Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [42]



Kebun anggur yang jadi sengketa itu terletak di salah satu cabang aliran sungai Kharrum. Memanjang di dataran tinggi dengan dengan perbatasan kedua negara.  Di sebelah utara kebun anggur itu, membentang hutan yang memanjang mengikuti aliran sungai. Pada beberapa bagian, sungai Kharrum  dimana membelah lebatnya hutan itu.

Memang kerajaan Amenthop telah bertahun-tahun memetik hasil dari kebun anggur itu. Sayangnya hibah tersebut tidak pernah tercatat pada dokumen-dokumen milik padepokan. Semasa hidup, guru Shandong juga hanya menuturkan sejarah kebun anggur itu kepada beberapa orang terdekatnya, termasuk kepada Basalto pada tahun pertamanya menjadi raja.


Ada kekuatan yang menarik Basalto untuk segera menarik kembali kepemilikan kebun anggur itu. Namun selama ini niatnya terhalang oleh kehadiran guru Shandong. Pada saat guru Shandong meninggal, Basalto semakin bebas mewujudkan keinginannya.

Basalto yang ambisius berdalih menegakkan kembali kedaulatan wilayah kerajaannya dan ingin menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan kaum sihir yang besar. Dimulai dengan melatih banyak prajurit lalu menata kembali batas-batas wilayah kerajaan. Dan mengenai wilayah, pekerjaan pertamanya adalah kebun anggur yang terletak di perbatasan utara tersebut.
Sekalipun tidak terima begitu saja dengan ulah prajurit Basalto, inisiatif kompromi pertama rupanya datang dari raja Dursoil.

Pagi ini iring-iringan pasukan berkudanya telah sampai di istana Basalto. Raja Basalto yang sudah dapat mengira-ngira maksud kedatangan raja Dursoil itu tetap menyambutnya dengan ramah.
Raja Basalto mengajak raja Dursoil berdiskusi di tengah ruangan kerjanya. Mereka duduk berhadapan dengan juru tulis dan pengawal berada di sisi mereka masing-masing. Rupa-rupa penganan dan minuman tersaji di atas meja di hadapan kedua raja tersebut.

Seperti yang telah diperkirakan, Dursoil datang dengan maksud menjelaskan duduk perkara kebun anggur yang disengketakan. Pembicaraan mereka kini semakin hangat.

“Maafkan kelancanganku, Yang Mulia. Dengan segala hormat, kami memiliki surat pengakuan dari mendiang Guru Shandong sendiri. Suratnya masih tersimpan dengan rapi di antara dokumen kerajaan lainnya,” Raja Dursoil berusaha menahan nadanya agar masih terdengar sopan.

“...dan anda ingin aku mempercayainya begitu saja?” sahut Basalto sambil tersenyum hambar.
Raja Dursoil menengadah sejenak untuk menahan amarahnya.

“Aku tidak punya alasan untuk membohongi anda.”

Basalto berdiri dan melangkah pelan ke arah lemari berisi banyak perkamen. “Entahlah, Yang Mulia,” ucapnya dengan nada ragu. “Aku tidak bermaksud menyalahkan Guru Shandong karena kami tidak menemukan satu pun dokumen kerajaan kami yang mendukung pendapat anda. Baiklah, anggap saja aku sependapat kini. Tadi anda mengatakan kalau saat itu kerajaan Amenthop adalah salah satu kerajaan yang miskin dan baru saja bangkit dari sisa-sisa perang, bukan? Bukankah saat ini kerajaan anda bukan seperti itu lagi keadaannya? Kerajaan Amenthop adalah satu kerajaan manusia non-sihir yang cukup terkenal di barat Gopalagos.”

“Apa yang ingin anda katakan?” Raja Dursoil memicingkan matanya.

“Bagaimana kalau aku ingin meminta kembali kebun anggur itu, Yang Mulia… Raja Dursoil?”

Keadaan mendadak menjadi hening. Semua orang seperti menahan napas. Bahkan angin pun enggan berhembus saat itu.

“Tentu… aku tak akan memintanya cuma-cuma. Aku akan membuat penawaran yang menarik dengan anda.”

Saat itu sebuah kantung kulit telah berada di gengggaman Basalto. Sepertinya kantung itu kelihatan penuh.

Raja Dursoil nampak tidak bisa lagi menyembunyikan amarah dari gurat wajahnya. Tetapi sekaligus dia juga bingung.  

“Mengapa anda begitu menginginkan kebun anggur itu saat ini?”

Geraham Basalto menegang.

“Sudah kukatakan bukan, aku ingin menegakkan kedaulatan kerajaan ini. Ini bukan hanya masalah kebun anggur, Yang Mulia. Tetapi… wilayah dan kedaulatan. Dan aku mohon… isi kantung ini adalah emas senilai lebih dari 5.000 Raphao. Aku yakin nilainya lebih dari bertahun-tahun hasil panen anggur dari kebun itu.”

Mata raja Dursoil membelalak. Itu memang nilai uang yang cukup besar.

“Jadi sekarang pilihan ada di tangan anda, Yang Mulia. Terima tawaranku atau menolaknya. Jika memilih yang pertama, masalah ini selesai dan kita semua bisa pulang dalam damai. Aku juga akan menawarkan anda makan siang yang lezat. Tapi… jika memilih yang kedua, sepertinya anda memang tidak berniat sama sekali untuk mencari solusi untuk masalah ini.”

Raja Dursoil menatap mata juru catatnya, untuk meminta pertimbangan. Tetapi nampaknya dia juga sama bingungnya.


“Kami akan mempertimbangkan kembali tawaran anda, yang Mulia. Tapi bukan saat ini.”


-------------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: www.cfsm.cl

Komentar

Suryadiarmanrozaq mengatakan…
good post mas
pical gadi mengatakan…
Makasih mampirnya mas. Salam