Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Setelah peristiwa malam itu, Guru Shandong masih mendampingi
keempat muridnya selama beberapa hari di padepokan sebelum benar-benar mengutus
mereka membaktikan ilmunya kepada dunia.
Ritual perpisahan yang mengharukan dilakukan di halaman belakang
padepokan yang dipenuhi rerumputan dan berbatasan dengan salah satu anak sungai
Karrum, sungai terpanjang di bagian barat Gopalagos.
Saat itu langit petang sedang merona cerah, angin bertiup
sepoi-sepoi dan sungai Karrum mengalir
malu-malu. Alam pun seolah memberi hormat setinggi-tingginya kepada keempat
murid yang akan dilepas dari padepokan.
Selain Guru Shandong dan keempat murid, hadir pula beberapa
guru lainnya untuk ikut menyaksikan jalannya ritual perpisahan itu.
Biasanya, ritual perpisahan dilakukan untuk melepas satu
angkatan murid yang dianggap telah melulusi seluruh pendidikan sihir yang
diajarkan di padepokan. Hanya kali ini ritual dilangsungkan secara khusus untuk
empat murid kesayangan Guru Shandong.
Ritual ini dilakukan dengan sejumlah perlambang. Guru
Shandong menumpangkan kedua tangan di atas kepala keempat murid secara
berturut-turut, mulai dari Huria, Basaman, Kesha dan Thores, sembari membacakan
petuah-petuah singkat. Prosesi ini melambangkan perutusan para murid ke
tempatnya yang baru nantinya.
Setelah itu masing-masing dari mereka harus meneguk ramuan Empedu Naga yang disediakan dalam satu
guci khusus. Setiap murid mencedok ramuan tersebut menggunakan cangkir kayu
lalu meminumnya dalam sekali teguk. Walaupun diberi nama Empedu Naga sebenarnya seluruh ramuan itu dibuat dari dedaunan dan
akar tumbuh-tumbuhan. Hanya saja memang di lidah rasanya cukup pahit menyengat.
Khasiat ramuan tersebut adalah membersihkan tubuh dari luka-luka dalam akibat hempasan
energi sihir. Pada ritual ini, ramuan Empedu
Naga adalah perlambang pahitnya lika-liku kehidupan yang harus mereka
jalani setelah keluar dari padepokan. Masing-masing dari mereka harus
menyiapkan diri untuk mengecap suka duka kehidupan dan siap menerima tanggung
jawab yang lebih besar.
Bagian terakhir dari ritual perpisahan ini adalah penyerahan
empat kitab sihir milik keluarga Guru Shandong kepada keempat murid. Mereka
menerima kitab sesuai dengan yang sudah disampaikan Sang Guru sebelumnya. Pada
prosesi ini, Guru Shandong meminta para murid untuk mengulang kembali ikrar
yang sudah mereka ucapkan sebelumnya untuk menjaga kitab-kitab sihir itu dengan
seluruh jiwa raga mereka.
Tidak seperti biasanya, pada akhir seluruh rangkaian ritual,
Guru Shandong memberi nama baru kepada keempat muridnya. Huria diberi nama Ruby, Basaman diberi nama Ametys, Kesha diberi nama Emerald dan Thores diberi nama Basalto. Yah, nama beberapa batu mulia. Guru
Shandong memang selalu menganggap mereka adalah murid-murid yang berharga dan menyematkan
harapan, dengan nama itu mereka selalu jadi penyihir yang disegani dan “bercahaya”
di manapun mereka berada.
Berikutnya, Guru Shandong memberitahukan tempat perutusan
masing-masing murid.
Kesha diutus menuju ke salah satu desa kaum sihir yang
terletak di dataran tinggi Selatan Gopalagos.
Basaman sendiri diutus ke timur, ke salah satu desa kaum sihir yang terletak di
pesisir pantai timur Gopalagos. Huria
diutus menuju ke utara, ke wilayah kaum sihir yang berbatasan dengan daerah tundra
utara Gopalagos.
Thores sendiri diminta untuk tetap berada di padepokan. Dia
akan digembleng khusus untuk meneruskan kepemimpinan Guru Shandong di padepokan
tersebut. Memang sejak awal, Guru Shandong telah menaruh harapan khusus kepada
Thores sebagai murid yang paling cerdas dari antara keempat murid.
Ketiga murid yang lain pada awalnya terlihat ragu karena
mereka belum mengenal sama sekali desa dan wilayah yang akan mereka tuju. Namun
Guru Shandong menenangkan perasaan murid-muridnya dengan mengatakan telah mengirim
merpati pos yang membawa pesan kepada ketiga kawan dekatnya pada tempat-tempat
yang akan didatangi murid-muridnya. Mereka akan tinggal di rumah kawan-kawan
dekatnya itu. Kawan-kawan dekatnya akan mengganti peranannya sebagai guru dan pengasuh
sampai mereka benar-benar hidup mandiri.
Thores pun tidak kalah terkejutnya menerima tanggung jawab yang besar itu.Tetapi mengingat ini adalah permintaan dan kepercayaan khusus dari gurunya, dia pun menyanggupinya juga.
---------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: www.wikiart.org
Komentar