaiknya... anda lebih bijaksana....”
Ekspresi Sakura sedikit berubah. Dia menatap
mata Lot lekat-lekat, lalu tersenyum lagi.
“Kamu bukan pembohong yang baik, Lot”
Lot gelagapan. Dia hampir lupa kalau Sakura
mantan pasukan Tabor, salah satu pasukan elit Federasi. Mereka sangat terlatih
membaca gesture dan sorot mata untuk
mendeteksi kebohongan seseorang.
Lot tak bisa berpikir panjang lagi. Secepat
mungkin dia berbalik untuk kembali ke lantai bawah. Tapi Sakura lebih cepat.
Senjata tradisional yang digenggamnya, sebuah sumpit, ditiupkan ke arah kepala
Lot. Peluru jarum sumpit tersebut pun melesat dan menancap persis di dekat tengkuk
Lot.
Lot mengaduh tertahan. Hanya sesaat, lalu dia
terjatuh lemas. Jarum sumpit tersebut berisi obat bius dosis tinggi. Tidak
mematikan, tapi efeknya langsung terasa. Apalagi menancap di pembuluh nadi yang
cukup dekat dengan otak.
Sakura mendekati tubuh Lot, dia harus
memikirkan sebuah rencana cadangan. Tapi tiba-tiba lantai tersebut, serasa
bergetar bersamaan dengan suara ledakan samar-samar dari bawah. Sakura mendadak
merasa khawatir. Dia bermaksud mengecek apa yang sebenarnya terjadi yang
terjadi ketika kaca-kaca tebal ruangan pertemuan tersebut pecah bersamaan. Lalu
dengan gerakan cepat selusin pasukan penyerbu berpakaian hitam-hitam menyerbu
masuk.
Adrenalin Sakura meningkat cepat. Dia tidak
punya banyak waktu sekarang. Sebelum kaki pasukan tersebut menapak lantai
dengan mantap, dia cepat memencet beberapa tombol arlojinya lalu meneriakkan
beberapa kode. Sepertinya arloji tersebut juga tersambung dengan panel kendali
rumah pintarnya.
Bersamaan dengan akhir gema suaranya,
tiba-tiba lampu ruangan mati. Begitu pula dengan pencahayaan di seluruh rumah Kepresidenan.
Sakura baru saja mematikan listrik rumah dengan panel kendali di tangannya.
Dalam kegelapan pasukan penyerbu kedengaran
berkoordinasi cepat.
“Peak,
peluru UV cepat!,” teriak seseorang.
“Baik, kapten!”
“Roy, pasang perisai listrik!”
“Siap, kapt..., Arghh!!!” orang ketiga mengaduh
perih.
Lalu terdengar suara gedebuk beberapa kali
bersamaan dengan suara sakit tertahan dari orang lainnya. Segera terdengar
bunyi tembakan dan sekejab kemudian ruangan diterangi sebuah pendar cahaya yang
berasal dari tembok. Cahaya tersebut berasal dari peluru UV yang tertanam di
permukaan tembok. Peluru UV akan memancarkan cahaya selama satu menit.
Peluru-peluru yang bisa mengeluarkan cahaya adalah peralatan standar sebuah tim
penyerbu.
Tapi tim kehilangan buruannya. Sakura telah
menghilang dari ruangan. Empat orang kawan mereka terlihat terbaring di lantai
sambil mengerang perih. Rupanya sebelum pergi dari situ mereka lebih dahulu
dilumpuhkan oleh Sakura. Sang Kapten selamat, dan dia sekarang mengecek tubuh
Lot yang terbaring lemas di sudut ruangan. Sementara itu sisa pasukan menolong
rekan mereka yang terbaring di lantai dan berusaha menyisir beberapa ruangan
lain yang terhubung dengan ruang pertemuan tersebut.
Lampu UV yang mulai meredup membuat seorang anggota
pasukan mengambil beberapa lampu cadangan dari tas peralatannya dan
menyalakannya untuk penerangan sementara.
Tak lama kemudian, pasukan penyerbu dari
lantai bawah naik ke atas dengan pose siap menembak. Tapi begitu melihat
kawan-kawan mereka sudah menguasai keadaan mereka menurunkan senjatanya. Seorang
anggota tim tersebut ikut menghampiri Lot.
“Bagaimana keadaanya? Menemukan target kita,
Kapten?”
