Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Langit Biru



Langit biru tanpa tepi di ujung jangkauan mata
di mana gerangan awan-awan berada?
Senyum manis tanpa gula sejauh pandangan mata
di mana dirimu kini berada?


Aku akan tetap menunggu
sembari menarik garis demi garis imajiner di langit biru
menggambar alis, mata dan bibir tanpa gincu
sampai kamu yang hakiki berdiri di depanku.

Arloji terus berdetak
menghitung momentum yang akan terjadi di depan mata
jantungku terus berdenyut
memompa adrenalin kuat-kuat ke dalam dada.

Tak perlu terburu-buru
aku akan tetap menunggu di bawah langit biru
bersama gawai yang kehilangan frekuensi
dan cincin perak pengikat hati.



---

kota daeng, 19 Januari 2019

gambar dari https://dissolve.com


 photo Jangancopasing.jpg

Komentar