Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Santa Claus Panik dan Rudolf si Rusa Terbang



Senja telah beralih menjadi malam di istana es Santa Claus. Di luar butir-butir salju berjatuhan dari langit, menebarkan dingin yang menggigit tulang. Tapi di dalam istana suasana begitu hangat. Ratusan kurcaci, mulai dari kurcaci pembuat mainan sampai kurcaci-kurcaci yang mengurusi istana berkumpul di aula bawah, tempat pengepakan mainan-mainan yang sebentar lagi akan dibagikan oleh Santa Claus kepada anak-anak di seluruh dunia.

Kurcaci-kurcaci yang mengurus rusa-rusa terbang juga sedang sibuk di kandang-kandang rusa terbang itu yang terletak di bagian utara istana. Rudolf, rusa pemimpin kawanan baru saja dibersihkan dan dikenakan pakaian khusus.

Setelah mengamat-amati tingkah Rudolf, Plouge, kurcaci yang bertugas khusus mengurusi Rudolf terhera-heran. Tidak seperti biasanya, malam ini Rudolf nampak gelisah. Berkali-kali di menggesek tanduknya di sisi pembatas kandang, juga berputar balik tak karuan.

Siapa tahu perut rusa ini sedang bermasalah, batin Ploug.

Dia lalu memberitahu Deercare, Supervisor Kurcaci yang mengurusi kandang rusa perihal tingkah Rudolf tersebut. Deercare terkejut.

“Ya Tuhan, tiga jam lagi Tuan Santa akan terbang ke seluruh penjuru dunia. Dan kamu bilang Rudolf sedang tidak enak badan?!” serunya dengan mata sebulat bola pingpong.

Ploug mengangguk-angguk takut.

“Cepat ambil kapsul M8 lalu campur pada pakan dan air minumnya. Jangan sampai kegembiraan Natal anak-anak di luar sana berkurang gara-gara pencernaan rusa terbang ini…”

M8 adalah kode untuk obat terbaik bagi penyakit saluran pencernaan para rusa terbang. Ploug segera berlari kencang. Tubuhnya yang tambun jadi terlihat lucu. Deercare pun bergegas ke kandang utama, tempat Rudolf dikandangkan.

Berita kurang baik itu pun langsung tersebar dengan cepat di antara kurcaci lainnya… dan tak lama kemudian sampai juga di telinga Santa Claus.

Santa bersama Walt, kurcaci tukang catat sekaligus asisten pribadinya sedang mengecek mainan-mainan yang hendak diantar malam ini. Beberapa kurcaci lain juga membantu mereka. Mainan-mainan tersebut ditumpuk berderet-deret. Beberapa tumpukan malah lebih tinggi dari para kurcaci yang menghitungnya. Kesibukan ini terhenti seketika setelah seorang kurcaci masuk dan melaporkan keadaan Rudolf.

Wajah kakek Santa yang selalu terlihat riang dan bersemangat itu tiba-tiba memucat.

“Kamu yakin, Sergio?” serunya pada kurcaci tersebut.

“Ya, Tuan Santa. Saat ini kurcaci-kurcaci kandang sedang mengurusnya, saya merasa harus melapor secepatnya karena—“

“Walt!! Tandai catatan kita, aku akan ke kandang secepatnya. Barney dan Hugo tetap menghitung!”

Santa tidak menunggu lagi ekor ucapan Sergio karena terkejut setengah mati.

“Siap, Tuan Santa!” seru para kurcaci. 

Lima menit kemudian Santa Claus sudah berada di pintu masuk kandang utama. Dia setengah berlari menuju ke tempat Rudolf, janggut putih panjangnya berayun seirama dengan hentak kakinya.
Rudolf kini sedang berbaring malas-malasan. Di sekelilingnya berdiri Ploug, Deercare dan kurcaci-kurcaci pengurus kandang rusa lainnya. Melihat Santa hadir, para kurcaci segera memberi jalan.

“Rudolf… Bagaimana kabarmu?”

Melihat kedatangan tuannya, Rudolf langsung berdiri dan membiarkan kepalanya dielus oleh jari-jari gemuk Santa Claus. Rudolf kini terlihat lemah. Santa berpaling ke wajah Deercare di samping kirinya.

“Sudah diberikan M8, Deercare?”

“Sudah, Tuan Santa. Di atas dosis biasa. Dia sudah tidak gelisah seperti tadi, tapi kini malah jadi lesu seperti ini.”

“Padahal sejam lalu dia masih nampak bersemangat, Tuan Santa,” sambung Ploug. “Tiga hari ini kami juga memberi pakan rumput serdadu dari desa Eol, rumput terbaik untuk para rusa terbang.”

