Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Basalto Terakhir [63]



Setelah menjelajah potongan sejarah kaum sihir yang mengharu biru, mari kembali ke masa sekarang. Gopalagos yang lebih damai, lebih tenang, sampai kutukan Tidur Abadi yang menimpa putri raja Philos terjadi.

Dari tempat yang hangat, kerajaan Zatyr di daerah tropis, kita menuju ke utara Gopalagos, tak jauh dari kawasan Tundra yang merupakan wilayah kerajaan Ruby.

Saat ini kerajaan Ruby adalah kerajaan kaum sihir dengan wilayah paling luas, kendati sebagian wilayahnya tak ditinggali karena penuh dengan jurang dan bukit yang tertutup salju abadi. Pusat kerajaan Ruby sendiri, termasuk istana kerajaan, terletak agak ke selatan pada wilayah yang masih memperoleh sinar matahari selama beberapa bulan dalam setahun. Di wilayah itu, kaum sihir dan beberapa non-sihir bermatapencaharian sebagai petani, sebagian lagi sebagai pengrajin, tukang besi, sebagian menekuni seni pahat dan sebagian kecil adalah nelayan.


 Kerajaan itu kini dipimpin oleh Ratu Mirina. Generasai pertama Huria yang kemudian dipanggil Ruby, pendiri kerajaan itu.

Berbeda dengan istana-istana kerajaan sihir yang lain, bangunan istana kerajaan Ruby tidak dibangun dengan banyak tingkat, melainkan dibiarkan rata mengikuti kontur tanah. Sehingga istana itu terdiri dari banyak bangungan-bangunan yang berlekatan satu sama lain dengan atap berbentuk kubah-kubah, sesuai untuk wilayah yang sepanjang tahun lebih sering ditutupi salju dibanding disinari matahari.

Siang ini pun bulir-bulir salju sedang berjatuhan dari langit dan ditiupkan angin ke arah pegunungan jauh di belakang istana.

Udara cukup dingin. Sejauh mata memandang, yang nampak hanya tanah yang memutih tertutup salju. Ada juga jalan setapak berpagar perdu, yang dibuat meliuk-liuk menuju pintu utama istana. Tapi  jalan setapak itu pun hampir seluruhnya tertutup salju, dan semua tanaman perdu sedang meranggas meratapi musim dingin yang hampir mencapai puncaknya.

Nampak Mirina berdiri seorang diri di tengah guyuran salju jauh di depan pintu utama istananya, sepelemparan batu jauhnya ke belakang, beberapa prajurit bersiap pada posisi masing-masing. Mirina membiarkan rambutnya yang lurus sepanjang pinggang menari-nari dibuai angin dingin. Kendati usianya sudah tidak muda lagi, tidak terlalu nampak gurat-gurat usia pada wajahnya. Malah masih terukir jelas sisa-sisa kecantikan masa mudanya. Di luar mantel tebal yang dikenakannya, Mirina menggunakan selubung sihir untuk melindunginya dari guyuran bulir salju dan dinginnya cuaca di luar.

Yang jelas dia sekarang sedang menunggu. Menunggu sesuatu yang penting.

Tak lama kemudian, udara di hadapannya seperti terbelah tiba-tiba. Muncul cahaya biru terang benderang seukuran pintu istananya. Dari dalam cahaya keluar seorang penyihir lainnya, mengenakan tanda kebesaran di kepalanya dan langsung mengumpat begitu kulitnya disapa dengan hawa yang dingin menggigit. Tangan kirinya menggenggam tongkat sihir berujung batu mulia berwarna ungu berkilauan. Penyihir berwajah kokoh itu pun segera memasang selubung sihir seperti yang digunakan Mirina.

-----

(bersambung)

ilustrasi gambar dari: www.123rf.com

Komentar

pical gadi mengatakan…
Thanks mas :) Have a nice weekend