“Dia masih hidup. Tapi sepertinya dia dibius
dosis tinggi. Target sedang dalam pengejaran. Dia tadi ada disini tapi dia
melumpuhkan penerangan dan.... empat orang anak buahku. Dia masih gesit,
padahal sudah bertahun-tahun pensiun dari Pasukan Tabor.”
“Hmm... rupanya dia juga masih mengendalikan
sistem rumah ini. Tapi... tim IT kita sedang bekerja dibawah.”
“OK.”
Tak sampai 15 menit kemudian kadaan sudah
benar-benar terkendali. Listrik diaktifkan kembali, dan perisai frekuensi
dipadamkan. Sistem rumah cerdas telah diputuskan dari kendali Sakura yang entah
sekarang berada dimana.
“Penyerbu” adalah kesatuan dari Kepolisian
Pusat Koloni. Mereka adalah salah satu tim elit yang cukup komplit personilnya.
Mulai dari Polisi khusus, Penjinak bom, tim IT dan hacker, enginer,
kadang-kadang sampai dokter ahli dan hipnoter pun diturunkan.
Saat ini nampak beberapa polisi penyerbu masih
berjaga-jaga di sudut-sudut rumah.
Lot sudah siuman setelah tim medis
menanganinya. Namun tubuhnya masih lemas, rupanya racun yang diselipkan di
peluru sumpit Sakura itu benar-benar kuat pengaruhnya.
Mereka sekarang sedang berbincang di ruang
depan yang temboknya jebol akibat ledakan.
“Sepertinya kalian tiba tepat waktu.....
Trimakasih kapten,” ucap Lot pada Kapten Torro yang memimpin serangan tersebut.
“Kami berusaha semampu kami. Tapi anda juga
beruntung, tuan. Hanya selisih beberapa detik saja sebelum tim kami menyerbu di
lantai tiga, ternyata sudah ada istri mendiang Presiden Takeda,” sahut Kapten
Torro.
“Tidak disangka memang. Aku sendiri masih
bingung apa motifnya. Oh ya, kapten Robinson akan berkunjung?”
“Ya. Setelah mengirim transmisi dan permintaan
prosedur T10, untuk mengamankan rumah kepresidenan ini, dia mengatakan akan
segera berkunjungke Koloni. Kemungkinan tiga jam lagi Kapten Robinson sampai ke
Koloni.”
Lot mengangguk lemah.
“Syukurlah.... aku punya banyak bahan diskusi
dengan dia. Oh ya, Nyonya Sakura bagaimana?”
Kapten Torro meletakkan holo-pad di atas meja
lalu menyalakan, dan nampaklah peta hologram dua dimensi di atas tersebut. Peta
hologram tersebut menampilkan denah rumah Kepresidenan dan jalur-jalur rahasia
disekitar rumah. Beberapa titik merah berpendar dan bergerak perlahan.
“Tim kami ditandai dengan titik merah. Tim
kami telah menyisir seluruh jalur rahasia keluar dari rumah kepresidenan ini.
koridor 1, koridor 3 dan 4 bersih. Ada jejak thermal yang ditinggalkan di
koridor 2. Kemungkinan dia kabur lewat koridor 2. Tim kami sedang mengikuti,
tapi dia saat ini bisa berada dimana saja antara sektor D1 sampai D4 karena
koridor 2 tersambung ke saluran pembuangan limbah di sektor tersebut. Bahkan
bisa sampai ke sektor G.”
“Kalau begitu mungkin jumlah personil anda
tidak memadai kapten. Di saluran ada kamera pengawas kan?”
“Ada, hanya saja jaraknya berjauhan. Tim IT
kami yang mencoba melacak arloji communicator-nya,
mendeteksi Nyonya Sakura memiliki peta militer seluruh sektor. Dia pasti bisa
mencari jalan untuk menghindari kamera.”
Lot mengangguk. Dia masih berusaha
menghubungkan beberapa fakta yang berputar-putar di kepalanya.
***************
Sementara itu, Sakura saat ini sedang berada
di salah satu koridor saluran pembuangan yang pengab dan gelap. Hati-hati dia
menyusuri koridor selebar beberapa inchi, yang berada di samping saluran besar
air limbah dari seluruh sektor. Limbah tersebut bermuara pada bak pengolahan
limbah raksasa berteknologi tingggi untuk membersihkan unsur-unsur yang bisa
menjadi polutan berbahaya. Selebihnya dibuang ke laut. Manusia sudah belajar banyak dari pencemaran
bumi, planet kampung halaman mereka yang mencapai kefanaannya karena over
polusi.
