Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Kamu mau yang mana?”
Bocah kecil berkulit merah maroon sedang memamerkan dua buah permen lolipop kepada seorang
bocah lainnya. Satu di tangan kanan satu dan satu lagi di tangan kirinya.
Bocah di hadapannya yang memiliki sepasang sayap dan
lingkaran nimbus di atas kepalanya
terlihat girang tapi matanya menatap liar. Lalu secepat kilat dia menggenggam
kedua permen. Masing-masing di dalam telapak kanan dan kirinya.
“Aku mau dua-duanya!” serunya.
Bocah berkulit merah berteriak kesal karena tidak bermaksud
membagi kedua permennya.
“Satu saja!” serunya setengah memohon. Sepasang tanduk
mungil yang mencuat dari batok kepalanya mulai berpendar pertanda marah. Tapi pertahanannya
kurang kuat sehingga bocah bersayap berhasil merebut kedua permen itu lalu berlari
menjauh.
Bocah berkulit merah pun mulai menangis sesenggukan.
Sebaliknya bocah bersayap tertawa puas sambil memandang dua permen di
tangannya.
“Dasar malaikat kecil! Tidak boleh egois, ayo bagi
permennya!”
Seorang wanita tua kurus dengan rambut seputih salju masuk
ke ruangan bermain. Walau nampak sudah renta, dia masih saja lincah mengejar
dan menangkap bocah bersayap itu lalu menggenggam kedua tangannya erat-erat.
Bocah bersayap sepertinya hendak menggigit tangan wanita tua
itu. Tapi dia mengurungkan niatnya karena jari telunjuk wanita tua yang kini
teracung kepadanya mengeluarkan cahaya berwarna merah tembaga.
“Zaphael, apa yang pernah Nany bilang tentang kebiasaan
menggigit?”
Takut sentilan telunjuk Nany menyakitinya, bocah bernama
Zaphael itu pun terdiam.
“Ayo, sekarang berikan satu permennya kepada Diablo. Setelah
itu minta maaf. Dia sudah berbaik hati memberi, jangan malah dirampas
habis-habisan. Ayo cepat!” Nany meninggikan suaranya.
Dengan gontai, Zaphael menghampiri bocah berkulit merah yang
bernama Diablo itu, menyerahkan lolipop di tangan kirinya, lalu menyalaminya.
“Nah, begitu kan bagus,” puji Nany.
Gemerincing suara lonceng kereta kuda terdengar dari arah
depan rumah. Dari suara dua lonceng yang berbeda, mestinya ada dua kereta. Tak
lama kemudian, dua pria sais kereta masuk dan memberi salam dengan hormat. Seorang
berkulit merah menyala dengan sepasang tanduk menjulang di kepalanya. Yang satu
lagu berkulit halus bercahaya dengan sepasang sayap dan lingkaran nimbus di
kepalanya.
Nany membalas sapaan mereka dengan sopan lalu mengajak kedua
bocah di depannya untuk bersiap-siap.
“Nah, jemputan kalian sudah datang. Ayo berkemas, pastikan
tidak ada yang tertinggal.”
Tak lama kemudian, kedua kereta itu pun meninggalkan rumah
Nany. Kereta yang menuju ke surga membawa Zaphael, sementara Diablo ikut di
dalam kereta yang mengarahkan perjalanan ke neraka.
Nany memandang kepergian mereka sambil menggelengkan kepala.
“Rumah memang bisa mengubah segalanya,” ucapnya pada diri sendiri.
---
pertama kali ditayangkan di kompasiana.com
ilustrasi gambar dari:www.dreamstime.com
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
El Diablo
Komentar