Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Joki No! Stuntman Yes!




Setelah menonton pembukaan Asian Games yang spektakuler, Bams jadi penasaran. Apa iya Mr. President yang sehari-harinya bergelut dengan birokrasi dan urusan ketatanegaraan benar-benar punya nyali melakukan atraksi terbang dengan motor gede seperti itu? Mahasiswa yang mendapat gelar super senior (saking lamanya kuliah) ini pun langsung membuka semua media sosialnya untuk mencari tahu. Pasti adegan tersebut menjadi pembicaraan banyak orang.


Memang benar, adegan Mr. Presiden mengendarai motor gede benar-benar jadi trending topic

Linimasa sampai gaduh setengah mati malah. Para lover Mr. President semakin mengelu-elukan idola mereka, sebaliknya para hater selalu punya alasan untuk nyinyir. Setelah menganalisa percakapan demi percakapan, Bams sampai pada kesimpulan, Mr. President menggunakan stuntman alias pemeran pengganti.

Kehebohan dunia maya tersebut pada akhirnya sampai juga ke dunia nyata.

Di koridor fakultas siang ini Bams bersama dua kawannya, Iping dan Ojo berjalan tergesa-gesa sambil membicarakan trending topic itu. Tapi nampaknya Bams lebih banyak jadi penengah antara Iping yang seorang lover dan Ojo yang seorang hater.

“Nih buktinya kalau Mr. President pakai stuntman! Lihat nih analisis temen twitter gue...,” Ojo menyodorkan tabletnya di hadapan Iping dan Bams.

“Iyaa tahu! Kan sudah gue bilang, itu gak mungkin Mr. President. Elu mau tanggung jawab kalau dia sampai keseleo atau salah urat gara-gara jatuh?!” sahut Iping tidak kalah sengitnya.

Bams ikut mendorong tablet itu ke arah Ojo kembali, “Tahu nih orang! Sudah dibilangin dari tadi juga,” ucapnya.

Merasa tersudutkan, Ojo buka suara lagi.

“Jadi mestinya diumumin dong. Ada teksnya kek atau apa kek, biar masyarakat pada tahu itu cuman pakai stuntman…”

“Eh, masyarakat juga sudah pada tahu kali!” sahut Iping.

“Tapi kan tidak semua, Iping. Masih ada yang percaya kalau itu Mr. President beneran…”

Iping mau menyanggah lagi, tapi Bams langsung membentak mereka berdua dan menghentikan langkahnya.

“Kalian ini berantem mulu!” sesaat Bams memamerkan ekspresi marahnya, tapi sesaat berikutnya malah tersenyum senang, kayak orang baru menang undian pemanggang roti.

“Elu kenapa?” tanya Ojo.

“…tapi tidak apa-apa,” lanjut Bams seolah pertanyaan Ojo barusan hanya iklan yang numpang lewat. 
“Gue malah jadi ketiban ide.”

Ojo dan Iping saling pandang tanda tak mengerti.

Stuntman itu gunanya untuk menggantikan peran tokoh utamanya kan?” tanya Bams. Iping dan Ojo mengangguk.

“Kenapa tokoh utamanya harus punya pemeran pengganti?” tanya Bams lagi.

“Karena adegannya berbahaya,” sahut Ojo.

“Ya, karena tokoh utamanya itu orang penting, takut terjadi apa-apa kalau dia sendiri yang berperan,” sambung Iping.

“Nah!” seru Bams tiba-tiba. Iping dan Ojo sampai kaget setengah hidup. Bams langsung merangkul pundak kedua kawannya sambil berucap pelan.

“Teman-teman, gue ada ide. Pas ujian nanti gue akan pakai stuntman juga…”

Kening Ojo dan Iping mengkerut.

“Maksud elu… joki!?” tanya Iping.

No… no! Bukan Joki, broh. Tapi staaan…meeennhh…” mulut Bams sampai monyong saking menjiwai ucapannya.

“Tapi kan sama aja!”

“Gak sama dong, Jo!” nada Bams meninggi. “Joki itu dibayar buat mengisi jawaban ujian. Kalau stuntman itu dibayar untuk mengganti tokoh utamanya, dalam hal ini gue, orang pentingnya. Sayang kan kalau otak gue dipaksa setengah mati untuk memikirkan jawaban soal-soal ujian itu. Padahal di luar sana masih banyak hal-hal penting lain yang harus dipikirkan. Contohnya, gue mau bikin program kerja setelah terpilih jadi ketua club billiard nanti, gue perlu mikirin kelanjutan hubungan gue sama Mira, nyokap gue sudah ngancem bakal veto uang jajan gue kalau tahun ini belum skripsi. 
Huh… banyak yang harus dipikirkan.”

Iping dan Ojo bengong.

“Iping,” lanjut Bams lagi. “Elu mesti harus mikirin kelanjutan band elu itu, Her.. Har…”

Hardisk Band…” potong Iping.

“Ya, Hardisk band. Ojo, kisah cinta elu dan Wanda lebih kompleks dari drama India. Elu mesti mikirin kelanjutan hubungan elu itu. Teman-teman, itu maksud gue. Kita masih punya hal-hal yang lebih penting dari sekedar mengisi soal ujian. Kita butuh stuntman…”

Perlahan-lahan, penjelasan Bams barusan menyusup masuk di sel-sel otak Iping dan Ojo. Keduanya kini manggut-manggut seperti burung kakatua disogok pakai pepaya.

Ketiganya pun kembali melanjutkan langkah kaki yang tadi tertunda.

“Tapi… orangnya siapa? Bayarnya bagaimana?” tanya Ojo.

“Gampang, bro. Pergaulan gue lintas kecamatan, lintas kampus. Gue punya banyak kenalan anak-anak ber-IP 3,9. Masalah duit… nanti kita cari proyek di luar. Gak usah khawatir,” sahut Bams mantap. Kedua kawannya jadi semakin yakin dengan prospek proyek stuntman yang baru saja mereka cetuskan.

Saat masuk ke ruang kuliah, ketiganya terkejut. Ternyata bu Pangaribuan, dosen super killer yang terkenal dengan gincu merah membaranya sudah berdiri di depan kelas. Bu Pangaribuan pun menatap mereka seperti sipir menatap narapidana yang mencoba kabur. Bibirnya yang merah membara sampai bergetar pertanda menahan amarah.

“Iping! Ojo! Bams! Kuliah sudah setengah jalan, kenapa baru masuk??!!” tegurnya dengan suara menggelegar. Seisi ruangan jadi merinding mendengarnya.

Bams menyikut Ojo sambil berbisik, “Eh, Jo. Tadi lu bilang baru terlambat 10 menit?”

“So… sory, bro. Ternyata ini… jam gue mati,” bisik Ojo sambil melirik jarum jam tangannya yang tidak bergerak-gerak entah sudah berapa lama.

“Mampus kita!” bisik Iping.

“Eh, malah kasak-kusuk di situ!” seru Bu Pangaribuan lagi. “Tutup pintunya!!”
Ketiga pesakitan itu langsung bernapas lega, lalu celingak-celinguk mengincar bangku yang masih kosong. Tapi begitu mereka mau beranjak dari depan pintu, bu Pangaribuan benar-benar tidak bisa menahan amarahnya lagi.

“Tutup pintunya dari luaaaaarr!!”

---- 

pertama kali ditayangkan di kanal fiksi kompasiana
sumber gambar: https:/makassar.tribunnews.com


 photo Jangancopasing.jpg

Komentar