Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Benigno mematikan api puntung rokok dengan sepatunya. Dia berada
di atas sebuah flyover yang tidak
digunakan lagi. Keadaan gelap, dingin dan sepi membuat lokasi itu lebih mirip tempat
terkutuk dibanding salah satu sudut metropolitan.
Senjata Cheytac M200 sudah disiagakan sejak tadi. Tapi sudah
belasan rokok dihabiskan belum ada tanda-tanda kehadiran target mereka. Diliriknya
sekali lagi arloji di tangan kirinya. Sudah pukul 00.35 dini hari.
Mestinya tiga jam lalu dia sudah bersama kekasih barunya. Tapi
seperti inilah resiko bekerja pada mafia. Jiwa dan raga sepenuhnya milik big boss.
Earphone-nya
berdenging.
“Bravo tiga cek, musang
sudah melewati Bougenville…” suara
berat terdengar di piranti tersebut.
Benigno diam sejenak, lalu mengamati kembali keadaan jalan
di bawah sana dari teropong senjatanya. Dia yakin jalanan masih lengang seperti
tadi.
“Bravo tiga?”
“Negatif… “
“Mestinya musang sudah masuk jangkauan senjatamu,” suara di
piranti meninggi.
“Tidak ada apapun di bawah sana, Keparat!” hardik Benigno
kesal.
Terdengar letusan senjata. Sesaat kemudian Benigno nampak terkapar
dalam sakratul maut dengan leher kiri bermandikan darah.
Seorang pria lain dalam kegelapan malam mendekat hati-hati
ke arah tubuh Benigno.
“Bravo tiga? Respon, Bravo tiga?”
Pria itu mengambil alih earphone.
“…bravo tiga mati. Musang di sini, bilang pada tuan Chekov, perjanjiannya dibatalkan!” ucapnya sedingin malam.
---
pertama kali ditayangkan di kompasiana.com
ilustrasi gambar dari: w-dog.net
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
Pengintaian
Komentar
Makasih mampirnya yaa