Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Mahar



Kapitalisme sudah merenggut
jadi tak usah terkejut
jangankan cinta
ideologi saja ditakar dengan rupiah.

Yang satu berlagak jadi konstituen
yang satu bermimpi jadi pemimpin tulen
keduanya jual beli di bawah panggung drama
di pojok tak tersentuh spot light dan kamera.

 
Tapi apa lacur, Bung
saat kucing sudah dikeluarkan dari karung
dan harga ternyata segunung
merenung tak berguna di ujung
sesal saja di balik punggung.

Politik memang sesekali jadi pengecut
jadi tak usah terkejut
jangankan rakyat punya suara

ideologi saja bisa ditukar tambah.



---
ilustrasi gambar dari teropongsenayan.com
pertama kali ditayangkan di kompasiana

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Setelah Politisi Berkicau






Komentar

Wahduh, saya kira mahar yang lain hihihiiii..
Fabina Lovers mengatakan…
Politik bik8n pusing ya he he he