Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [34]



“Apa tidak ada jejak yang ditinggalkan pelaku?”

Tabita berpikir sejenak lalu menggeleng.

“Jangankan meninggalkan jejak, arah larinya saja tidak kami ketahui. Dia datang dan pergi seperti angin.”

Emerald terdiam, kekhawatiran membayang jelas di wajahnya.

“Kemarin malam, saat peristiwa buruk itu terjadi, aku sedang tertidur lelap. Aku terbangun pada saat keributan telah terjadi. Saat berlari mencari asal keributan itu, aku melihat beberapa prajurit telah terbaring tak sadarkan diri. Suara-suara ledakan dari luar membuat aku segera menuju ke luar. Tetapi setelah berada di halaman istana, aku melihat kepala prajurit sudah terkapar sekarat di sana. Dia terkena sihir mematikan, untung saja pertahanan dirinya masih cukup kuat. Sedangkan pelaku sudah tidak nampak lagi. Aku lalu memeriksa keadaan istana dan mengumpulkan keterangan dari para prajurit yang tidak terluka parah. Saat itulah kami semua menyadari, pencuri itu sejak awal hanya punya satu tujuan memasuki istana ini. Mencuri kitab sihir pusaka milik Ratu. Sekali lagi, maafkan kelalaian kami, Ratu.”

Emerald mengangkat tangannya.

“Tidak apa, Tabita. Yang penting kamu dan yang lainnya baik-baik saja. Jadi sekarang kita punya kesimpulan-kesimpulan… Pelakunya memiliki ilmu sihir yang tinggi, mengenal dengan baik seluk beluk istana ini. Dan… tahu kalau aku sedang tidak berada di istana.”

Tabita membenarkan.

“Bagaimana keadaan kepala prajurit?”

“Dia sedang dalam perawatan serius. Tetapi aku yakin dia akan segera membaik dalam dua hari ini,” sahut Tabita.

“Kalau begitu aku minta kamu segera mencari daftar jaga prajurit. Kumpulkan prajurit-prajurit yang sedang tidak bertugas kemarin malam. Aku ingin mereka berada di aula istana malam ini secepatnya. Aku ingin berganti pakaian setelah itu aku ingin berbicara dengan mereka.”

“Baik, Ratu.”

Tabita undur diri dari hadapan Emerald.

Tabita adalah murid senior, kesayangan Emerald. Dia datang untuk belajar ilmu mengenai ramuan sihir enam tahun lalu. Namun berkat kecerdasannya, dia mampu mengusai hampir semua ilmu yang diajarkan kepadanya.

Saat ini, Tabita sudah jadi tangan kanan Emerald di padepokan sihir yang dibangunnya. Seringkali Emerald juga memintanya untuk mengajar murid-murid yang lebih muda, karena keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya itu.

*****
Sayang sekali, Emerald tidak menemukan banyak petunjuk saat memeriksa semua prajurit yang tidak sedang bertugas pada saat kejadian terjadi. Mereka semua terlihat bersih dan tidak patut dicurigai.
Emerald pun membawa langkahnya ke halaman istana. Dia berjalan mengitari seluruh sisi luar istana untuk memeriksa kalau-kalau ada jejak yang ditinggalkan pelaku.

Dia bersama Tabita dan diikuti beberapa prajurit. Mereka membawa obor-obor besar untuk mengenyahkan gelap. Emerald sendiri menerangi langkahnya dengan menghidupkan cahaya dari batu mulia di ujung tongkat sihirnya.

Pada saat sampai di bagian belakang istana, yang hampir berbatasan dengan rimbunnya pepohonan pinus, Emerald merasakan sesuatu.

“Ada endapan energi sihir yang besar di sekitar tempat ini,” ucapnya sembari menatap lekat-lekat tempat itu. Cahaya dari tongkat sihirnya membesar membuat tempat itu menjadi bermandi cahaya merah terang benderang.

“Mungkinkah dia menggunakan portal sihir untuk melarikan diri?” Tabita mendekat dan berusaha ikut merasakan endapan sihir tersebut.

“Entahlah, Tabita. Seperti yang kamu tahu, untuk membuat portal sihir dibutuhkan energi yang cukup besar. Untuk membuatnya pun dibutuhkan paling tidak dua penyihir, kecuali dia memang penyihir berilmu sangat tinggi. Satu-satunya penyihir yang pernah kulihat membuat portal sihir seorang diri adalah mendiang Guru Shandong.”

Tabita terdiam.

Beberapa bulan terakhir ini, dia memang mendapat pelajaran ilmu sihir tingkat lanjut di luar ilmu mengenai ramuan sihir. Salah satunya adalah membuat portal sihir. Tapi kemampuannya menyalurkan energi sihir untuk untuk mempertahankan portal sihir tetap terbuka selama beberapa waktu memang belum cukup kuat. Pada percobaan terakhir ketika dia dan Emerald membuat sebuah portal sihir dari tengah halaman padepokan menuju ke puncak menara istana , dia mengalami luka dalam, walaupun tidak parah sehingga harus dirawat beberapa hari.

“Kesimpulan berikutnya, jika pelakunya bukan orang dalam, berarti dia berasal dari luar istana. Tidak banyak orang di luar sana yang pernah melihat ruang penyimpanan kitab sihir tersebut. Kita bisa memperkecil kemungkinannya dengan menghitung kaum sihir berilmu tinggi yang pernah menjadi tamu khusus sehingga kuperbolehkan melihat kitab sihir tersebut.”

“Benar, Ratu. Seingatku, hanya beberapa penyihir saja yang bisa masuk hitungan. Beberapa penyihir tua, teman mendiang Guru Shandong, kemudian raja Ametys, raja Basalto dan raja Ruby,” sahut Tabita.

“Lalu pertanyaan berikutnya? Apa yang akan dia lakukan dengan memiliki kitab tersebut? Apa rencananya?”

“Mungkinkah dia sangat membutuhkan kitab tersebut?”

“Kitab itu berisi ilmu sihir pengobatan tingkat tinggi. Tapi aku ragu, jika hanya itu keinginannya. Dia bisa mengatakannya secara baik-baik. Atau jika butuh, dia bisa datang langsung ke istana atau padepokan seperti yang dilakukan orang-orang selama ini.”

Tabita mengangguk membenarkan.

“Perasaanku tidak enak, Tabita. Mimpiku kemarin rasanya memang pertanda sesuatu yang besar dan buruk akan terjadi, jika kita tidak segera bertindak. Pelaku pencurian itu memiliki rencana yang besar. Dan jika dia beraksi pada saat aku meninggalkan istana, bukan tidak mungkin peristiwa yang sama juga terjadi pada raja-raja kaum sihir yang lain.”

Emerald lalu menurunkan energinya sehingga cahaya dari ujung tongkat sihirnya meredup.

“Aku butuh bantuanmu saat ini, Tabita. Mana dari tiga istana raja kaum sihir lainnya yang pernah kamu datangi?”

Tabita terkejut.

“Aku pernah berkunjung sekali ke istana raja Ametys. Selebihnya belum pernah.”

“Kita akan membuat portal sihir ke tempat itu. Anggap saja  aku memberimu pelajaran tambahan malam ini.”

“Se… sekarang, Ratu?”

“Ya. Aku harus mencari tahu apa yang sedang terjadi secepatnya. Ambil tongkat sihirmu sekarang dan bawa aku ke istana Ametys.”

****


(Bersambung)

ilustrasi gambar dari: www.deviantart.com


Komentar

pical gadi mengatakan…
Sipp. Makasih mampirnya bung. Salam