Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [41]



Jika para guru terbagi menjadi dua pihak, yang setuju dan tidak dengan kebijakan baru raja Basalto, para tua-tua sihir yang menjadi penasehat kerajaan seluruhnya tidak setuju. Mereka sangat menghormati mendiang Guru Shandong dan mereka yakin jika masih hidup, guru besar itu juga tidak akan setuju. Maka barisan penasehat kerajaan yang lama pun mengundurkan diri, sehingga raja harus mengangkat penasehat kerajaan baru yang sejalan dengannya.


Merpati pos dari kawan-kawannya Emerald, Ruby dan Ametys, berdatangan. Mereka ingin tahu apa yang sedang direncanakan oleh Basalto dengan menambah besar-besaran jumlah prajurit. Mereka juga memberi saran agar Basalto mengembalikan keadaan kerajaan seperti semula, agar keadaan tenang seperti sedia kala.

Tetapi Basalto membalas surat-surat mereka dengan dengan mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya ingin agar banyak kaum sihir muda yang meneruskan ilmu sihir pertahanan diri yang dikuasainya. Salah satu caranya adalah dengan berlatih dan menjadi prajurit kerajaan.
Tetapi tak lama kemudian yang dikhawatirkan banyak orang benar-benar terjadi.
Terjadi serangan dari prajurit Basalto kepada manusia non-sihir, prajurit kerajaan Amenthop, di daerah paling utara kerajaan. Memang bukan serangan besar dan hanya menimpa beberapa prajurit kerajaan tetangga itu. Para prajurit, Basalto melakukan serangan karena merasa terancam dengan kehadiran prajurit-prajurit kerajaan Amenthop yang bersikeras tidak mau beranjak dari sejumlah lahan perkebunan anggur yang terletak di perbatasan.

Perkebunan anggur itu memang terletak di wilayah kerajaan Basalto, namun perkebunan itu adalah hibah dari guru Shandong semasa muda dulu. Saat itu kerajaan Amenthop baru saja bangkit dari keterpurukan akibat perang berkepanjangan. Hibah dari guru Shandong itu adalah tanda perdamaian sekaligus cara guru Shandong menolong perekonomian kerajaan Amenthop.

Prajurit Basalto menyerang dengan sihir api, sehingga mengakibatkan dua orang prajurit kerajaan Amenthop mengalami luka bakar akut.

Kabar itu memicu kehawatiran lebih lanjut. Pemimpin kerajaan lain di sekitar kerajaan Amenthop meminta raja Dursoil, raja kerajaan Amenthop untuk tetap tenang menganggapi musibah kecil itu.
Beberapa hari kemudian, Emerald juga tahu-tahu sudah muncul di istana Basalto untuk mengingatkan kawannya itu agar tidak memicu perselisihan lebih lanjut atau perdamaian yang sudah dibangun bertahun-tahun ini hilang begitu saja seperti bangunan yang diruntuhkan.

“Prajuritku tidak akan menyerang tanpa alasan. Mereka terpaksa, karena prajurit Amenthop tidak mau  berbicara baik-baik. Mereka justru meminta prajurit-prajuritku segera meninggalkan kebun anggur itu,” Basalto membela diri ketika Emerald mencecarnya.

Mereka berdua kini sedang berada di dalam ruang kerja raja Basalto, dikelilingi benda-benda antik dan barisan lemari penuh perkamen.

“Tapi tidak harus dengan kekuatan sihir, kan?” sergah Emerald.

“Mereka tidak punya pilihan lain. Saat itu mereka kalah jumlah dari pasukan Amenthop.”

Emerald menggeleng-geleng heran.

“Kalau begitu apapun yang terjadi, kamu tetap harus mencari cara damai untuk menyelesaikan masalah ini. Dan cobalah mengirim utusan untuk menyampaikan permintaan maafmu kepada raja Dursoil.”

“Aku sudah melakukannya…”

Raja Basalto memang sudah mengirim orang ke kerajaan Amenthop. Tetapi utusan itu ditolak mentah-mentah oleh raja Dursoil. Raja yang memang temperamental itu tidak bisa menerima begitu saja prajuritnya diserang oleh prajurit kerajaan Basalto. Dia menganggap itu sebagai sebuah tantangan. Telah  bertahun-tahun kerajaannya mengelola kebun anggur di perbatasan dan selama itu tidak pernah ada masalah antara dia dan guru Shandong, termasuk raja Basalto awalnya. Mengapa baru saat ini mempermasalahkan perkebunan itu?

Tetapi raja Dursoil tahu, kalau dia memaksa diri untuk berperang melawan kerajaan Basalto saat itu mereka akan menemui kesulitan. Maka secara diam-diam dia mengirim surat-surat rahasia kepada sejumlah mantan prajurit para kaum Sagit yang ada di kerajaan.

Dua cangkir teh rempah telah tandas. Emerald sebenarnya masih ingin berbicara banyak, tetapi dia mengurungkan niatnya karena melihat Basalto di sisi jendela sedang memandang serius ke arah padepokan. Saat itu juga Daestar juga masuk ke dalam ruangan dan menggelayut di kaki ayahnya.
Raut kaku Emerald berubah menjadi lebih cerah. Dia tersenyum memandang bocah itu.

“Hei, jagoan! Ayo kesini... “

Daestar berlari riang dan tak lama kemudian berpindah ke dalam gendongan Emerald. Dia segera memboyong anak Basalto keluar. Saat berpapasan dengan Basalto dia berucap lirih,

“Ingatlah masa depan mereka jika perang antara kedua negara dan kedua ras tidak terhindarkan lagi. Pada masa kanak-kanak dulu kita telah melihat banyak korban perang yang sia-sia. Jangan sampai itu terjadi lagi.”


Basalto mendadak teringat kembali dengan kata-kata guru Shandong. Suara gurunya seperti bergema dalam ucapan Emerald barusan. Bersamaan dengan itu, Emerald melihat sorot aneh dari mata Basalto. 

-------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: elton-atlantis.blogspot.com

Komentar

Suryadiarmanrozaq mengatakan…
good post mas
pical gadi mengatakan…
Thanks sudah mampir mas. Salam