Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Tak lama kemudian portal sihir yang membawa Emerald sampai
di halaman rumah yang dituju. Rumah itu sudah nampak tua dengan atap terlepas
di beberapa bagian terlihat dua cerobong
asap di bagian depan dan belakang rumah. Cerobong di bagian depan
terlihat sedang mengepulkan asap kelabu pertanda penghuni rumah masih terjaga.
Emerald keluar dari portal dengan wajah letih. Selama
beberapa jam terakhir ini, energinya memang cukup terkuras. Belum lagi beban
pikiran yang dipikulnya, karena kitab yang dicuri itu adalah peninggalan
berharga dari mendiang Guru Shandong.
Namun kendati lelah, niatnya untuk segera menemukan kitab
sihir yang dicuri itu begitu kuat. Dengan penerangan dari ujung tongkat
sihirnya, dia pun melangkah menuju ke depan pintu rumah. Ternyata yang empunya
rumah mendahuluinya.
Pintu tersingkap dan muncul sosok penyihir tua muncul di situ.
Penyihir itu sudah bungkuk. Rambut putih panjangnya dikuncir ke belakang.
Hidungnya yang panjang tertekuk ke bawah, nampak menonjol di atas kumis dan
janggut yang putih lebat. Namun dari tatapan matanya yang tajam, terlihat kalau
energi sihir besar terpendam dalam diri penyihir tua itu.
“Aku tahu kamu akan datang, Nak,” ucapnya dengan suara
serak. “Tapi aku tak menyangka kamu harus menggunakan portal sihir sampai ke
sini.”
“Aku dari istana Ametys, Kek…”
Penyihir yang dipanggil kakek Dorbo itu nampak terkejut.
“Pantas saja kamu letih sekali. Ayo masuklah ke dalam… anggap
saja istana sendiri,” Kakek Dorbo terkekeh.
Suasana rumah kakek Dorbo nampak suram. Penerangan hanya
berasal dari sebuah lilin di atas meja yang penuh dengan periuk, perkakas kaca
dan buku-buku tua, dan dari nyala perapian di sudut ruang depan.
Emerald dan Kakek Dorbo kini duduk berhadapan. Kakek Dorbo bercerita
kalau dia sudah tahu peristiwa pencurian yang terjadi semalam. Pada saat
mengetahuinya, dia langsung berusaha menyelidiki asal pencuri itu lewat guci
sihirnya. Jejak-jejak yang ditinggalkan pelaku memang berakhir pada sebuah
portal sihir yang dibuat di belakang istana.
Seringkali jika menemukan pangkal portal sihir seperti itu,
dia juga bisa melacak ujung portal sihirnya. Namun pencuri yang satu ini memang
berilmu cukup tinggi karena mampu menutupi jejak portal dengan sempurna. Melalui
kekuatannya, kakek Dorbo sudah memeriksa beberapa lokasi yang sering dijadikan
portal sihir di wilayah selatan Gopalagos
namun tetap tidak berhasil. Jadi untuk sementara bisa disimpulkan kalau portal
sihir itu berujung pada sebuah tempat yang cukup jauh dari situ.
Emerald nampak begitu sedih. Peluangnya untuk mendapatkan
kembali kitab itu semakin kecil.
“Oh ya, sepertinya kita punya sedikit petunjuk lagi, Nak.
Ayo kemarilah…”
Kakek Dorbo berdiri dan dengan langkah sedikit tertatih dia
mengajak Emerald menuju ke sebuah guci berwarna merah hati berukir sulur
pepohonan rambat yang terletak di tengah-tengah ruangan. Guci itu bermulut
lebar dan diisi dengan air sampai hampir penuh.
Emerald telah berdiri di sisi guci bersama Kakek Dorbo.
Mereka memandang permukaan guci yang penuh air.
“Kakek melihat sesuatu?”
