Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kisah sebelumnya:
Seluruh planet Pariya percaya kalau Presiden Takeda, presiden koloni TX300 meninggal karena bunuh diri. Namun informasi kecil yang disampaikan kolonel Rico dari Kepolisian Pusat Federasi Antar Galaksi bisa jadi titik awal untuk menemukan fakta lain dibalik kematian Presiden Takeda. Lot, sekretaris presiden didampingi oleh kapten polisi Robinson memulai penyelidikan diam-diam agar tidak terjadi kekisruhan pada masyarakat koloni.
Sektor C bunker 85 dikhususkan untuk
ditinggali pejabat-pejabat administrasi Kepresidenan dan staf ahli beberapa
menteri. Saat ini suasana sektor C sedang lengang. Sesekali saja terlihat
skuter atau mobil warga lalu lalang. Lampu-lampu besar yang menerangi
sudut-sudut bunker raksasa itu dipadamkan, menyisakan suasana temaram seperti
malam hari. Memang disengaja, untuk mengingatkan para penghuninya kalau keadaan
yang sama sedang berlangsung dipermukaan saat ini . Dalam bunker, malam atau
siang sama saja tanpa penerangan Durserak, sebutan untuk matahari planet
Pariya. Kecuali di beberapa tempat yang memang dibangun untuk jadi ruang
terbuka hijau. Pemerintah membuat atap bunker terbuat dari instalasi metal
khusus yang mampu yang tersambung dengan panel-panel raksasa penerima cahaya
Durserak dipermukaan. Instalasi metal berbiaya tinggi ini tahan suhu yang
ekstrim dan mampu meneruskan cahaya ultra ungu Durserak dari permukaan, agar
taman-taman buatan di bawah permukaan tetap mampu berfotosintesis.
Siang tadi, Lot berhasil berkomunikasi dengan
Kapten Robinson. Ternyata Kapten Polisi tersebut seorang yang sangat ramah dan
terkesan humoris. Namun begitu topik pembicaraan beralih kepada kematian
Jendral Takeda, Robinson langsung bermimik tegas khas seorang investigator. Dia
kelihatan sependapat untuk mengusut kasus kematian Jendral Takeda diam-diam.
Walaupun seluruh warga koloni percaya, Presiden mereka memang gantung diri,
kemungkinan sekecil apapun yang dapat membuktikan fakta sebaliknya tidak bisa
diabaikan begitu saja. Pada pembicaraan tersebut Lot langsung merekomendasikan
dua buah nama untuk diperiksa catatan kepolisiannya. Larkhee, seorang wanita paruh baya Staf
Khusus Presiden bidang Perpajakan, dan Abdul, kepala Pengacara Kepresidenan.
Keduanya grafolog handal, dan punya akses untuk bertemu secara pribadi dengan
almarhum Jendral Takeda. Walaupun mereka tidak berada di TKP saat peristiwa
maut itu terjadi, bisa saja mereka mengetahui sesuatu. Kapten Robinson berjanji
akan secepatnya menelusuri riwayat dua orang itu, dan menyampaikan hasilnya
sore ini.
Tapi hari hampir larut, belum juga ada kabar
dari Kapten Robinson. Maka Lot berinisiatif menghubungi langsung Kepala Divisi
Kejahatan Intelektual Kepolisian Perserikatan Koloni itu. Perangkat Holo-phone
disamping komputer portabel-nya diaktifkan, lalu dengan instruksi suara, Lot
memanggil sebuah nomor. Piranti komunikasi tersebut mirip sebuah komputer tablet,
dengan layar yang mampu memproyeksikan gambar hologram 3D. Tak lama kemudian
layar piranti tersebut berpendar lalu
nampaklah wajah Kapten Robinson, pria paruh baya berkumis tipis dan berpipi
tembem.
Kapten Robinson kelihatan senang Lot
meneleponnya. Hologram wajahnya pun bergerak-gerak seiring perkataannya,
“Oh, tuan Lot, aku baru saja akan menghubungi
anda. Rasanya kita punya chemistry
untuk urusan yang satu ini ya?”
Lot tersenyum tipis.
“Jadi,... bagaimana hasilnya?” tanya Lot.
