Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [22]



Petang masih enggan berganti malam, membiarkan langit barat merona berwarna tembaga. Pantulan warna tembaga di langit itu terlihat jelas di atas sungai Karrum yang mengalir tenang. Di salah satu sisi sungai, kawanan angsa sedang berleha-leha menikmati penghujung hari. Beberapa di antaranya  bercanda satu sama lain, meninggalkan riak-riak di atas air.

Sesaat kemudian, kawanan angsa itu tersentak dan segera beterbangan menjauh dari bibir sungai. Bersamaan dengan itu, terdengar suara udara yang bergemuruh, nyaris memekakkan telinga.
Rupanya seekor naga berkulit kuning keemasan, mengepakkan sayap dan terbang rendah mengikuti alur sungai tersebut. Penunggang naga terlihat menunduk untuk melewatkan angin dari depan. Rambut putih keperakannya dibiarkan berkibar seperti panji-panji kerajaan.


Naga dan penunggangnya, terbang melambat begitu mendekati bagian belakang halaman istana kerajaan Basalto. Saat menemukan padang rumput yang cukup luas, penunggang nada itu mengarahkan tunggangannya untuk mendarat di tempat itu.

Pendaratan berjalan mulus. Dengan hati-hati, penunggang naga turun dari punggung tunggangannya. Begitu menjejakkan kakinya ke atas rerumputan, penunggang naga yang ternyata adalah Guru Shandong sendiri kembali mengenakan topi lancipnya.

“Terima kasih, Zar, penerbangan yang nyaman,” ucapnya sambil menepuk-nepuk leher naga tersebut. Naga yang diberi nama Zar itu pun membalas dengan meraung pelan sambil menggoyang-goyangkan lehernya.

Sebelum beranjak dari situ, Guru Shandong mengambil tongkat sihirnya yang tersemat di sisi pelana Zar. Tongkat sihir dengan tinggi sebahu itu terbuat dari sejenis kayu hitam. Di ujung tongkat terpasang ukir-ukiran seperti sulur pohon yang menjulur ke luar dengan gigi taring naga di tengah-tengahnya.

Selain untuk membantu pemusatan tenaga saat melepas energi sihir, Guru Shandong yang terlihat semakin menua juga menggunakan tongkat tersebut untuk membantu menopang langkahnya.

“Selamat datang, Guru.”

Rupanya Basalto telah menunggunya sejak tadi. Dia masih mengenakan pakaian kebesarannya. Tangan kanan memegang tongkat sihir yang terbuat dari perak dengan ujung tongkat diberi hiasan batu mulia, sedangkan tangan kirinya terulur ke atas kepala seorang bocah lelaki berusia tiga tahunan. Di samping mereka berdiri istri Basalto, ratu kerajaan itu.

Mereka bertiga tersenyum hangat menyambut kedatangan Sang Guru.

“Wah, lihat siapa yang datang menyambutku?” Guru Shandong mengacak-acak rambut bocah lelaki di sisi Basalto dengan gemas.

“Kakek, lihat, Ibu membuat mainan yang bagus untuk Daestar,” bocah itu memamerkan sebuah origami angsa yang melayang dan berputar pelan di atas telapak tangannya. “Apa Kakek bisa membuat mainan seperti ini?” tanyanya lagi.

Ratu tersenyum sedangkan Guru Shandong terkekeh geli.

“Sudah, Nak, jangan ganggu Kakek Guru dulu, ya,” sergah Basalto. “Kakek baru sampai, jadi harus istirahat dulu.”

Guru Shandong terlihat tidak memedulikan ucapan Basalto. Dia sedikit menunduk agar lebih sejajar dengan wajah Daestar, lalu berkata, “Bagaimana kalau sebentar Kakek ajak kamu ke perpustakaan pribadi Kakek? Kamu bisa pilih mainan apa saja yang kamu suka di sana. Bagaimana, mau tidak?”

Bocah itu mengangguk.

“Nah, kalau begitu, sekarang Daestar harus makan dulu sama Bibi Tora. Setelah makanannya dihabiskan, baru deh Kakek ajak bermain sepuasnya.”

Saat itu di belakang mereka sudah ada bibi Tora, pengasuh Daestar yang hendak menjemputnya karena sebentar lagi waktunya makan.

Bocah itu pun berlari ke arah pengasuhnya sambil berseru kegirangan. Mereka lalu berjalan kembali ke arah istana, diikuti Sang Ratu, meninggalkan Guru Shandong dan Basalto berdua saja.

Guru Shandong dan Basalto pun berjalan bersisian. Guru Shandong berjalan perlahan sehingga Basalto harus mengimbangi langkahnya.

--------

bersambung

ilustrasi gambar dari: dragonsofatlantis.wikia.com
 photo Jangancopasing.jpg

Komentar

Fabina Lovers mengatakan…
Kereen, ditunggu lanjutannya.
Fabina Lovers mengatakan…
Kereen, ditunggu lanjutannya.
pical gadi mengatakan…
Sipp. Sudah tayang tuh lanjutannya, bu Fabina.
Salam