“Ya…”
Kakek Dorbo mengambil sebuah kantung kain berwarna hitam dan
mengeluarkan bubuk berwarna kuning emas dari dalamnya. Dia lalu menjatuhkan
bubuk dalam genggamannya ke atas guci. Begitu menyentuh permukaan air, bubuk
itu berubah wujud menjadi asap tebal berwarna kekuningan.
“…hanya saja penglihatanku kurang jelas. Seperti yang aku
katakan tadi, pencuri itu mampu menutupi jejak-jejaknya dengan sempurna.
Lihatlah…”
Asap kuning yang semula memenuhinya permukaan guci sudah
memudar, menyingkap pemandangan lain di belakangnya. Dengan kekuatannya kakek
Dorbo mengubah permukaan air di dalam guci menjadi seperti cermin yang
menampilkan peristiwa lintas dimensi dan lintas waktu.
Emerald dapat melihat samar-samar, terjadi pertarungan sihir
yang sengit antara seorang penyihir berpakaian serba hitam dan salah satu
prajurit di depan istana. Dia seperti melihat kembali pertarungan yang
dimimpikannya belum lama ini. Hanya saja penglihatan itu semakin lama semakin
buram, tertutup oleh semacam kabut berwarna hijau. Penglihatan itu berlangsung
tanpa suara, jadi penampakan kabut itu benar-benar mengganggu konsentrasinya.
“Kamu bisa melihatnya?”
“Ya, Kek, hanya saja ada kabut hijau yang menghalangi
mereka.”
“Ya. Itulah tabir sihir yang dipasang pencuri itu. Tabir
sihir itu akan semakin pekat tapi cobalah untuk terus memerhatikan.”
Emerald pun tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun ke
dalam guci. Memang semakin lama kabut hijau yang nampak semakin pekat. Menghitung
momentumnya, Emerald bisa menduga-duga saat ini pencuri telah berhasil
mengalahkan prajurit dan sedang melarikan diri.
Kabut hijau tiba-tiba berpendar, seperti sedang
menyembunyikan sebuah cahaya terang benderang di dalamnya. Sepertinya pada saat
inilah pencuri itu membangun sebuah portal sihir untuk membantunya melarikan
diri.
“Tahan…!” Kakek Dorbo meletakkan tangannya di atas permukaan
guci. Bibirnya bergerak-gerak membacakan beberapa mantra pendek. Kabut hijau
yang menutupi penglihatan mereka seperti bergerak lebih cepat, memutar dan
memuntir ke segala arah, sehingga menyingkap sedikit celah-celah kosong di antaranya.
Mata Emerald membelalak. Nampak bayangan sebuah tongkat
sihir yang terbuat dari perak disingkapkan kabut hijau. Hanya sesaat, lalu
pemandangan itu ditelan kembali oleh kabut hijau yang terus bergerak.
Begitu kakek Dorbo mengangkat kembali tangannya. Kabut hijau
kembali tenang seperti semula, tetapi kali ini seluruh permukaan air telah tertutup
sempurna oleh kabut itu.
“Kita hanya punya petunjuk itu,” ucap kakek Dorbo. Dia lalu
mengebaskan tangan kirinya ke atas guci dan dalam seketika warna air di dalam
guci kembali seperti semula, bening, memantulkan cahaya lilin di tengah
ruangan.
“Penyihirnya menggunakan tongkat perak…”
“Benar. Tongkat perak hanya digunakan oleh kaum sihir
tertentu saja, bukan?”
Emerald mengangguk.
“Para raja, Basalto dan Ruby menggunakannya. Tapi setahuku
ada sejumlah pejabat tinggi dalam istana para raja yang juga menggunakannya. Juga
kepala prajurit kerajaan Ametys. Aku juga pernah melihat beberapa penyihir tua
menggunakannya.”
Kakek Dorbo bergeming.
“Kita masih tetap punya banyak tersangka rupanya…”
“Lagipula kita harus mencari bukti lain yang lebih kuat, Kek.
