Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Aku harap kamu tidak takut lagi berada di
ketinggian."
Basalto tersenyum licik. Sementara itu Emerald terus
berusaha menjaga keseimbangannya. Dia harus menjaga agar telapak kakinya tetap
memijak dengan mantap bubungan atap sekaligus melawan kuatnya dorongan angin di
bawah langit mendung. Sejak dulu, dari antara mereka berempat, memang Emerald
yang paling takut berada di ketinggian.
"Bedebah, Thores!"
Namun sebelum terlontar ke bawah, Emerald masih sempat
melontarkan tiga bola api ke arah Basalto. Tentu saja karena energi yang digunakan
tidak maksimal, Basalto bisa dengan mudah menangkis serangan Emerald itu.
Emerald terbentur berkali-kali pada atap dan bagian bangunan
lainnya dan tubuhnya terus menghujam ke bawah dengan deras. Tongkat sihirnya
terlontar jauh ke arah yang lain. Basalto
memandang dari atas dengan tatapan dingin.
Tiba-tiba udara bergemuruh dahsyat seperti sebuah benda
besar bergerak dengan cepat di angkasa. Mata Basalto membulat. Dia melihat naga
tunggangan Emerald bergerak cepat bak halilintar melesat ke arah sisi istana. Naga
itu sampai ke posisi jatuh Emerald, sesaat sebelum tubuh Emerald membentur
tanah. Emerald berhasil mendarat di punggung naga tunggangannya, tepat di
antara pangkal sayap-sayapnya.
“Bagus, Ur,” Emerald berteriak kepada naganya. Mata kirinya
sedikit lebam akibat benturan. Dia juga merasakan nyeri pada sendi lengan
kirinya dan beberapa tulang punggungnya. Tapi dia masih bisa berpegangan erat
dan sesaat kemudian dia sudah kembali mengendarai Ur dengan sigap.
Saat ini Ur sedang bermanuver tajam lalu terbang lurus ke
arah langit.
“Arahkan sayapmu ke puncak istana. Kita beri pelajaran kepada
Raja Basalto!”
Emerald memacu naganya semakin cepat. Dia lalu menempelkan tangannya
ke pangkal leher Ur, sambil memejamkan mata dan membacakan mantra. Lewat mantra
itu dia akan menaikkan kekuatan semburan api dari leher Ur.
Basalto terbelalak. Dia sudah sempat berpikir Emerald akan
mendapat kecelakan berat akibat jatuh dari ketinggian, tapi kini dia bersama
naga tunggangannya malah sedang melesat kencang bak anak panah dari bawah ke
arahnya. Dia merasakah hawa amarah yang besar, sehingga mengencangkan
kuda-kudanya untuk bersiap-siap.
Belum lagi menarik napas, Ur yang ditunggangi Emerald sudah
muncul di hadapannya. Basalto menarik tongkat sihirnya untuk melepaskan
serangan, tapi semburan api dengan suhu menyengat duluan meluncur deras dari dalam
mulut Ur ke arahnya.
Semburan api itu sungguh dahsyat sampai-sampai menutupi
seluruh tubuh Basalto. Emerald terus membaca mantra, sehingga nyala api berubah
dari merah kekuningan perlahan-lahan menjadi hijau terang, pertanda Emerald
juga menumpangkan energi sihirnya di dalam semburan api itu. Beberapa atap
istana sampai terbuka dan beterbangan ke bawah bersama lidah-lidah api.
Beberapa saat kemudian, Ur menghentikan semburan nafas
apinya lalu kembali terbang memutari puncak istana. Emerald menatap penasaran untuk
mengetahui yang terjadi pada Basalto.
Basalto tetap berdiri terpaku di puncak istananya. Seluruh
pakaiannya hitam legam. Beberapa bagian koyak menyingkapkan kulit yang juga
termakan api. Dada, lengan dan lututnya terlihat jelas.
Emerald menarik napas. Basalto masih hidup. Untuk penyihir
berilmu biasa-biasa saja, serangan seperti itu pasti sudah mendatangkan maut.
Tetapi penyihir seperti Basalto memang memiliki pertahanan luar biasa.
Tubuh Basalto nampak bergetar. Pertahanan sihir yang tadi
dikerahkannya memang benar-benar menyita energi yang besar. Tapi mungkin dia
juga sedang menahan amarah saat ini.
Saat itu Ur kembali bermanuver dan melaju ke arah Basalto.
“Kali ini kamu harus lebih percaya diri, Ur. Ayo seraaang!”
Merasakan semangat tuannya, Ur berteriak nyaring ke angkasa.
Emerald kembali menempelkan tangannya ke leher Ur.
Basalto nampak lebih siap. Dia sedang merapal sebuah mantra untuk
menyambut serangan Ur. Dengan sisa-sisa tenaganya dia pun menyentakkan tongkat
sihirnya ke arah datangnya Ur, lalu melesatlan puluhan bola api berwarna biru
terang dari situ.
Emerald terkejut, tidak mengira Basalto akan melepaskan
serangan dari jauh. Dia pun mengurungkan mantranya lalu mengambil posisi untuk
menangkal sihir Basalto dengan membentuk perisai sihir di depan Ur, kendati
tanpa tongkat sihir. Kehilangan tongkat sihir membuat dia kurang mampu
memfokuskan energi sihirnya sehingga mereka agak kesulitan menangkis
serangan-serangan Basalto.
