Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kebun anggur yang jadi sengketa itu terletak di salah satu cabang
aliran sungai Kharrum. Memanjang di dataran tinggi dengan dengan perbatasan
kedua negara. Di sebelah utara kebun
anggur itu, membentang hutan yang memanjang mengikuti aliran sungai. Pada
beberapa bagian, sungai Kharrum dimana membelah
lebatnya hutan itu.
Memang kerajaan Amenthop telah bertahun-tahun memetik hasil
dari kebun anggur itu. Sayangnya hibah tersebut tidak pernah tercatat pada
dokumen-dokumen milik padepokan. Semasa hidup, guru Shandong juga hanya
menuturkan sejarah kebun anggur itu kepada beberapa orang terdekatnya, termasuk
kepada Basalto pada tahun pertamanya menjadi raja.
Ada kekuatan yang menarik Basalto untuk segera menarik
kembali kepemilikan kebun anggur itu. Namun selama ini niatnya terhalang oleh
kehadiran guru Shandong. Pada saat guru Shandong meninggal, Basalto semakin
bebas mewujudkan keinginannya.
Basalto yang ambisius berdalih menegakkan kembali kedaulatan
wilayah kerajaannya dan ingin menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan kaum
sihir yang besar. Dimulai dengan melatih banyak prajurit lalu menata kembali
batas-batas wilayah kerajaan. Dan mengenai wilayah, pekerjaan pertamanya adalah
kebun anggur yang terletak di perbatasan utara tersebut.
Sekalipun tidak terima begitu saja dengan ulah prajurit
Basalto, inisiatif kompromi pertama rupanya datang dari raja Dursoil.
Pagi ini iring-iringan pasukan berkudanya telah sampai di
istana Basalto. Raja Basalto yang sudah dapat mengira-ngira maksud kedatangan
raja Dursoil itu tetap menyambutnya dengan ramah.
Raja Basalto mengajak raja Dursoil berdiskusi di tengah
ruangan kerjanya. Mereka duduk berhadapan dengan juru tulis dan pengawal berada
di sisi mereka masing-masing. Rupa-rupa penganan dan minuman tersaji di atas
meja di hadapan kedua raja tersebut.
Seperti yang telah diperkirakan, Dursoil datang dengan
maksud menjelaskan duduk perkara kebun anggur yang disengketakan. Pembicaraan
mereka kini semakin hangat.
“Maafkan kelancanganku, Yang Mulia. Dengan segala hormat,
kami memiliki surat pengakuan dari mendiang Guru Shandong sendiri. Suratnya
masih tersimpan dengan rapi di antara dokumen kerajaan lainnya,” Raja Dursoil
berusaha menahan nadanya agar masih terdengar sopan.
“...dan anda ingin aku mempercayainya begitu saja?” sahut
Basalto sambil tersenyum hambar.
Raja Dursoil menengadah sejenak untuk menahan amarahnya.
“Aku tidak punya alasan untuk membohongi anda.”
Basalto berdiri dan melangkah pelan ke arah lemari berisi
banyak perkamen. “Entahlah, Yang Mulia,” ucapnya dengan nada ragu. “Aku tidak
bermaksud menyalahkan Guru Shandong karena kami tidak menemukan satu pun
dokumen kerajaan kami yang mendukung pendapat anda. Baiklah, anggap saja aku
sependapat kini. Tadi anda mengatakan kalau saat itu kerajaan Amenthop adalah salah
satu kerajaan yang miskin dan baru saja bangkit dari sisa-sisa perang, bukan?
Bukankah saat ini kerajaan anda bukan seperti itu lagi keadaannya? Kerajaan Amenthop
adalah satu kerajaan manusia non-sihir yang cukup terkenal di barat Gopalagos.”
“Apa yang ingin anda katakan?” Raja Dursoil memicingkan
matanya.
“Bagaimana kalau aku ingin meminta kembali kebun anggur itu,
Yang Mulia… Raja Dursoil?”
Keadaan mendadak menjadi hening. Semua orang seperti menahan
napas. Bahkan angin pun enggan berhembus saat itu.
“Tentu… aku tak akan memintanya cuma-cuma. Aku akan membuat
penawaran yang menarik dengan anda.”
Saat itu sebuah kantung kulit telah berada di gengggaman
Basalto. Sepertinya kantung itu kelihatan penuh.
Raja Dursoil nampak tidak bisa lagi menyembunyikan amarah
dari gurat wajahnya. Tetapi sekaligus dia juga bingung.
“Mengapa anda begitu menginginkan kebun anggur itu saat ini?”
Geraham Basalto menegang.
“Sudah kukatakan bukan, aku ingin menegakkan kedaulatan
kerajaan ini. Ini bukan hanya masalah kebun anggur, Yang Mulia. Tetapi… wilayah
dan kedaulatan. Dan aku mohon… isi kantung ini adalah emas senilai lebih dari
5.000 Raphao. Aku yakin nilainya lebih dari bertahun-tahun hasil panen anggur
dari kebun itu.”
Mata raja Dursoil membelalak. Itu memang nilai uang yang
cukup besar.
“Jadi sekarang pilihan ada di tangan anda, Yang Mulia.
Terima tawaranku atau menolaknya. Jika memilih yang pertama, masalah ini
selesai dan kita semua bisa pulang dalam damai. Aku juga akan menawarkan anda
makan siang yang lezat. Tapi… jika memilih yang kedua, sepertinya anda memang tidak
berniat sama sekali untuk mencari solusi untuk masalah ini.”
Raja Dursoil menatap mata juru catatnya, untuk meminta
pertimbangan. Tetapi nampaknya dia juga sama bingungnya.
“Kami akan mempertimbangkan kembali tawaran anda, yang
Mulia. Tapi bukan saat ini.”
-------------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: www.cfsm.cl
Komentar