Tidak sekedar bukti berdasarkan penerawangan ini. Bukti yang benar-benar
membuat pencurinya tidak bisa menghidar lagi. ”
“Tidak ada cara lain kalau begitu, selain menemukan dimana
kitab sihir itu berada.”
Kakek Dorbo kembali duduk di atas kursi sambil berusaha
berpikir keras. Emerald mengikutinya.
“Bagaimana kalau kita mengirim kabar kepada lebih banyak penyihir
di benua ini? Siapa tahu mereka mengetahui sesuatu, baik pencuri itu atau
rencana-rencananya. Aku akan segera memberi kabar kepada kawan-kawan lamaku,”
Kakek Dorbo melemparkan pandangannya ke dekat pintu masuk. Di situ ada sangkar
berisi seekor burung hantu yang bertengger malas-malasan.
“Ya, kupikir itu langkah yang harus kita ambil sekarang,
Kek.”
“Tapi aku sudah lama sekali tidak mengirim surat. Lihatlah,
burung hantu yang biasa aku gunakan sudah hampir segemuk sapi. Aku pun sangsi
apa dia masih arah rumah kawan-kawanku.”
“Aku bisa meminjamkan merpati-merpati di istana, Kek.”
“Yah, ide bagus. Tapi aku pikir… sebaiknya kamu pulang ke
istana dulu sekarang, Nak. Beristrahatlah untuk memulihkan energi yang hilang.
Besok kita lanjutkan lagi rencana-rencana kita.”
Emerald mengangguk. Dia juga sangat sependapat dengan
nasehat kakek Dorbo itu.
------
Keesokan harinya, merpati-merpati pos disebarkan untuk
membawa kabar tentang pencurian kitab sihir di istana Emerald ke seluruh tokoh kaum
sihir yang bisa mereka jangkau. Tapi
mereka menyepakati kalau dalam pesan yang dikirimkan tidak perlu mencantumkan perihal
tongkat sihir dari perak yang dimiliki
pencuri. Mereka hanya meminta informasi kalau-kalau ada penyihir yang mengetahui
gerak-gerik pencuri itu.
Tapi setelah menunggu
sekian waktu, berita baik yang diharapkan tidak kunjung datang.
Memang setelah merpati pos disebar, beberapa tua-tua kaum
sihir berdatangan silih berganti ke istana. Tetapi itu hanya karena mereka penasaran
dengan kronologi peristiwa pencurian dan sebagian lagi datang untuk menunjukkan
empati kepada Emerald. Tidak ada satu pun yang memberikan petunjuk lebih lanjut
mengenai keberadaan pencuri atau kitab sihir itu.
Ruby dan Basalto juga datang berkunjung. Mereka termasuk
orang-orang yang datang untuk menunjukkan empati. Mereka dan beberapa tokoh
kaum sihir lainnya juga sudah berusaha melacak keberadaan kitab sihir itu dengan
kekuatan mereka, tetapi rupanya pencurinya benar-benar memiliki ilmu sihir yang
tinggi. Ilmu menyembunyikan aura atau energi sihir dari artefak dan benda-benda
sihir lainnya adalah ilmu yang hanya dimiliki segelintir penyihir di Gopalagos.
Waktu terus bergulir. Satu bulan kemudian, justru istana
Ametys yang disatroni pencuri dan sepertinya pencuri itu juga mengincar kitab
sihir peninggalan mendian guru Shandong yang dimiliki Raja Ametys. Saat itu raja
memang sedang berada di salah satu pesta tahunan kaum sihir di wilayah selatan
setiap kali musim panen tiba. Tetapi untunglah sebelumnya, Ametys telah
memindahkan tempat penyimpanan kitab itu ke tempat lain yang sangat dirahasiakan.
Ruang penyimpanan kitab sihir sebelumnya dibobol oleh pencuri dan seluruh
perisai sihirnya berhasil dipatahkan.
