Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Purnama yang bersinar pucat sedang merajai langit kelam.
Sejauh mata memandang, tak nampak satu pun bintang yang meninggalkan cahayanya
di sana. Seperti baru saja dibawa badai kosmis entah kemana.
Emerald melangkah terburu-buru di tengah pelukan malam. Kaki
telanjangnya menapaki jalan tanah berbatu dengan barisan pinus di kiri dan
kanannya. Dia sedang berjalan menuju ke sebuah tempat yang belum terpikirkan,
namun dia sepertinya begitu kenal dengan tempat asing itu. Begitu memalingkan
wajah dia merasa angin malam dengan yang sejuk tiba-tiba memiliki kekuatan maha
besar sehingga menerbangkannya seperti kapas. Tahu-tahu dia sudah berada di tengah-tengah
menara istananya sendiri.
Udara benar-benar dingin menggigit, sehingga dia segera
merapatkan celah-celah mantelnya.
Beberapa dentuman keras tiba-tiba terdengar. Dia mengarahkan
pandangannya ke asal suara itu di bawah sana, pada halaman samping istana.
Nampak dua orang penyihir sedang bertarung. Yang satu mengenakan perlengkapan
prajurit kerajaan sedangkan yang lain mengenakan pakaian hitam-hitam dengan
cadar berwarna senada. Sepertinya tak ingin ada orang lain yang mengenalinya.
Keduanya beradu kekuatan sihir dan kegesitan. Dari ujung
telapak tangan mereka berdua, melesat energi sihir dalam rupa larik-larik
cahaya biru kemerahan seperti cahaya petir. Keduanya saling menghindar dan mengincar
tubuh lawannya masing-masing dalam pertarungan jarak dekat. Saat melewatkan
sasarannya, larik cahaya sihir tersebut merusak benda apapun yang menghalangi
jalannya seperti pepohonan, bebatuan maupun tembok-tembok istana, disertai
suara dentuman yang keras.
Angin kembali tiba-tiba menerbangkan tubuh Emerald. Dalam
sekejab dia sudah berada di bawah, lebih dekat dengan pertarungan yang sengit antara
dua penyihir tersebut.
Dari situ dia bisa melihat beberapa prajurit sudah terkapar
tak sadarkan diri. Dia bisa merasakan begitu banyak endapan energi sihir di
tempat itu. Pertempuran ini pasti telah berlangsung cukup lama. Prajurit istana
yang sedang bertarung pun mulai terlihat kewalahan.
Pada satu kesempatan sosok berpakaian serba hitam berhasil
melesatkan energi sihirnya ke dada lawannya. Prajurit yang malang itu pun
terpental jauh ke belakang. Sambil berusaha bangkit, prajurit itu meringis
menahan sakit. Dari sudut-sudut bibir prajurit tersebut mengalir darah segar.
Emerald berseru terkejut. Namun dia belum mengerti
sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Melihat lawannya sudah tidak berdaya lagi,
sosok berbaju serba hitam itu pun berlari pergi dari tempat itu menuju ke
bagian belakang istana.
Melihat peristiwa itu, Emerald jadi bingung memilih antara menyelamatkan
prajuritnya atau mengejar sosok misterius itu.
Akhirnya dia memilih menolong prajurit itu.
“Apa yang terjadi?” serunya sambil berusaha memapah tubuh
prajurit yang sedang sekarat itu. Tetapi dia kembali terkejut ketika menyentuh
prajurit tersebut. Dia tidak bisa merasakan apapun seperti sedang berusaha menyentuh
bayang-bayang.
Emerald tersentak oleh kekuatan besar yang langsung menariknya
ke belakang. Kekuatan tersebut menghimpit tubuhnya sehingga dia merasa sangat
kesakitan dan hampir kehabisan napas. Celakanya dia seperti tidak punya
kekuatan untuk melawan sedikitpun. Semakin kuat dia berusaha memasukkan oksigen
ke paru-parunya, semakin besar kekuatan misterius yang menyesakkannya.
Segala penderitaan itu berakhir… ketika dia membuka mata.
Kelamnya malam berganti dengan suasana kamar asri yang
diterangi penerangan samar-samar dari sebuah pelita. Aroma sedap malam yang
menyusup dari celah-celah jendela kamar membuatnya segera tersedar kalau dia
sedang berada di salah satu kamar istana Basalto.
“Mimpi aneh,” batinnya. Dia segera menyapu keningnya yang
penuh peluh. Kerongkongannya terasa kering, sehingga dia segera menuang air
minum dari dalam kendi ke cangkir dan dihabiskannya sekali teguk.
Setelah itu dia mencoba mencerna mimpi yang baru saja
dialaminya. Dia mencoba mengingat kembali setiap detik mimpi yang lamat-lamat mulai
meninggalkan kepalanya.
“Mimpi aneh,” batinnya sekali lagi.
--------------
(bersambung)
Komentar