Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Inilah yang aku maksudkan tadi, Kesha. Cobalah melihat
dari sudut yang lain. Yang aku temukan ini adalah salah satu kekayaan kaum
sihir. Ini adalah bagian dari sejarah kita." Basalto berusaha menenangkan
Emerald yang terlihat berang.
"Cobalah untuk berpikir. Apa yang membuat generasi kaum
sihir sebelumnya menyembunyikan kitab dan perkamen sihir hitam ini?" sahut
Emerald.
"Sebaliknya, Kawan. Apa yang mereka pikirkan dahulu? Mengapa
mereka menyembunyikannya, tidak memusnahkannya sekalian? Mengapa aku menemukan
petunjuk lokasi penyimpanan emas hitam di ruang kerja Guru Shandong? Mengapa mendiang
guru tidak memusnahkan saja peta itu agar
tidak pernah ada orang yang bisa menemukannya
lagi?"
Emerald kehabisan kata-kata sehingga hanya bisa menggeleng
pasrah. Dia pun mendekat ke arah meja panjang tempat meletakkan perkamen dan
kitab-kitab sihir tersebut. Aura sihir hitam yang dirasakannya membuatnya
merinding berkali-kali.
"Thores, tidakkah kamu memikirkan apa yang bisa terjadi
jika kekuatan jahat ini jatuh di tangan orang yang salah?"
"...maka tugas kita-lah memastikan itu tidak terjadi."
Emerald terdiam sejenak.
"Baiklah. Anggap saja kamu berhasil menjauhkan sihir
hitam ini dari tangan yang salah. Lalu setelah itu, katakan, apa yang akan kamu
lakukan dengan semua ini? Apa yang kamu rencanakan?"
Basalto berpikir beberapa saat.
" Mewariskan ilmu hitam ini agar sihir hitam tidak
pernah hilang dari peradaban kita? Kamu ingin memantrai seseorang di luar sana?
Atau menyimpannya kembali dengan cara seperti kamu menemukannya?” cecar Emerald
lagi.
“Aku pikir akan
menyimpannya kembali. Tetapi sebelum itu, aku ingin mengetahui seluruh isi
perkamen dan kitab sihir ini. Ada begitu banyak ilmu sihir yang belum pernah kita
ketahui sebelumnya dan kini tersaji begitu saja di hadapan kita.”
Emerald
terlihat hampir menyerah meyakinkah Basalto.
“Aku harap kamu
tahu apa yang kamu lakukan ini.”
“Tentu, Kawan.”
“Yang penting
aku sudah berusaha mengingatkanmu. Sepertinya aku harus pergi sekarang.”
“Wah, padahal
aku bermaksud mengajakmu makan siang di sini.”
Emerald
menggeleng. “Maaf, Kawan. Aku agak sibuk akhir-akhir ini, karena banyak permintaan
ramuan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Aku datang hanya karena hawa ilmu hitam
dari perkamen-perkamen ini mengganggu ketenangan pikiranku.”
Basalto pun
mengikuti langkah Emerald, untuk mengantarnya keluar dari ruang kerjanya.
Tetapi baru beberapa langkah, Emerald berbalik ke arah Basalto.
“Oh ya, aku ingin
tahu. Dimana persisnya kamu menemukan emas hitam ini?”
Emerald menatap
menyelidik. Basalto sendiri sebenarnya tidak mau bercerita panjang lebar
mengenai tempat ditemukannya benda-benda sihir hitam itu. Tetapi pada akhirnya
dia tetap berterus terang.
“Aku
menemukannya di areal perkebunan anggur di perbatasan utara…”
Emerald
memicingkan mata.
“Bukankah…
Astaga! Jangan katakan kalau kamu merencanakan semua ini sejak semula! Sepertinya
desas desus areal perkebunan milik raja Dursoil yang diserang badai petir
sehingga dia terpaksa menjualnya, ini juga ada kaitannya denganmu?”
Basalto
berusaha tersenyum.
“Jangan menuduh
seperti itu, Kawan…”
“Katakan yang
sebenarnya, Thores! Caramu mendapatkannya menentukan seberapa penting
benda-benda sialan ini untukmu.”
“Ini tidak
seperti yang kamu pikirkan.” Basalto masih mencoba mengelak.
“Dan jika benar
kamu melakukan cara-cara yang tidak jujur untuk mendapatkan emas hitam itu, aku
akan menjadi pemimpin kaum sihir paling pertama yang menentangnya.”
