Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [18]


Setelah peristiwa malam itu, Guru Shandong masih mendampingi keempat muridnya selama beberapa hari di padepokan sebelum benar-benar mengutus mereka membaktikan ilmunya kepada dunia.

Ritual perpisahan yang mengharukan dilakukan di halaman belakang padepokan yang dipenuhi rerumputan dan berbatasan dengan salah satu anak sungai Karrum, sungai terpanjang di bagian barat Gopalagos.

Saat itu langit petang sedang merona cerah, angin bertiup sepoi-sepoi dan sungai Karrum mengalir malu-malu. Alam pun seolah memberi hormat setinggi-tingginya kepada keempat murid yang akan dilepas dari padepokan.


Selain Guru Shandong dan keempat murid, hadir pula beberapa guru lainnya untuk ikut menyaksikan jalannya ritual perpisahan itu.

Biasanya, ritual perpisahan dilakukan untuk melepas satu angkatan murid yang dianggap telah melulusi seluruh pendidikan sihir yang diajarkan di padepokan. Hanya kali ini ritual dilangsungkan secara khusus untuk empat murid kesayangan Guru Shandong.

Ritual ini dilakukan dengan sejumlah perlambang. Guru Shandong menumpangkan kedua tangan di atas kepala keempat murid secara berturut-turut, mulai dari Huria, Basaman, Kesha dan Thores, sembari membacakan petuah-petuah singkat. Prosesi ini melambangkan perutusan para murid ke tempatnya yang baru nantinya.

Setelah itu masing-masing dari mereka harus meneguk ramuan Empedu Naga yang disediakan dalam satu guci khusus. Setiap murid mencedok ramuan tersebut menggunakan cangkir kayu lalu meminumnya dalam sekali teguk. Walaupun diberi nama Empedu Naga sebenarnya seluruh ramuan itu dibuat dari dedaunan dan akar tumbuh-tumbuhan. Hanya saja memang di lidah rasanya cukup pahit menyengat. Khasiat ramuan tersebut adalah membersihkan tubuh dari luka-luka dalam akibat hempasan energi sihir. Pada ritual ini, ramuan Empedu Naga adalah perlambang pahitnya lika-liku kehidupan yang harus mereka jalani setelah keluar dari padepokan. Masing-masing dari mereka harus menyiapkan diri untuk mengecap suka duka kehidupan dan siap menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Bagian terakhir dari ritual perpisahan ini adalah penyerahan empat kitab sihir milik keluarga Guru Shandong kepada keempat murid. Mereka menerima kitab sesuai dengan yang sudah disampaikan Sang Guru sebelumnya. Pada prosesi ini, Guru Shandong meminta para murid untuk mengulang kembali ikrar yang sudah mereka ucapkan sebelumnya untuk menjaga kitab-kitab sihir itu dengan seluruh jiwa raga mereka.

Tidak seperti biasanya, pada akhir seluruh rangkaian ritual, Guru Shandong memberi nama baru kepada keempat muridnya. Huria diberi nama Ruby, Basaman diberi nama Ametys, Kesha diberi nama Emerald dan Thores diberi nama Basalto. Yah, nama beberapa batu mulia. Guru Shandong memang selalu menganggap mereka adalah murid-murid yang berharga dan menyematkan harapan, dengan nama itu mereka selalu jadi penyihir yang disegani dan “bercahaya” di manapun mereka berada.  

Berikutnya, Guru Shandong memberitahukan tempat perutusan masing-masing murid.
Kesha diutus menuju ke salah satu desa kaum sihir yang terletak di dataran tinggi Selatan Gopalagos. Basaman sendiri diutus ke timur, ke salah satu desa kaum sihir yang terletak di pesisir pantai timur Gopalagos. Huria diutus menuju ke utara, ke wilayah kaum sihir yang berbatasan dengan daerah tundra  utara Gopalagos.

Thores sendiri diminta untuk tetap berada di padepokan. Dia akan digembleng khusus untuk meneruskan kepemimpinan Guru Shandong di padepokan tersebut. Memang sejak awal, Guru Shandong telah menaruh harapan khusus kepada Thores sebagai murid yang paling cerdas dari antara keempat murid.

Ketiga murid yang lain pada awalnya terlihat ragu karena mereka belum mengenal sama sekali desa dan wilayah yang akan mereka tuju. Namun Guru Shandong menenangkan perasaan murid-muridnya dengan mengatakan telah mengirim merpati pos yang membawa pesan kepada ketiga kawan dekatnya pada tempat-tempat yang akan didatangi murid-muridnya. Mereka akan tinggal di rumah kawan-kawan dekatnya itu. Kawan-kawan dekatnya akan mengganti peranannya sebagai guru dan pengasuh sampai mereka benar-benar hidup mandiri.

Thores pun tidak kalah terkejutnya menerima tanggung jawab yang besar itu.Tetapi mengingat ini adalah permintaan dan kepercayaan khusus dari gurunya, dia pun menyanggupinya juga.

---------

(bersambung)

ilustrasi gambar dari: www.wikiart.org  photo Jangancopasing.jpg

Komentar

Unknown mengatakan…
Lanjut mas...
pical gadi mengatakan…
Sipp. Thanks mampirnya mbak Cinta Maya