Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Musuh


Sampai kapan?
Sampai kapan kamu berpikir musuh itu di luar sana?

Tidak tahukah kamu, dia sedang bersemayam di antara sel-sel darahmu. Dia bersembunyi di balik lapisan-lapisan kulitmu. Dia berpikir menggunakan isi tengkorakmu dan bernapas menggunakan  paru-parumu.


Menggunakan waktumu
dia menunggu saat yang tepat

Untuk menjatuhkan kerendahan hatimu saat kamu berada di puncak kehidupan
untuk menyimpangkan moralmu saat kamu menggenggam kekuasaan
untuk menumpulkan nuranimu saat kamu berkelimpahan
untuk membuatmu benar-benar terkalahkan
hebatnya
itu semua dilakukannya tanpa kamu sadari

Sampai kapan?
Sampai kapan kamu berpikir musuh itu di luar sana?


---

kota daeng, 5 Agustus 2018


gambar dari https:/deviantart.com



 photo Jangancopasing.jpg

Komentar