“Ya, dan sampai siang tadi, Rudolf masih makan dengan lahap.”

Santa mengangguk-angguk sambil mengelus janggutnya. Matanya yang cemerlang menatap mata Rudolf lekat-lekat.

“Mari kita lihat…,” Santa lalu mundur selangkah, lalu berseru dengan suara nyaring. “Lampu hidung, Rudolf. Lampu hidung!!”

Rudolf sedikit terkejut. Dia memejamkan mata beberapa saat, lalu saat membuka mata dia menyentakkan kepalanya ke depan. Dari hidungnya yang merah merona tiba-tiba memancar cahaya merah benderang yang langsung menerangi tempat itu. Pada kurcaci yang baru kali ini melihat langsung cahaya dari hidung Rudolf itu berdecak kagum.

Sayang cahaya dari hidungnya bertahan satu menit lalu padam kembali. Rudolf menunduk, seperti malu atau kecewa karena mestinya cahaya tersebut bertahan lebih lama lagi.

Santa kembali mengangguk-angguk.

“Sepertinya dia tidak sakit, Deercare. Cahaya dari hidungnya bersinar terang benderang. Aku tahu apa yang harus kita lakukan…”

Semua kurcaci menahan napas menunggu lanjutan ucapan Santa.

“Panggilkan kurcaci Tatum!”

Deercare mengangguk. Tatum adalah supervisor kurcaci perawat rusa sebelumnya yang kini sudah pensiun. Tatum memiliki keahlian berbicara dengan rusa.

“Tapi, Tuan Santa…” Deercare terlihat ragu.

“Ada apa, Deercare?”

“Perjalanan ke desa Owllage, desa Tuan Tatum, butuh waktu setengah hari sekalipun menggunakan rusa terbang.”

Santa Claus terkekeh, lalu mengeluarkan dua buah bola kristal dari saku jubahnya.

“Untuk keadaan darurat, kita harus menggunakan ini, Deercare.”

Mata Deercare berkilat-kilat terpesona. “Saya belum pernah… bagaimana menggunakannya, Tuan Santa?”

Santa tersenyum. Dia lalu membisikkan kata-kata berikut pada salah satu bola Kristal, “Rumah kurcaci Tatum di desa Owllage.”

Bola Kristal itu lalu dilemparkan ke tengah-tengah kerumuman para kurcaci. Sekonyong-konyong bola Kristal itu berubah menjadi pintu lintas dimensi, sejenis portal sihir. Pemandangan yang terbuka adalah sebuah rumah mungil dengan cerobong asap yang mengepulkan asap putih kelabu.

“Nah, peganglah bola Kristal yang satu lagi Deercare. Setelah memberitahu Tatum, gunakanlah bola Kristal ini seperti caraku tadi. Katakan saja, istana es Santa Claus. Bagaimana Deercare?”

“Saya paham, Tuan Santa.”

“Nah, segeralah masuk ke portal. Dia tidak akan terbuka lama…”

Deercare pun bergerak, membawa serta Ploug lalu mereka berdua masuk ke dalam portal, dan sekejab kemudian portal tersebut menghilang, mengembalikan pemandangan tempat itu seperti semula.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, portal yang sama terbuka kembali. Dari dalam portal, berloncatan tiga kurcaci. Deercare, Ploug dan dibelakang mereka seorang kurcaci yang sudah sepuh, terlihat dari janggut putih dan kacamata tebal yang bertengger di atas hidup bulatnya.

Santa Claus langsung mendekap kurcaci tersebut dengan hangat.

“Lama tidak berjumpa, Tatum. Kamu masih segar bugar…”

“Ah, Tuan Santa. Jangan merendah,” sahut Tatum malu-malu. Tapi dia segera memalingkan wajah ke kandang Rudolf. “Apa yang terjadi dengan rusa manis itu?”

“Nah, silahkan,” Santa mengantar Tatum ke depan Rudolf. “Aku rasa dia tidak sedang sakit. Entah, apa yang terjadi? Ini keahlian kamu, Tatum. Rudolf adalah pemimpin kawanan rusa terbang 

bertahun-tahun. Dia sudah hafal rute yang aku gunakan untuk membagi mainan ini ke seluruh dunia. Untuk menggantikan tempatnya dengan rusa lain, bisa saja. Tapi kami pasti akan terlambat beberapa jam atau paling buruk… beberapa hari.”

