Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Selamat datang, Enror,” sapa Mirina ramah dan berwibawa.
“Aku semestinya selalu ingat untuk mengenakan pakaian yang
lebih tebal saat berkunjung ke sini,” sahut Enror. Dia adalah raja kerajaan Ametys,
generasi kedua penyihir Basaman yang kemudian dipanggil Ametys, pendiri
kerajaan itu.
“Oh ya, kamu sudah tahu rencana kedatangan kami?”
“Aku mendapat pesan dari Orion. Tapi hanya sampai disitu
saja,” sahut Mirina.
Dari belakang Enror menyusul pula Orion. Reaksinya hampir
sama dengan reaksi Enror sebelumnya.
“Sebentar lagi musim dingin mencapai puncaknya,” sambut
Mirina.
“Pantas saja dingin begini.” Orion segera memasang selubung
sihir untuk mengenyahkan hawa dingin.
“Mari saudara-saudara, kita ke dalam istana yang hangat.”
Mirina mengajak kedua raja lalu melangkah dengan anggun
kembali ke istana. Enror dan Orion mengikuti.
“Mestinya ada sesuatu yang sangat penting terjadi, sehingga
kalian meninggalkan kerajaan kalian ke tempat ini?”
Mirina adalah penyihir pembaca pikiran yang handal, tapi
demi kesopanan dia tidak berusaha membaca pikiran penyihir-penyihir di
belakangnya.
Orion menoleh ke Enror, sepertinya meminta Enror untuk
berbicara. Tapi Enror menunjukkan isyarat sebaliknya.
“Ya, benar Ratu. Kejadian menggemparkan tengah terjadi di
salah satu kerajaan manusia. Tetapi mungkin hampir seluruh kaum sihir di tengah
Gopalagos mengetahuinya,” Orion pun
membuka penjelasannya.
Langkah Mirina melambat, “Apa yang terjadi?” tanyanya.
“Putri raja Philos beberapa hari yang lalu terkena semacam
sihir hitam…”
Kening Mirina berkerut.
“Sejak pertama kali terkena sihir itu, dia terus tertidur
tanpa bisa dibangunkan lagi. Tanda-tanda kehidupan tetap berjalan, nadinya
berdenyut, darahnya mengalir, namun kesadarannya benar-benar di titik paling
nadir.”
“Lebih baik langsung saja katakan dia terkena kutuk Tidur Abadi!” sergah Enror tidak
sabaran.
Mirina terkejut.
“Siapa gerangan penyihir yang berani melakukannya?”
tanyanya.
“Sayang sekali kami sama sekali belum mengetahui jawaban
pertanyaan itu,” sahut Orion.
“Makanya Orion mengajakku ke sini untuk meminta pertimbangan
sebagai sesama pemimpin kaum sihir,” sambung Enror.
“Ya, aku mengerti. Selama beberapa hari ini aku terus
mendapat penglihatan lewati mimpi kalau sesuatu yang besar akan terjadi.
Mungkin kasus ini penyebabnya.”
“Kami butuh denah istana Basalto sebelum jadi puing-puing.”
Langkah Mirina terhenti dan dia menatap Enror serta Orion
bergantian.
“Jangan bilang kalian hendak kembali ke sana?”
“Memulai dari tempat sihir-sihir hitam dikubur bisa jadi
awal yang baik, Ratu Mirina. Kita tahu kalau semenjak kerajaan Basalto jatuh,
tidak pernah lagi ada sihir hitam seperti ini,” sahut Orion.
Mereka telah sampai di pintu depan istana Ruby. Para
prajurit yang berjaga memberi hormat takzim.
“Sekali lagi, selamat datang di istana kerajaan Ruby,” ucap
Mirina dengan suara datar.
“Kita berdiskusi di balkon favoritku, sambil menikmati
minuman hangat.”
Orion sepakat. Enror kelihatan senang.
“Ah, akhirnya ada yang menawari kita minuman…”
------
(bersambung)
ilustrasi gambar dari: www.123rf.com
Komentar