Sekali lagi terbukti kalau pencuri tersebut juta telah
mengenal dengan baik seluk beluk istana Ametys termasuk ruang tempat
penyimpanan kitab sihirnya. Menyadari kalau kitab sihir telah dipindahkan,
pencuri itu melarikan diri secepatnya. Tetapi sama seperti kejadian di istana
Emerald, beberapa prajurit juga jadi korban akibat berseteru dengan pencuri
berilmu tinggi itu.
Lalu pencuri itu juga pergi dan datang secepat angin tanpa
memberi banyak kesempatan untuk dikenali atau dikejar oleh para prajurit. Dia
juga pandai menutup jejak dan mengaburkan penerawangan oleh para cenayang.
Kejadian itu kembali menggemparkan kaum sihir di Gopalagos. Setiap orang mulai
meningkatkan kewaspadaan. Para tokoh kaum sihir yang memiliki pusaka atau
artifak-artifak berharga, segera membuat tempat penyimpanan yang dipasangi
banyak perisai sihir.
Saat berita percobaan pencurian di istana Ametys ramai
diperbincangkan, kabar mengkhawatirkan lain datang dari barat, dari istana dan
padepokan sihir Basalto.
Desas desus mengatakan kalau Raja Basalto saat ini perlahan-lahan
mengubah arah politik kerajaannya dengan memperkuat pasukan sihirnya. Kini
hampir sulit membedakan pelatihan sihir untuk para murid di padepokan dengan
pelatihan untuk para prajurit.
Murid-murid yang berada pada tingkat menengah ke atas mulai
dilatih ilmu sihir pertahanan diri tingkat tinggi, yang selama ini hanya
diajarkan pada segelintir orang saja. Untuk para prajurit pun ilmu-ilmu seperti
itu biasa hanya diberikan kepada para prajurit berpangkat tinggi.
Selain itu dari waktu ke waktu, Raja Basalto terus menambah
barisan prajuritnya. Padahal kerajaannya tidak sedang bermusuhan dengan
kerajaan lain. Gopalagos pun masih dalam keadaan damai dan tentram.
Tentu saja, gerakan ini membuat gentar raja-raja manusia
non-sihir yang wilayahnya bertetangga dengan Kerajaan Basalto. Memang sampai
saat ini belum ada peristiwa yang membuktikan kekhawatiran mereka. Tetapi kebijakan-kebijakan
Raja Basalto ini mengingatkan mereka kembali pada zaman perang puluhan tahun
lalu.
Mereka pun berusaha membujuk para kaum sihir untuk
mengingatkan Basalto. Sejumlah kaum sihir yang kurang sependapat dengan
kebijakan itu pun menarik anak-anak mereka dari padepokan.
Namun tidak sedikit pula kaum sihir yang setuju dengan
tindakan Raja Basalto. Mereka bahkan ada yang berasal dari pelosok Gopalagos dan bersedia menitipkan
anaknya untuk menimba ilmu di padepokan tersebut.
Terobosan Basalto ini mulai membuat kaum sihir terbagi
menjadi dua golongan yaitu yang setuju dan tidak setuju. Kabarnya para guru pun
dipersilahkan membuat pilihan. Yang tidak setuju dipersilahkan mengundurkan
diri dari padepokan. Mereka akan diberi pesangon yang layak dan hadiah lainnya
untuk menghormati dedikasi mereka selama ini. Sementara itu guru-guru yang
setuju dipersilahkan untuk tinggal dan melanjutkan pengajarannya, tentu dengan
materi yang diinginkan Raja Basalto.
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: forums.playpark.net
Komentar
Saya menulis project seperti ini bersama sejumlah anggota komunitas penulis fiksi lainnya. Pengurus komunitas bekerja sama dengan sebuah publisher. Kalau karya saya lolos seleksi kemungkinan besar diterbitkan :)
Salam