Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Garis Batas



Saat hatimu benar-benar berada di garis batas
antara hitam dan putih
gelap dan terang
pahit dan manis kehidupan
kamu mungkin tak bisa mencintai lagi.

Kamu mungkin beroleh kebijaksanaan sejati
dan mencapai puncak perjalanan spiritualmu
tapi kamu mungkin tak bisa mencintai lagi.


Kamu mungkin bisa mengurai warna biru dari langit
menarik warna hijau dari dedaunan
memisahkan penawar dari racunnya
tapi kamu mungkin tak bisa mencintai lagi.

Karena cinta adalah keberpihakan
kepada hitam maupun putih
gelap maupun terang
pahit maupun manis kehidupan

Karena lawan dari cinta bukanlah benci
keduanya adalah saudara serahim
yang hanya dipisahkan selaput tipis.

Lawan dari cinta adalah abai.
Bahkan Tuhan pun melarang orang baik yang mencintainya
untuk membenci
pada orang jahat
bahkan setan sekalipun.

Makanya aku lebih memilih jadi bajingan
yang membenci Tuhan
agar esok hari rasa benciku berubah jadi cinta
siapa tahu.

Makanya aku lebih memilih jadi orang bodoh
agar masih bisa mencintai pengetahuan
atau jadi cendekiawan
agar masih bisa mencintai kekurangpengetahuan

Saat hatimu benar-benar berada di garis batas
mungkin jantungmu tidak bisa berdenyut lagi

karena sejatinya manusia adalah cinta, bukan?

---

Kota Daeng, 212 2017
ilustrasi gambar dari http://moblog.net/view/333642/step-over-the-line

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Koper Pengetahuan dan Cinta





Komentar