Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Menjelang sore, temperatur udara lebih bersahabat. Satu dua
bocah mulai berani keluar rumah untuk bermain di halaman. Abang-abang pedagang
makanan juga mulai muncul dengan gerobak dagangan masing-masing, tukang bakso,
tukang siomai dan tukang lain-lain.
Di salah satu spot pinggir metropolitan, aroma ikan asin yang
dimasak dengan sambal tomat menggelitik penciuman. Arahnya dari dapur Maemunah,
emak-emak beranak dua tapi masih manis jelita. Hari ini, Badrun, sang suami
yang bekerja sebagai mandor di salah satu toko bangunan akan pulang lebih cepat.
Maemunah memiliki rencana mengajak suami dan anak-anak jalan-jalan ke pasar
malam, tempat shopping favoritnya.
Jadi biar suaminya lebih manut, untuk makan malam kali ini dia membuat makanan kesukaan
suaminya itu, ikan asin sambal tomat.
Menjelang magrib, deru suara motor matic terhenti di depan rumah, pertanda Badrun sudah sampai.
Maemunah yang sudah rapi jali dan kinclong pun menyambut suaminya di ruang tamu
dengan semringah, membayangkan daster baru di depan mata.
Tapi ada yang terlihat salah, begitu Badrun membuka
helm-nya. Ekspresinya hambar dan masuk rumah dengan gelagat kesal. Bahkan salam
dari Maemunah pun dicuekkannya. Maemunah mengekori suaminya dengan pandangan
heran.
Begitu masuk ke dapur dan hendak mengambil air minum, aroma
sedap ikan asin langsung mengisi indra penciuman. Badrun mengangkat tudung saji
dan memandang hidangan di atas meja. Nasi dalam bakul, sayur kangkung tumis, beberapa
telur rebus yang belum dikuliti, kerupuk, pisang dan menu andalan, ikan asin
sambal tomat.
Badrun lalu melempar kembali tudung saji dengan kasar.
“Apa ini?! Tidak bosen sama ikan asin? Sedikit-sedikit ikan
asin, sedikit-sedikit ikan asin!” umpatnya. Lalu pergi lagi dan menghilang ke
dalam kamar.
“Ada apa sih, Pak, baru sampai rumah sudah marah-marah tidak
jelas?!” balas Maemunah tidak kalah sengitnya, dan menyusul ke dalam kamar. Tapi
Badrun tidak mau menanggapi, malah mengambil handuk dan keluar kamar menuju ke
kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara guyuran air berkali-kali dari
dalam.
Maemunah heran. Tidak biasa suaminya memiliki gelagat
seperti itu. Yang ada sebanyak apapun masalah di tempat kerja, suaminya
langsung happy lagi begitu menyantap
ikan asin buatannya. Kali ini kenapa jadi kontra sama ikan asin? Untung saat
itu anak-anak sedang tidak ada di rumah.
Tidak kehilangan akal, Maemunah berusaha mencari tahu apa
yang sedang terjadi. Dia pun mengambil tas kecil yang dihempaskan begitu saja
di atas tempat tidur, lalu merogoh isinya. Tebakannya tepat, handphone Badrun ada di situ.
Selama ini Badrun berpikir Maemunah tidak tahu kata sandi pembuka
layar handphone-nya, padahal suatu
malam Maemunah mengintip diam-diam saat suaminya membuka layar HP. Jadi dia berhasil
mengetahui kata sandinya. Hanya saja untuk menghindari kecurigaan, setiap kali
mau meminjam handphone suaminya itu
dia selalu pura-pura meminta suaminya yang mengisi sendiri kata sandinya.
Dan saat ini dia pun membuka semua aplikasi perpesanan dalam
handphone itu, sambil celingak-celinguk
ke arah luar pintu kamar, mirip kucing yang baru nyolong ikan goreng dari atas
meja.
Tidak lama kemudian, Maemunah melotot. Dia menemukan chat whatsapp mencurigakan dari seorang
bernama Bambang. Anehnya foto profilnya itu cewek manis berambut sebahu.
Mas, dia itu temen aku
Begitu chat dari “Bambang”. Di bawah pesan itu suaminya
membalas,
Temen, kok mesra
banget. Pakai pegang-pegang tangan segala?
Maemunah pun membuka seluruh chat. Ada juga chat dari
teman suaminya yang lain, mengirim foto “Bambang” di sebuah restoran. Foto itu
seperti diambil sembunyi-sembunyi. “Bambang” dan teman lelakinya duduk
berhadapan sambil pegangan tangan dengan mesra.
Napas Maemunah mulai naik turun tidak karuan. Semakin banyak
dia membaca whastapp dalam handphone
suaminya, amarahnya semakin membuncah. Dia pun menyimpulkan satu hal: SUAMINYA
SELINGKUH!
Saat masuk ke kamar, Badrun sudah nampak lebih anteng,
mungkin pengaruh guyuran air dingin tadi.
Tapi langkahnya terhenti begitu
melihat sosok Maemunah yang berdiri menyeramkan di samping tempat tidur. Kedua
tangannya diletakkan di atas pinggang dengan mata melotot seperti Susana ketemu
mangsa.
“SIAPA BAMBANG!?” teriaknya.
“Bambang, Bam… Bambang, siapa?” sahut Badrun tergagap-gagap.
“Itu Bambang cinta-cinta kamu! Kamu marah-marah karena
ternyata dia juga selingkuh kaaan?!” teriak Maemunah lagi sambil menunjuk handphone yang tergeletak pasrah di atas
tempat tidur.
Setelah melihat handphone
yang layarnya masih menyala, sadarlah Badrun apa yang baru saja terjadi.
“Ma, jangan … jangan marah-marah dulu. Saya jelaskan dulu
... “
“Halah! Apalagi yang mau dijelaskan!?” Maemunah berlalu ke
luar kamar. Badrun mau menahannya, tapi Maemunah bersikeras dan lolos dari
tangan Badrun.
“Mau ke mana, Ma?” tanya Badrun panik.
“Ma, Mi, Ma, Mi. Gue mau tidur di rumah emak malam ini
sampai seterusnya!”
Badrun mau mengejar, tapi sadar dia tengah bertelanjang dada
dan hanya mengenakan lilitan handuk di bawah perut. Dia pun buru-buru
berpakaian. Tapi sementara itu, deru mesin motornya terdengar, sesaat lalu
terdengar pergi menjauh. Artinya Maemunah sudah benar-benar pergi sekarang.
Badrun terpaku di depan pintu. Bingung mau berbuat apa. Dia
lalu buru-buru mengambil handphone
untuk menelepon ibu mertuanya. Tiba-tiba pesan whastapp dari “Bambang” masuk.
Mas, jangan marah ya.
Nanti Ella masakin ikan asin paling uenak se-Indonesia raya
Badrun pun membanting handphone-nya
dengan kesal. Setelah itu dia baru ingat, cicilan handphone itu masih dua bulan
lagi baru lunas. Nasib… nasib…
gambar dari https:fimela.com/
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
Taufik dan Klinik Tang Fong
Komentar