Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
...
“Jadi menurut kalian apa yang sedang terjadi?” Mirina
mempersilahkan kedua tamunya duduk di sekitar meja berhias perabotan-perabotan
perak.
Kini mereka berada di ruang tamu kerajaan Ruby, terletak di
lantai dua bangunan utama istana. Ruangan itu memiliki balkon yang lebar.
Sebagian besar pintu lipat yang menghadap ke balkon dibiarkan terbuka, hanya
saja karena diluar cuaca cukup gelap, beberapa lilin dinyalakan untuk menerangi
ruangan.
“Seorang… atau lebih, penyihir hebat dan pasti berniat jahat
ingin menunjukkan eksistensinya di Gopalagos,” sahut Orion sambil mengibaskan
ujung jubah putihnya.
“Sayangnya penyihir itu pandai berkamuflase, kami telah
mencoba berbagai cara, bola kristal, cermin antar waktu, mengerahkan mata-mata
sampai meminta bantuan kepada para penyihir tua untuk mendeteksi keberadaan
penyihir itu,” sambung Enror. “Hasilnya nihil…”
Pembicaraan terjeda sejenak saat pelayan masuk ke ruangan
dan menuangkan kopi khas daerah utara yang terkenal dengan rasa kopinya yang kuat.
Setelah pelayan undur diri Mirina kembali bersuara,
“Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kalian?”
Orion memberi isyarat kepada Enror. Tapi sepertinya Enror
pun belum bisa mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab Mirina.
“Entahlah, Ratu. Kami sengaja berkunjung karena merasa ada
ancaman yang lebih besar di balik peristiwa ini. Kita bertiga sebagai pemimpin
kaum sihir harus memiliki pandangan dan sikap yang sama.”
“Ancaman?”
“Ya. Kita tidak bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan
seorang ayah yang paling berkuasa di wilayah tengah Gopalagos untuk putrinya. Raja Philos sedang dilanda kekhawatiran
besar saat ini. Aku takut penyihir yang mencelakai putrinya itu berniat
memunculkan kembali konflik antara kaum sihir dan manusia non-sihir,” sahut Orion.
Mirina menggeleng prihatin.
“Tidak adakah sesuatu yang bisa kalian lakukan untuk
menyembuhkan putri Raja Philos?”
“Aku harap aku bisa, Ratu. Tetapi kutuk itu terlalu kuat.”
“Sudah puluhan tahun tidak pernah lagi ada kutukan di Gopalagos.”
“Itu persis masalanya, Ratu. Mengapa menunggu puluhan
tahun?”
Enror meraih cangkir minumannya.
“Menurut aku, langkah yang bisa kita lakukan sesegera
mungkin hanya dua. Pertama, mencari tahu siapa penyihir yang bertanggungjawab,
yang mana cara itu sepertinya kurang berhasil. Dan kedua, mencari referensi
sihir hitam tersebut, siapa tahu ada mantra atau penangkal lain yang bisa
digunakan.”
“…dan tempat paling pertama untuk mencari adalah… Kalian
tahu, dimana perkamen-perkamen sihir yang diberi julukan emas hitam itu
dikubur,” sambung Orion.
“Bekas padepokan dan istana Basalto,” Mirina menyahut lirih.
Orion dan Enror mengangguk hampir bersamaan.
Mirina seperti teringat sesuatu.
“Masuk akal. Kita tidak tahu jika ada tempat lain lagi yang
digunakan untuk menyimpan peninggalan-peninggalan sihir hitam. Jadi kita bisa
mulai dengan tempat itu.”
“Tempat itu penuh dengan perisai sihir tingkat tinggi yang
dibuat oleh generasi pendahulu kita dulu.
Tempat penyimpanannya juga dikunci
oleh mantra-mantra kuno.”
“Aku memiliki catatan dari Ratu Emerald mengenai
mantra-mantra yang bisa membuka ruang-ruang rahasia. Hanya saja kita tidak tahu
pasti di ruangan rahasia yang mana emas hitam itu disembunyikan,” sambung
Orion.
Mirina tersenyum tipis.
“Aku memiliki peta ruang bawah tanahnya…,” sahutnya. “…dari
ayahku. Mereka cerdas, jadi peta dan mantra pembuka harus disimpan terpisah.”
“Mereka memang ingin emas hitam itu terkubur selamanya…,”
“Kecuali terjadi keadaan darurat seperti sekarang ini.”
Mirina berdiri.
“Aku akan memeriksa kembali ruang penyimpananku untuk
mengambil petanya…”
*****
Di luar istana, angin semakin berhembus kencang menebarkan
lebih banyak bulir salju. Gumpalan putih halus itu semakin menebal di halaman
dan kubah-kubah istana kerajaan Ruby.
Ketiga pemimpin kaum sihir itu kini sedang berkonsentrasi di
ambang beranda tempat mereka tadinya bercakap-cakap. Dari tongkat sihir
masing-masing mengalir energi dalam rupa cahaya berwarna-warni mengarah ke
tengah ruangan. Pintu portal sihir yang bermandi cahaya biru pun terbuka, lalu
secara bergantian mereka masuk ke dalam sebelum pintu itu tertutup dengan
sendirinya, lalu lenyap tak berbekas.
----
(bersambung)
ilustrasi gambar dari www.deviantart.com
Komentar
Mesti tetap lanjut, udah deket DL nya :)