Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Aku, Waktu, Kamu


Kita bertiga
aku                                           
waktu
kamu.

Kita berjanji
tidak saling mengkhianati
sampai maut menghampiri.


Sayangnya
suatu saat
waktu berkhianat
dia berpaling dari kita.

Yang tersisa hanya
aku
kehampaan
kamu.

Kita tersadar
memiliki cinta
tak banyak berarti
jika tak memiliki waktu.

Aku berpikir apakah keadaan akan sama
jika salah satu dari kita yang berkhianat?

---

kota daeng, 9 September 2017


ilustrasi gambar https://thoughtcatalog.com


Baca Juga Puisi Keren lainnya:


Cermin

Komentar