Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Kabar dari Laut




Belasan purnama
jiwa dara itu merana.
Pada bulir pasir yang disiangi matahari
dan diterangi purnama
dia titipkan doa dan air mata.

Pulanglah, Abang
pintanya melalui laut merah senja
tapi seperti perahu yang menarik sauh
dan berlayar jauh
harapan hanya bisa dilambungkan
tak ada yang memastikan datang jawaban.

Belasan purnama
batinnya dilapangkan seluas samudra
seperti barisan bangau yang melayang pulang
kerinduannya berarak ke ujung bayang.

Kaki menapak batas ombak dan pantai
jemari menulis nama Sang Kekasih
sebelum jemari segara menghapusnya lagi.
Setelah belasan purnama
dia berharap kali ini
purnama membawa kabar dari laut.


---

Kota Daeng, 18 November 2017

ilustrasi gambar dari https://pixabay.com/


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Musim, Cinta dan Kewarasan





Komentar