Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Jika para guru terbagi menjadi dua pihak, yang setuju dan
tidak dengan kebijakan baru raja Basalto, para tua-tua sihir yang menjadi
penasehat kerajaan seluruhnya tidak setuju. Mereka sangat menghormati mendiang
Guru Shandong dan mereka yakin jika masih hidup, guru besar itu juga tidak akan
setuju. Maka barisan penasehat kerajaan yang lama pun mengundurkan diri,
sehingga raja harus mengangkat penasehat kerajaan baru yang sejalan dengannya.
Merpati pos dari kawan-kawannya Emerald, Ruby dan Ametys,
berdatangan. Mereka ingin tahu apa yang sedang direncanakan oleh Basalto dengan
menambah besar-besaran jumlah prajurit. Mereka juga memberi saran agar Basalto
mengembalikan keadaan kerajaan seperti semula, agar keadaan tenang seperti
sedia kala.
Tetapi Basalto membalas surat-surat mereka dengan dengan
mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya ingin agar banyak kaum
sihir muda yang meneruskan ilmu sihir pertahanan diri yang dikuasainya. Salah satu
caranya adalah dengan berlatih dan menjadi prajurit kerajaan.
Tetapi tak lama kemudian yang dikhawatirkan banyak orang benar-benar
terjadi.
Terjadi serangan dari prajurit Basalto kepada manusia
non-sihir, prajurit kerajaan Amenthop, di daerah paling utara kerajaan. Memang
bukan serangan besar dan hanya menimpa beberapa prajurit kerajaan tetangga itu.
Para prajurit, Basalto melakukan serangan karena merasa terancam dengan
kehadiran prajurit-prajurit kerajaan Amenthop yang bersikeras tidak mau
beranjak dari sejumlah lahan perkebunan anggur yang terletak di perbatasan.
Perkebunan anggur itu memang terletak di wilayah kerajaan
Basalto, namun perkebunan itu adalah hibah dari guru Shandong semasa muda dulu.
Saat itu kerajaan Amenthop baru saja bangkit dari keterpurukan akibat perang
berkepanjangan. Hibah dari guru Shandong itu adalah tanda perdamaian sekaligus
cara guru Shandong menolong perekonomian kerajaan Amenthop.
Prajurit Basalto menyerang dengan sihir api, sehingga
mengakibatkan dua orang prajurit kerajaan Amenthop mengalami luka bakar akut.
Kabar itu memicu kehawatiran lebih lanjut. Pemimpin kerajaan
lain di sekitar kerajaan Amenthop meminta raja Dursoil, raja kerajaan Amenthop
untuk tetap tenang menganggapi musibah kecil itu.
Beberapa hari kemudian, Emerald juga tahu-tahu sudah muncul
di istana Basalto untuk mengingatkan kawannya itu agar tidak memicu perselisihan
lebih lanjut atau perdamaian yang sudah dibangun bertahun-tahun ini hilang begitu
saja seperti bangunan yang diruntuhkan.
“Prajuritku tidak akan menyerang tanpa alasan. Mereka
terpaksa, karena prajurit Amenthop tidak mau
berbicara baik-baik. Mereka justru meminta prajurit-prajuritku segera meninggalkan
kebun anggur itu,” Basalto membela diri ketika Emerald mencecarnya.
Mereka berdua kini sedang berada di dalam ruang kerja raja
Basalto, dikelilingi benda-benda antik dan barisan lemari penuh perkamen.
“Tapi tidak harus dengan kekuatan sihir, kan?” sergah
Emerald.
“Mereka tidak punya pilihan lain. Saat itu mereka kalah
jumlah dari pasukan Amenthop.”
Emerald menggeleng-geleng heran.
“Kalau begitu apapun yang terjadi, kamu tetap harus mencari
cara damai untuk menyelesaikan masalah ini. Dan cobalah mengirim utusan untuk
menyampaikan permintaan maafmu kepada raja Dursoil.”
“Aku sudah melakukannya…”
Raja Basalto memang sudah mengirim orang ke kerajaan
Amenthop. Tetapi utusan itu ditolak mentah-mentah oleh raja Dursoil. Raja yang
memang temperamental itu tidak bisa menerima begitu saja prajuritnya diserang oleh
prajurit kerajaan Basalto. Dia menganggap itu sebagai sebuah tantangan. Telah bertahun-tahun kerajaannya mengelola kebun
anggur di perbatasan dan selama itu tidak pernah ada masalah antara dia dan
guru Shandong, termasuk raja Basalto awalnya. Mengapa baru saat ini
mempermasalahkan perkebunan itu?
Tetapi raja Dursoil tahu, kalau dia memaksa diri untuk
berperang melawan kerajaan Basalto saat itu mereka akan menemui kesulitan. Maka
secara diam-diam dia mengirim surat-surat rahasia kepada sejumlah mantan
prajurit para kaum Sagit yang ada di kerajaan.
Dua cangkir teh rempah telah tandas. Emerald sebenarnya masih
ingin berbicara banyak, tetapi dia mengurungkan niatnya karena melihat Basalto di
sisi jendela sedang memandang serius ke arah padepokan. Saat itu juga Daestar
juga masuk ke dalam ruangan dan menggelayut di kaki ayahnya.
Raut kaku Emerald berubah menjadi lebih cerah. Dia tersenyum
memandang bocah itu.
“Hei, jagoan! Ayo kesini... “
Daestar berlari riang dan tak lama kemudian berpindah ke
dalam gendongan Emerald. Dia segera memboyong anak Basalto keluar. Saat
berpapasan dengan Basalto dia berucap lirih,
“Ingatlah masa depan mereka jika perang antara kedua negara
dan kedua ras tidak terhindarkan lagi. Pada masa kanak-kanak dulu kita telah melihat
banyak korban perang yang sia-sia. Jangan sampai itu terjadi lagi.”
Basalto mendadak teringat kembali dengan kata-kata guru
Shandong. Suara gurunya seperti bergema dalam ucapan Emerald barusan. Bersamaan
dengan itu, Emerald melihat sorot aneh dari mata Basalto.
-------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: elton-atlantis.blogspot.com
Komentar