Dalam kegelapan tersebut, satu-satunya sumber
cahaya berasal dari arloji komunikator. Napas Sakura bergerak tidak teratur selaras
dengan irama langkahnya.
Saat sampai di bersimpangan empat, Sakura
berhenti. Dia menghidupkan mode peta pada arlojinya, dan menyorot salah satu
sisi dinding pembatas. Arloji tersebut berubah fungsi menjadi semacam alat
proyektor dan menampilkan sebuah peta seukuran halaman kertas di dinding. Peta
tersebut menampilkan peta koridor, peta pembuangan sampah, letak kamera
pengawas, bangunan-bangunan di atas dan sejumlah keterangan lain. Sakura
menyebut beberapa instruksi. Gambar-gambar peta berubah beberapa kali, sampai
muncul di peta posisinya saat ini dan beberapa garis merah yang akan memandunya
sampai ke tujuannnya. Sebuah jalur alternatif menunjuka arah ke kanan. Dia
harus memilih jalur tersebut.
Sebuah peringatan kembali muncul di layarnya.
Beberapa kali layarnya berpendar merah. Sakura mengumpat kecil. Ada piranti
yang mencoba melacak posisinya berdasarkan sinyal komunikornya. Padahal dia
sudah membuat prosedur untuk mengirim sinyal-sinyal palsu ke perangkat pemburu.
Tapi upayanya mengecoh tim pemburu selalu gagal, karena buktinya sinyal mereka
masih saja berhasil menembusnya.
“Hunter
mereka jago-jago nih,” batin Sakura.
Hanya masalah waktu saja, tim pemburu akan benar-benar
mengunci posisinya. Sakura pun memencet lagi beberapa tombol arlojinya, lalu
melangkah ke jalur kanan cepat-cepat. Setelah itu dia melewati beberapa
persimpangan lagi.
Tak lama kemudian, dia sampai pada tujuannya.
Sebuah pintu besi tua nampak di sebelah kanannya. Pintu tersebut terhubung
dengan ruang bawah tanah kantor Dinas Kebersihan yang sudah lama tidak
digunakan lagi. Sebuah pisau laser digunakan untuk membuka paksa kunci pintu
tersebut. setelah berhasil membuka pintu tersebut, Sakura mempreteli arlojinya.
Dia mengeluarkan beberapa chip, lalu membuang sisanya bersama komunikatornya
sekalian ke saluran limbah.
Sepuluh menit kemudian, dia sudah berada di
dalam gedung dan melangkah keluar diam-diam lewat pintu belakangan. Dia kini
berada di sektor E15. Suasana diluar lengang dan temaram, persis seperti
perkiraannya. Sebagian besar kawasan sektor E berisi bangunan-bangunan tua.
Struktur tersebut adalah saksi bisu masa-masa awal bunker-bunker raksasa dioperasikan
di Plante Pariya. Beberapa masih digunakan untuk perkantoran tapi selebihnya
dibiarkan menganggur. Terutama semenjak mesin-mesin raksasa penopang kehidupan seperti
mesin suplai oksigen dan pengatur suhu ditempatkan di sektor E.
Sakura sudah menghafal letak-letak kamera
pengawas yang bisa tersambung dengan jaringan kepolisian. Sehingga dia
mengambil jalan memutar lurus melewati sebuah blok bangungan tua untuk
memastikan dia berada di luar jangkauan kamera tersebut.
Kerudung mantelnya dipasang menutupi kepala
dan sebagian wajahnya sehingga dia benar-benar nampak seperti seorang yang
diselubungi misteri. Dengan getir dia melangkah. Dia tidak mau menebak
perkembangan yang terjadi. Tapi dia sudah mempersiapkan diri jika seandainya benar-benar
ditetapkan sebagai buronan nomor satu di Koloni TX300.
(Bersambung)
Komentar
Ditunggu kelanjutannya
salam
Ready Stock! Samsung Galaxy A8 Rp.2.900.000
Ready Stock! oppo R5 Rp.3.000.000
Ready Stock! Apple iPhone 5 32GB Rp.2.500.000
Ready Stock! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.000.000
Ready Stock! Samsung Galaxy A3 A300H Rp.1.500.000
Ready Stock! Samsung Galaxy A5 A500F Rp.2.000.000
Ready Stock! Samsung Galaxy E5 E500H Rp.1.500.000
Ready Stock! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.800.000.
Ready Stock! Asus Zenfone 2 ZE551ML RAM 4GB Rp.2.000.000