Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Apa tidak ada jejak yang ditinggalkan pelaku?”
Tabita berpikir sejenak lalu menggeleng.
“Jangankan meninggalkan jejak, arah larinya saja tidak kami
ketahui. Dia datang dan pergi seperti angin.”
Emerald terdiam, kekhawatiran membayang jelas di wajahnya.
“Kemarin malam, saat peristiwa buruk itu terjadi, aku sedang
tertidur lelap. Aku terbangun pada saat keributan telah terjadi. Saat berlari mencari
asal keributan itu, aku melihat beberapa prajurit telah terbaring tak sadarkan
diri. Suara-suara ledakan dari luar membuat aku segera menuju ke luar. Tetapi
setelah berada di halaman istana, aku melihat kepala prajurit sudah terkapar
sekarat di sana. Dia terkena sihir mematikan, untung saja pertahanan dirinya
masih cukup kuat. Sedangkan pelaku sudah tidak nampak lagi. Aku lalu memeriksa
keadaan istana dan mengumpulkan keterangan dari para prajurit yang tidak
terluka parah. Saat itulah kami semua menyadari, pencuri itu sejak awal hanya
punya satu tujuan memasuki istana ini. Mencuri kitab sihir pusaka milik Ratu. Sekali
lagi, maafkan kelalaian kami, Ratu.”
Emerald mengangkat tangannya.
“Tidak apa, Tabita. Yang penting kamu dan yang lainnya baik-baik
saja. Jadi sekarang kita punya kesimpulan-kesimpulan… Pelakunya memiliki ilmu
sihir yang tinggi, mengenal dengan baik seluk beluk istana ini. Dan… tahu kalau
aku sedang tidak berada di istana.”
Tabita membenarkan.
“Bagaimana keadaan kepala prajurit?”
“Dia sedang dalam perawatan serius. Tetapi aku yakin dia
akan segera membaik dalam dua hari ini,” sahut Tabita.
“Kalau begitu aku minta kamu segera mencari daftar jaga
prajurit. Kumpulkan prajurit-prajurit yang sedang tidak bertugas kemarin malam.
Aku ingin mereka berada di aula istana malam ini secepatnya. Aku ingin berganti
pakaian setelah itu aku ingin berbicara dengan mereka.”
“Baik, Ratu.”
Tabita undur diri dari hadapan Emerald.
Tabita adalah murid senior, kesayangan Emerald. Dia datang
untuk belajar ilmu mengenai ramuan sihir enam tahun lalu. Namun berkat
kecerdasannya, dia mampu mengusai hampir semua ilmu yang diajarkan kepadanya.
Saat ini, Tabita sudah jadi tangan kanan Emerald di
padepokan sihir yang dibangunnya. Seringkali Emerald juga memintanya untuk
mengajar murid-murid yang lebih muda, karena keterampilan dan kemampuan yang
dimilikinya itu.
*****
Sayang sekali, Emerald tidak menemukan banyak petunjuk saat memeriksa
semua prajurit yang tidak sedang bertugas pada saat kejadian terjadi. Mereka
semua terlihat bersih dan tidak patut dicurigai.
Emerald pun membawa langkahnya ke halaman istana. Dia berjalan
mengitari seluruh sisi luar istana untuk memeriksa kalau-kalau ada jejak yang
ditinggalkan pelaku.
Dia bersama Tabita dan diikuti beberapa prajurit. Mereka
membawa obor-obor besar untuk mengenyahkan gelap. Emerald sendiri menerangi
langkahnya dengan menghidupkan cahaya dari batu mulia di ujung tongkat sihirnya.
Pada saat sampai di bagian belakang istana, yang hampir
berbatasan dengan rimbunnya pepohonan pinus, Emerald merasakan sesuatu.
“Ada endapan energi sihir yang besar di sekitar tempat ini,”
ucapnya sembari menatap lekat-lekat tempat itu. Cahaya dari tongkat sihirnya
membesar membuat tempat itu menjadi bermandi cahaya merah terang benderang.
“Mungkinkah dia menggunakan portal sihir untuk melarikan
diri?” Tabita mendekat dan berusaha ikut merasakan endapan sihir tersebut.
“Entahlah, Tabita. Seperti yang kamu tahu, untuk membuat
portal sihir dibutuhkan energi yang cukup besar. Untuk membuatnya pun dibutuhkan
paling tidak dua penyihir, kecuali dia memang penyihir berilmu sangat tinggi. Satu-satunya
penyihir yang pernah kulihat membuat portal sihir seorang diri adalah mendiang
Guru Shandong.”
Tabita terdiam.
Beberapa bulan terakhir ini, dia memang mendapat pelajaran
ilmu sihir tingkat lanjut di luar ilmu mengenai ramuan sihir. Salah satunya
adalah membuat portal sihir. Tapi kemampuannya menyalurkan energi sihir untuk untuk
mempertahankan portal sihir tetap terbuka selama beberapa waktu memang belum
cukup kuat. Pada percobaan terakhir ketika dia dan Emerald membuat sebuah
portal sihir dari tengah halaman padepokan menuju ke puncak menara istana , dia
mengalami luka dalam, walaupun tidak parah sehingga harus dirawat beberapa
hari.
“Kesimpulan berikutnya, jika pelakunya bukan orang dalam,
berarti dia berasal dari luar istana. Tidak banyak orang di luar sana yang
pernah melihat ruang penyimpanan kitab sihir tersebut. Kita bisa memperkecil kemungkinannya
dengan menghitung kaum sihir berilmu tinggi yang pernah menjadi tamu khusus
sehingga kuperbolehkan melihat kitab sihir tersebut.”
“Benar, Ratu. Seingatku, hanya beberapa penyihir saja yang
bisa masuk hitungan. Beberapa penyihir tua, teman mendiang Guru Shandong,
kemudian raja Ametys, raja Basalto dan raja Ruby,” sahut Tabita.
“Lalu pertanyaan berikutnya? Apa yang akan dia lakukan
dengan memiliki kitab tersebut? Apa rencananya?”
“Mungkinkah dia sangat membutuhkan kitab tersebut?”
“Kitab itu berisi ilmu sihir pengobatan tingkat tinggi. Tapi
aku ragu, jika hanya itu keinginannya. Dia bisa mengatakannya secara baik-baik.
Atau jika butuh, dia bisa datang langsung ke istana atau padepokan seperti yang
dilakukan orang-orang selama ini.”
Tabita mengangguk membenarkan.
“Perasaanku tidak enak, Tabita. Mimpiku kemarin rasanya
memang pertanda sesuatu yang besar dan buruk akan terjadi, jika kita tidak
segera bertindak. Pelaku pencurian itu memiliki rencana yang besar. Dan jika
dia beraksi pada saat aku meninggalkan istana, bukan tidak mungkin peristiwa
yang sama juga terjadi pada raja-raja kaum sihir yang lain.”
Emerald lalu menurunkan energinya sehingga cahaya dari ujung
tongkat sihirnya meredup.
“Aku butuh bantuanmu saat ini, Tabita. Mana dari tiga istana
raja kaum sihir lainnya yang pernah kamu datangi?”
Tabita terkejut.
“Aku pernah berkunjung sekali ke istana raja Ametys.
Selebihnya belum pernah.”
“Kita akan membuat portal sihir ke tempat itu. Anggap saja aku memberimu pelajaran tambahan malam ini.”
“Se… sekarang, Ratu?”
“Ya. Aku harus mencari tahu apa yang sedang terjadi
secepatnya. Ambil tongkat sihirmu sekarang dan bawa aku ke istana Ametys.”
****
Komentar