“Baiklah… baiklah,
aku akan menjelaskannya. Aku masih menganggapmu sebagai kawan baik, sehingga
aku akan berkata jujur. Aku sudah mencoba cara baik-baik untuk meminta areal
perkebunan itu pada raja Dursoil. Aku ingin kedaulatan wilayah kaum sihir di
tempat ini kembali seperti semula. Aku malah menawarkan kepadanya pembelian dengan
harga sangat tinggi. Tapi raja Dursoil sama sekali tidak menghargai niat
baikku.”
“Lalu… apa yang
terjadi?”
“Ya, dia
berubah pikiran dan menyetujui penawaranku.”
“Bukan itu maksudku. Apa yang membuatnya berubah pikiran? Bagaimana dengan kabar kalau serangan petir yang aneh telah menghancurkan perkebunan anggur itu?”
“Bukan itu maksudku. Apa yang membuatnya berubah pikiran? Bagaimana dengan kabar kalau serangan petir yang aneh telah menghancurkan perkebunan anggur itu?”
“Ya,.. aku akui
aku memang memiliki sedikit andil dalam hal itu. Tapi sekali lagi… harga yang
aku tawarkan benar-benar pantas untuk kebun anggur itu.”
Emerald
terlihat tidak bisa lagi menyembunyikan kegeramannya.
“Thores!
Benda-benda ini, segala obsesimu, benar-benar telah meracuni pikiranmu.”
Basalto tidak
menjawab.
“Sekarang aku
mohon dengan sangat. Kalau perlu aku, pemimpin kerajaan kaum sihir di wilayah
selatan akan berlutut untuk memohon dengan sangat, agar kamu mengubur kembali
emas hitam ini dalam-dalam untuk memastikan tidak ada lagi orang yang akan
menemukannya. Atau bila perlu lebih baik kita musnahkan saja, aku akan
membantumu sebisaku.”
Basalto
menggeleng-geleng. Raut tidak tidak bersahabat mulai nampak dari wajahnya.
“Emas hitam ini
akan tetap berada pada tempat yang semestinya dalam istanaku. Aku akan
menjaganya dengan aman. Kamu bisa membacaku, Kesha. Lihatlah ketulusan hatiku terhadap
benda-benda ini.”
“Tidak… Aku tidak melihat ketulusan. Aku membaca obsesi yang berkobar-kobar.
Aku hanya memintamu untuk segera menyingkirkan emas hitam itu. Kalau tidak…”
“Kalau tidak
kenapa, Kesha? Kamu mungkin penyihir paling berkuasa di wilayah Selatan. Tapi
ingat, kamu disini hanya tamu saja.”
Emerald hendak
membalas perkataan keras Basalto, tetapi suara hati menahannya. Kekesalannya
hanya ditunjukkan lewat sentakan kepalan tangan. Pada saat dia hendak beranjak
keluar ruangan,tiba-tiba ruangan itu seperti
dihembus angin kencang. Sebuah cahaya biru
bersinar terang benderang di sudut ruangan, lalu dua orang penyihir berjubah dan
mengenakan pakaian kebesaran kaum sihir berloncatan dari dalam cahaya itu.
Basalto
cepat-cepat mengarahkan tongkat sihirnya, tetapi langsung menurunkannya begitu
melihat penyihir-penyihir itu lebih jelas.
“Kalian
rupanya.”
Ametys dan
Ruby, raja kaum sihir di wilayah timur dan utara Gopalagos.
“Kami harap
tiba di saat yang tepat. Waktu ini menjelang makan siang, bukan?” Ametys
berusaha mencairkan suasana kaku yang seketika dirasakannya di tempat itu.
Sebaliknya,
Ruby langsung berjalan mendekat ke meja panjang dan memandang ngeri perkamen
serta kitab-kitab sihir di atas situ.
“Jadi ini
penyebabnya?” ucapnya dengan nada khawatir.
“Kalian bisa
membuat portal di dalam istanaku?” Basalto balik bertanya.
“Ini ide Ruby.
Dia ingin segera sampai ke dalam istana. Kami pun mencobanya, dan ternyata perisai
sihir yang kamu bangun untuk menutup pintu portal di dalam istana sudah rapuh,
Basalto. Mungkin sudah lama kamu tidak
memperbaharui mantranya lagi sehingga kami dapat menembusnya dengan mudah.”
“Maaf, Kawan.
Aku merasa kami harus secepatnya sampai ke dalam istanamu. Dan tolong, Basaman.
Kita hanya berempat di sini, akan lebih nyaman jika memanggil nama kecil kita
masing-masing saja,” sambung Ruby.
Saat itu
terdengar derap suara kaki para prajurit, dan wajah-wajah tegang mereka muncul
di depan pintu ruangan. Mereka semua memandang ke dalam untuk memastikan tidak
terjadi apa-apa. Mereka merasakan ledakan energi sihir yang muncul tiba-tiba
akibat pintu portal dibuka sehingga mereka buru-buru beranjak ke ruangan.
