Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Cuek Saja, Pak



Cuek saja, Pak. Seperti bocah yang pilih-pilih isi piring makannya, media pun pilih-pilih isi piring tayangannya. Kan mereka juga yang rugi melewatkan momentum sinergi 11 juta manusia begitu saja.

Cuek saja, Pak. 11 juta bahkan 280 juta sekalipun hanyalah jadi kerumunan yang rigid, jika hanya ingin pamer digit beriring-iring. Dan itu bisa dilakukan dengan atau tanpa jurnalis-jurnalis itu.
Massa yang digerakkan oleh keikhlasan jadi lebih bernilai daripada yang digerakkan euphoria. Manapun pilihannya, semua bisa dilakukan dengan atau tanpa jurnalis-jurnalis itu. Siapa yang butuh media, jika rakyat sudah mencoblos nama bapak dalam hatinya. Tidak usah takut tak terliput, tidak usah khawatir tak terjangkau konstituen.
Jadi cuek saja, Pak. Daripada marah-marah, malah bikin tensi politik dan tensi darah naik.


---

kota daeng, 6 Desember 2018


gambar dari http://beritasatu.com



 photo Jangancopasing.jpg


Komentar