Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Setelah menonton pembukaan Asian Games yang spektakuler, Bams jadi penasaran. Apa iya Mr. President yang sehari-harinya
bergelut dengan birokrasi dan urusan ketatanegaraan benar-benar punya nyali
melakukan atraksi terbang dengan motor gede seperti itu? Mahasiswa yang
mendapat gelar super senior (saking lamanya kuliah) ini pun langsung membuka
semua media sosialnya untuk mencari tahu. Pasti adegan tersebut menjadi
pembicaraan banyak orang.
Memang benar, adegan Mr.
Presiden mengendarai motor gede benar-benar jadi trending topic.
Linimasa sampai gaduh setengah mati malah. Para lover Mr. President semakin
mengelu-elukan idola mereka, sebaliknya para hater selalu punya alasan untuk nyinyir. Setelah menganalisa
percakapan demi percakapan, Bams sampai pada kesimpulan, Mr. President menggunakan stuntman
alias pemeran pengganti.
Kehebohan dunia maya tersebut pada akhirnya sampai juga ke
dunia nyata.
Di koridor fakultas siang ini Bams bersama dua kawannya, Iping
dan Ojo berjalan tergesa-gesa sambil membicarakan trending topic itu. Tapi nampaknya Bams lebih banyak jadi penengah
antara Iping yang seorang lover dan
Ojo yang seorang hater.
“Nih buktinya
kalau Mr. President pakai stuntman! Lihat nih analisis temen
twitter gue...,” Ojo menyodorkan tabletnya di hadapan Iping dan Bams.
“Iyaa tahu! Kan sudah gue bilang, itu gak mungkin Mr. President. Elu mau tanggung jawab
kalau dia sampai keseleo atau salah urat gara-gara jatuh?!” sahut Iping tidak
kalah sengitnya.
Bams ikut mendorong tablet itu ke arah Ojo kembali, “Tahu nih
orang! Sudah dibilangin dari tadi juga,” ucapnya.
Merasa tersudutkan, Ojo buka suara lagi.
“Jadi mestinya diumumin dong. Ada teksnya kek atau apa kek,
biar masyarakat pada tahu itu cuman pakai stuntman…”
“Eh, masyarakat juga sudah pada tahu kali!” sahut Iping.
“Tapi kan tidak semua, Iping. Masih ada yang percaya kalau
itu Mr. President beneran…”
Iping mau menyanggah lagi, tapi Bams langsung membentak
mereka berdua dan menghentikan langkahnya.
“Kalian ini berantem mulu!” sesaat Bams memamerkan ekspresi
marahnya, tapi sesaat berikutnya malah tersenyum senang, kayak orang baru
menang undian pemanggang roti.
“Elu kenapa?” tanya Ojo.
“…tapi tidak apa-apa,” lanjut Bams seolah pertanyaan Ojo
barusan hanya iklan yang numpang lewat.
“Gue malah jadi ketiban ide.”
Ojo dan Iping saling pandang tanda tak mengerti.
“Stuntman itu
gunanya untuk menggantikan peran tokoh utamanya kan?” tanya Bams. Iping dan Ojo
mengangguk.
“Kenapa tokoh utamanya harus punya pemeran pengganti?” tanya
Bams lagi.
“Karena adegannya berbahaya,” sahut Ojo.
“Ya, karena tokoh utamanya itu orang penting, takut terjadi
apa-apa kalau dia sendiri yang berperan,” sambung Iping.
“Nah!” seru Bams tiba-tiba. Iping dan Ojo sampai kaget
setengah hidup. Bams langsung merangkul pundak kedua kawannya sambil berucap
pelan.
“Teman-teman, gue ada ide. Pas ujian nanti gue akan pakai stuntman juga…”
Kening Ojo dan Iping mengkerut.
“Maksud elu… joki!?” tanya Iping.
“No… no! Bukan
Joki, broh. Tapi staaan…meeennhh…” mulut Bams sampai monyong saking menjiwai ucapannya.
“Tapi kan sama aja!”
“Gak sama dong, Jo!” nada Bams meninggi. “Joki itu dibayar
buat mengisi jawaban ujian. Kalau stuntman
itu dibayar untuk mengganti tokoh utamanya, dalam hal ini gue, orang pentingnya.
Sayang kan kalau otak gue dipaksa setengah mati untuk memikirkan jawaban
soal-soal ujian itu. Padahal di luar sana masih banyak hal-hal penting lain yang
harus dipikirkan. Contohnya, gue mau bikin program kerja setelah terpilih jadi
ketua club billiard nanti, gue perlu
mikirin kelanjutan hubungan gue sama Mira, nyokap gue sudah ngancem bakal veto
uang jajan gue kalau tahun ini belum skripsi.
Huh… banyak yang harus
dipikirkan.”
Iping dan Ojo bengong.
“Iping,” lanjut Bams lagi. “Elu mesti harus mikirin
kelanjutan band elu itu, Her.. Har…”
“Hardisk Band…” potong
Iping.
“Ya, Hardisk band.
Ojo, kisah cinta elu dan Wanda lebih kompleks dari drama India. Elu mesti
mikirin kelanjutan hubungan elu itu. Teman-teman, itu maksud gue. Kita masih
punya hal-hal yang lebih penting dari sekedar mengisi soal ujian. Kita butuh stuntman…”
Perlahan-lahan, penjelasan Bams barusan menyusup masuk di
sel-sel otak Iping dan Ojo. Keduanya kini manggut-manggut seperti burung
kakatua disogok pakai pepaya.
Ketiganya pun kembali melanjutkan langkah kaki yang tadi
tertunda.
“Tapi… orangnya siapa? Bayarnya bagaimana?” tanya Ojo.
“Gampang, bro. Pergaulan gue lintas kecamatan, lintas
kampus. Gue punya banyak kenalan anak-anak ber-IP 3,9. Masalah duit… nanti kita
cari proyek di luar. Gak usah khawatir,” sahut Bams mantap. Kedua kawannya jadi
semakin yakin dengan prospek proyek stuntman
yang baru saja mereka cetuskan.
Saat masuk ke ruang kuliah, ketiganya terkejut. Ternyata bu Pangaribuan,
dosen super killer yang terkenal
dengan gincu merah membaranya sudah berdiri di depan kelas. Bu Pangaribuan pun
menatap mereka seperti sipir menatap narapidana yang mencoba kabur. Bibirnya
yang merah membara sampai bergetar pertanda menahan amarah.
“Iping! Ojo! Bams! Kuliah sudah setengah jalan, kenapa baru
masuk??!!” tegurnya dengan suara menggelegar. Seisi ruangan jadi merinding
mendengarnya.
Bams menyikut Ojo sambil berbisik, “Eh, Jo. Tadi lu bilang
baru terlambat 10 menit?”
“So… sory, bro. Ternyata ini… jam gue mati,” bisik Ojo
sambil melirik jarum jam tangannya yang tidak bergerak-gerak entah sudah berapa
lama.
“Mampus kita!” bisik Iping.
“Eh, malah kasak-kusuk di situ!” seru Bu Pangaribuan lagi.
“Tutup pintunya!!”
Ketiga pesakitan itu langsung bernapas lega, lalu
celingak-celinguk mengincar bangku yang masih kosong. Tapi begitu mereka mau
beranjak dari depan pintu, bu Pangaribuan benar-benar tidak bisa menahan
amarahnya lagi.
“Tutup pintunya dari luaaaaarr!!”
pertama kali ditayangkan di kanal fiksi kompasiana
sumber gambar: https:/makassar.tribunnews.com
Komentar