Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Hujan Bulan Juni



Bumi tahu
akan tiba waktunya hujan segera berlalu
tinggalkan tanah retak bebatuan
asa kering jiwa kerontang
dan dedaunan gugur jadi debu.


Sehingga bumi tidak pernah membenci hujan
kendati dia tak henti menghujam
penuhi rongga daratan
guyur padang dan hutan
muntahkan isi sungai dan samudra raya.

Aku pun ingin jadi kekasih
yang lapangkan hatinya seluas bumi
agar segala egosentris diri
hanya akan jadi kerikil-kerikil mungil di perjalanan kisah ini
bukan jadi jembatan patah yang tak tersambung lagi.

Tahukah kamu,
aku pun ingin jadi kekasih
seperti bumi

yang tidak pernah membenci hujan bulan Juni.

--- 


pertama kali ditayangkan di kompasiana.com 
ilustrasi gambar https://storybird.com


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Cermin









 photo Jangancopasing.jpg

Komentar