Basalto memberi
isyarat agar mereka tenang kembali dan boleh pergi meninggalkan tempat itu.
“Dari mana
benda-benda ini?” tanya Ametys.
Basalto berpikir
untuk mencari kata-kata memulai jawabannya. Tetapi Emerald langsung memotongnya.
“Emas hitam!”
“Emas hitam?”
Ametys membalas.
“Tentu saja.
Peninggalan sihir hitam yang mestiinya dikubur dalam-dalam di sebuah tempat
yang sangat dirahasiakan,” sahut Ruby. “Tapi pertanyaannya mengapa ada di
istana ini?” sambil menatap dalam-dalam wajah Basalto.
Ametys
mengangguk.
“Ya, aku ingat
sekarang.”
“Ayolah, Kawan-kawan.
Ini tidak sejahat yang kalian bayangkan. Aku berhasil menemukannya berbekal
peta yang aku temukan di ruang kerja mendiang guru Shandong. Ini… ini adalah
kekayaan kaum sihir. Aku tidak memiliki niat jahat apapun,” sahut Basalto.
“Itu upaya
yang… yang baik sebenarnya. Tetapi tahukah kamu, bisa jadi saat ini setengah
kaum sihir di Gopalagos berhasil merasakan
kekuatan sihir kegelapan yang muncul tiba-tiba. Sebagian dari mereka ketakutan,
tetapi mungkin saja sebagian lagi rela melakukan apa saja untuk mendapatkan
benda-benda ini. Memang sepertinya kamu membuat perisai khusus untuk mencegah
aura benda-benda ini tercium penyihir lain. Tetapi sihirmu tidak cukup kuat
untuk menyembunyikannya dari kami. Maka emas hitam inilah yang membuat kami
menerobos istanamu,” ucap Ametys.
“Apa
rencanamu?” tanya Ruby.
“Aku hanya
ingin… mempelajarinya seperlunya. Atau emas hitam ini bisa jadi koleksi khusus
padepokan. Atau…”
“Hati-hati,
Kawan. Ilmu hitam dapat mempelajari pikiranmu, aku tahu benar hal itu,” sergah
Ruby.
“Kawan-kawan,
kami sudah membahas panjang masalah ini. Akan lebih membantu jika kalian
berhasil meyakinkan Thores untuk segera kembali mengubur dalam-dalam benda ini,”
sambung Emerald. “Aku tidak berhasil.”
Ruby mendekati
Basalto.
“Kata-kata
Kesha benar. Sihir hitam ini tidak ada gunanya untuk ditelisik, Kawan.
Sebaiknya kita singkirkan saja. Jika masih ada di sini, mendiang Guru juga
pasti akan berpikir demikian.”
Basalto merasa
kepalanya memanas, mungkin karena terus bersitegang dengan ketiga kawannya itu.
“Kalau begitu,
Guru memiliki paling tidak tiga kesalahan. Membiarkan emas hitam ini terkubur
di tanah milik keluarganya, lalu memberikannya kepada kerajaan Amenthop dan
terakhir, menyimpan peta lokasi emas hitam itu,” ucapnya.
“Kami akan
memberitahumu sebuah rahasia kecil…” Emerald buka suara kembali. Suaranya
terdengar begitu tenang. “…tentang bagaimana pandangan guru tentangmu, Thores. Setahun
yang lalu, dia datang kepadaku, kepada Basaman dan Huria lalu mengatakan
sesuatu.”
Ametys menatap Emerald.
Perintah untuk tidak melanjutkan ucapan itu tersirat dari tatapannya, tetapi
Emerald terlihat tetap ingin melanjutkan ucapannya. Basalto juga terlihat
penasaran.
“Guru berpesan
agar jika terjadi apa-apa kami harus terus mengawasimu. Guru takut suatu saat
keahlian dan obsesimu bisa jadi pemicu pergolakan di antara kaum sihir. Dan
sepertinya ketakutan Guru semakin menjadi kenyataan di sini, hari ini…”
Basalto
menunduk. Dia terlihat berusaha menahan emosinya. Tetapi dia merasa kepalanya
juga semakin panas. Dia lalu terkejut karena merasa tiba-tiba sebuah kekuatan
berhasil menembus pikirannya. Dia pun menatap Ruby.
“Apa yang kamu
lakukan?” serunya.
“Maaf, Thores.
Aku harus berusaha sebisa mungkin menembus pikiranmu.” Ruby kini terlihat sama
marahnya dengan Basalto.
“Katakan!”
serunya. “Apa yang kamu perbuat terhadap Guru!”
Emerald dan
Ametys mendelik dan berusaha menangkap arti seruan Ruby barusan.
Komentar