Tatum mengangguk lalu mengelus kepala Rudolf di antara tanduknya yang tinggi menjulang. Rudolf mengerjabkan mata ketika Tatum mengeluarkan dari mulutnya suara decak dan ringkih beberapa kali. Rudolf membalas dengan mengeluarkah suara ringkih dan decak serupa. Tatum kembali membalas. Rudolf menimpali. Santa dan kurcaci-kurcaci lain memandang Tatum dan Rudolf bergantian.

“Apa yang terjadi?” tanya Santa mewakili rasa penasaran semua yang ada disitu, begitu Tatum dan Rudolf menuntaskan percakapan mereka.

Tatum tersenyum penuh kemenangan.

“Rupanya rusa kita ini sedang sakit hati, Tuan Santa.”

Semua yang mendengarnya terkejut. Sementara Rudolf tertunduk malu-malu.

“…dia kecewa karena kekasihnya tidak ikut serta perjalanan mereka malam ini,” ucap Tatum lagi.

“Betulkah itu?” tanya Santa. “…dan siapakah rusa betina yang beruntung itu?”

“Namanya… Clarissa kalau tidak salah,” sahut Tatum.

Deercare dan Ploug saling pandang. Lalu memandang Santa sambil tersenyum.

“Begitu rupanya,” kata Deercare.

“Apa yang terjadi? Dimana Clarissa?” tanya Santa Claus.

“Clarissa memang pada awalnya diikutkan ke dalam barisan rusa-rusa terbang yang akan menemani 
Tuan Santa malam ini. Tapi sore tadi saya menukarnya dengan salah satu rusa terbang yang baru, untuk melatihnya. Saya tidak tahu kalau rusa betina itu ternyata kekasih Rudolf,” kata Deercare.

Santa mengangguk gembira lalu mengeluarkan tawa khasnya.

“Hohoho… jadi masalah kita terpecahkan, bukan? Ayo pasangkan kembali rusa bernama Clarissa itu dengan Rudolf manis ini. Rusa baru itu gantikan dengan rusa lainnya. Rusa-rusa terbang kita harus bekerja dengan gembira agar anak-anak ikut bergembira Natal tahun ini, dengan mainan baru mereka. Ayo bergerak, para kurcaci!”

“Siap, Tuan Santa!” sahut mereka serempak.

Setelah itu para kurcaci berhamburan ke segala arah, kembali ke pos mereka masing-masing. Ada yang menuju ke bagian pengepakan mainan, ke bagian perawatan kereta dan lainnya. Deercare dan kurcaci yang bertugas merawat rusa-rusa terbang pun mulai mempersiapkan rusa-rusa tersebut. Santa Claus berterimakasih kepada Tatum dan meminta salah satu kurcaci untuk menjamunya makan malam sebelum diantar pulang kembali.

Saat malam mendekati puncaknya, seluruh mainan yang akan diantar telah dimuat pada gerbong-gerbong kereta. Di bagian depan kereta, Santa Claus sudah duduk dengan gagah mengenakan pakaian kebesarannya, baju hangat berwarna merah terang senada dengan warna topi lancipnya. Di depan kereta enam pasang rusa terbang sudah siap berlari. Baju-baju khusus mereka telah tersambung dengan kereta penarik yang diduduki Santa Claus. Rudolf nampak bahagia di barisan paling depan karena ditemani oleh Clarissa, rusa terbang kekasihnya.

Pintu ruang lepas landas terbuka, pertanda iring-iringan Santa Claus akan meninggalkan istana es. Saat iring-iringan itu mulai bergerak maju, para kurcaci melambaikan  tangan dan berseru-seru gembira. Rudolf dan Clarissa mulai berlari lebih kencang. Irama derap kaki mereka memandu lari rusa-rusa terbang lainnya. Saat seluruh kereta telah mengudara, tawa Santa Claus membahana memecahkan malam yang senyap.

“Hohoho… Kita mulai dari Asia Selatan, Rudolf!”

Bola Kristal dilempar ke depan, dan setelah melewati kepala Rudolf, terbukalah portal sihir besar. Seluruh rusa terbang berikut kereta pengangkut mainan masuk ke dalam portal sihir tersebut sebelum tertutup dan malam kembali diselimuti bintang-bintang.


---
ilustrasi gambar dari https://asitoughttobe.com

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Pak Tua yang Baik dan Tuan Jafar yang Licik






Komentar

Maria Kristi mengatakan…
Ceritanya bagus.. hehe. Kirain Rudolf-nya sakit.. ternyata oh ternyata..
pical gadi mengatakan…
Hehehe...
Ternyata Rudolf lagi kasmaran. Terima kasih sudah mampir ya mbak Kristi.