Dia pun mengarahkan Ur agar terbang lebih tinggi untuk
melewatkan bola-bola api itu. Sebagian besar bola api berhasil ditangkis dan dilewati,
tetapi masih ada beberapa serangan yang membentur tubuh Ur, termasuk sayap
kirinya.
Ur pun berteriak kesakitan, gerakan terbangnya menjadi
goyah. Basalto terlihat bersiap-siap melepaskan serangan lagi, tetapi Emerald
sudah memaksa Ur agar terbang menjauh. Dari sayap kirinya terlihat kepulan asap
hitam. Ur berusaha mempertahankan ketinggian tetapi dia nampak sangat kewalahan.
“Ur!” Emerald berteriak panik sambil berusaha berpegangan
lebih kuat agar tidak jatuh. Dia pun mengarahkan Ur agar terbang ke bawah, ke
arah sungai Kharrum yang mengalir di belakang padepokan.
Basalto mendengus. Dia sebenarnya merasa sangat letih, namun
tekadnya untuk segera menyelamatkan emas hitam jadi pemicu adrenalinnya.
Langit mendung mengeluarkan suara guruh bersahut-sahutan.
Petir pun mulai berbalasan menyambar udara di bawah awan-awan. Tiba-tiba
terlihat petir raksasa meluncur dari awan gelap dan menyambar tubuh Basalto.
Tubuh Basalto tersentak hebat. Dia mengeluarkan lengkingan
pilu. Tubuhnya melemas, tongkat sihirnya terlempar ke bawah. Dia berusaha agar
tidak limbung dengan menghempaskan lututnya di titian bubungan. Kedua telapak
tangannya digunakan untuk menopang tubuhnya. Darah merah segar pun mengucur
dari hidungnya.
“Pengecut,” gumamnya lemah. Dengan sisa-sisa tenaga dia
menoleh ke bawah, ke arah lapangan tempat terjadi pertempuran lainnya. Pandangannya
tertuju pada satu sosok di bawah sana.
Ametys.
Kedua tangan Ametys bersama tongkat sihirnya masih terangkat
ke atas. Sementara itu terlihat Ruby masih sibuk menghadapi prajurit-prajurit
Basalto yang tersisa.
Kelihatannya Ametys masih akan mengeluarkan serangan
berikutnya. Tetapi melihat Basalto sudah kepayahan, dia mengurungkan niatnya. Dia
pun menurunkan tongkat sihirnya.
Perhatiannya kembali beralih kepada pertempuran di depannya.
Dia lalu mengambil ancang-ancang dan kembali melepaskan sihir badai kosmis
untuk menghempaskan para prajurit. Untuk sementara sihir itu dapat menahan
perlawanan para prajurit.
“Huria, kirim aku ke sana!” Ametys menunjuk puncak istana
Basalto. Ruby pun mengangguk lalu mengarahkan tangannya ke tubuh Ametys.
Selubung sihir berwarna biru menyala pun menyelimuti tubuh Ametys. Sesaat
kemudian, dia lenyap dari tempat itu.
Ametys muncul kembali sekitar empat langkah di hadapan
Basalto. Pemimpin kerajaan kaum sihir di barat Gopalagos itu masih tertunduk
dengan napas yang lemah.
“Maafkan aku, Thores. Aku harus menghentikanmu. Tadi aku
lihat, kamu benar-benar berniat membunuh Kesha.”
Basalto mendongakkan kepalanya perlahan dan memperlihatkan
tatapan tajam ke arah Ametys. Basalto benar-benar marah. Ametys terkejut. Aura
sihir Basalto yang tadinya sudah sangat lemah tiba-tiba membesar kembali. Dalam
sekejab, seluruh tubuh Basalto seperti dipenuhi api lalu api tersebut melesat
ke arah Ametys dalam rupa seekor harimau yang meloncat secepat laju anak panah.
Bahkan dalam keadaan sekritis itu, Basalto masih bisa
memberi serangan mematikan untuk lawan-lawannya.
Ametys dalam posisi terbuka dan benar-benar tidak siap
dengan serangan itu, sehingga ketika harimau api menerjang tubuhnya dia tidak
bisa berbuat banyak lagi. Dia pun terlontar ke angkasa sambil meringis
kesakitan.
Ruby yang sedang berjibaku terkejut. Dia merasakan aura
Ametys tiba-tiba meredup. Dia pun berbalik dan segera berlari meninggalkan
arena pertempurannya. Dia masih sempat melihat tubuh Ametys yang setengahnya
diselimuti api terlempar dari hadapan Basalto. Untunglah Ametys terlempar ke
balkon bangunan istana yang lain.
Tapi dia tahu tetap saja serangan itu akan berakibat fatal untuk
Ametys.
Ruby pun berlari sambil berteriak penuh amarah. Dia
menghimpun segenap energi dan melesatkan satu serangan ke arah Basalto.
Sebenarnya jaraknya kedua penyihir itu cukup jauh sehingga serangan
Ruby kemungkinan
besar berdampak kecil jika mengenai Basalto, atau Basalto dapat menangkisnya
dengan mudah.
Namun karena energinya sudah benar-benar terkuras, Basalto berusaha untuk menghindarinya saja. Celakanya karena terlalu lemah, dia tidak memperhatikan lagi arah pijakannya, sehingga keseimbangannya goyah. Tak bisa menyeimbangkan diri lagi, Basalto pun terperosok jatuh, membentur atap istana beberapa kali, lalu meluncur dengan deras ke bawah tanpa ada yang menghalangi. Tubuhnya pun membentur tanah dengan keras.
------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: www.borsaat.com
Komentar