Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Penjahit yang Menjahit Hatinya Sendiri



Ada marah di ujung jarum jahitmu
kamu lepaskan di sela serat
hati jenuh berkarat
membisu.

Ada marah di ujung jarum jahitmu
tapi langit malam yang koyak
telah dijahit kembali
tanpa janji.


Jemari tak lagi muda seperti dulu
seuzur mesin jahit di atas lantai kayu
suami lari dengan istri orang
anak-anak tak pernah pulang
adalah rumah yang nyaris lelah menopang
tapi tak akan kamu tinggalkan di belakang

Setiap helai pakaian yang tuntas
adalah masa lalu yang ingin membayarmu lunas
dalam diam
karena langit mereka telah kamu sulam
dengan air mata
tanpa tanya.

Ada marah di ujung jarum jahitmu
tapi tak apa
amarah telah menyelamatkanmu
dari bayang-bayang kelam masa lalu
dari penagih hutang

bahkan dari dirimu sendiri.

---

pertama kali ditayangkan di kompasiana.com 
ilustrasi gambar dari http://publicdomainpictures.net



Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Koper Pengetahuan dan Cinta









 photo Jangancopasing.jpg

Komentar