“Negatif. Mereka bersih, sama sekali tidak ada
catatan khusus menyangkut pelanggaran dan lain-lain. Kalau aku, jadi Presiden
aku akan menominiasikan mereka sebagai warga teladan, sayang ajang penghargaan
itu sudah tidak banyak dibuat lagi oleh Presiden-presiden koloni kita. Aku saja
yang seorang Polisi... pernah kena tilang saat...,” Kapten Robinson menghentikan
celotehannya, lalu memandangi ekspresi Lot lekat-lekat. “Oh, maaf aku keterusan.....sudah
kebiasaan soalnya.”
“Tidak apa-apa, Kapten. Bagaimana dengan Istri
Jendral Takeda...? dia orang yang pertama menemukan Jenazah almarhum.,” Lot
bertanya ragu.
“Oh ya, tiga hari lalu seluruh rekaman CCTV
dan piranti perekam infra merah di Kepresidenan berhasil dianalisis. Hasilnya juga
negatif. Sakura punya alibi, karena dia berjam-jam di dapur membuat Salad dan
roti panggang. Satu-satunya rekaman yang menunjukan Sakura masuk ke kamar kerja
Jendral Takeda adalah saat dia menemukan jenazah almarhum.”
“Kamera di kamar kerja almarhum aktif saat
itu?” Lot bertanya penasaran.
“Sayangnya tidak. Kamera terdekat yg aktif
adalah kamera yang menyorot pintu kamar kerja Jendral Takeda. Sakura masuk,
lalu tidak sampai tiga menit kemudian keluar berteriak histeris memanggil
beberapa pegawai mereka.”
Lot menghela napas panjang. Dia bersyukur
dalam hati. Kapten Robinson kelihatan mau bersuara lagi, tapi Lot keburu
menyelanya.
“Hanya sekarang aku kebingungan, Kapten. Ternyata
ahli grafolog kita semakin banyak. Jumlahnya
sekarang sudah empat puluhan orang. Walaupun kelihatan agak tidak nyambung, mereka
semua memiliki kemungkinan berhubungan dengan kepresidenan.”
Robinson mengernyitkan keningnya sejenak.
“Artinya, kita mesti membatasi pencarian.
Kalau orang-orang yang sama sekali tidak berhubungan, hilangkan saja. Atau....
coba masukkan kata kunci pasukan Tabor. Siapa tahu.”
“Pasukan Tabor? Disini? Di Pariya???” Lot
kelihatan terkejut.
Pasukan Tabor adalah salah satu pasukan elite
Federasi. Mereka ditugaskan pada misi khusus seperti perang melawan ras lain,
eksplorasi planet asing dan semacamnya. Grafolog hanyalah salah satu
keterampilan yang dimiliki mereka. Orang-orang yang direkrut ke dalam pasukan
ini punya talenta khusus untuk menghafal secara cepat simbol dan tulisan.
Mereka digodok untuk menguasai ilmu bela diri tangan kosong maupun bersenjata. Mereka
menguasai teknologi terbaru dan dilatih untuk mengenal seluruh tanaman yang
pernah ditemukan di jagad raya. Penamaaan Pasukan Tabor berasal dari Planet
Tabor yang menjadi tempat berlatih mereka. Gaya gravitasinya lebih tinggi dari
rata-rata planet yang dihuni manusia. Oleh karena itu pada pertarungan di
planet yang gravitasinya normal, mereka jadi gesit sekali.
“Well,
ini saran gila saja. Tidak ada salahnya kan dicoba?” sahut Robinson.
Lot awalnya kelihatan ragu, tapi lalu dia mengangkat
bahu dan mengangguk kecil.
“Baik, Kapten. Kita lihat hasilnya nanti.
Terimakasih.....”
Tak lama kemudian percakapan mereka diakhiri.
Lot lalu berkomunikasi menggunakan holo-phone dengan salah satu stafnya yang
saat ini sedang lembur. Gambar hologram di depan Lot bergerak-gerak seiring
gerakan staf Lot. Dari stafnya itu, Lot meminta beberapa transmisi data lagi
dari database di Sekretariat Kepresidenan.
Tiba-tiba arloji digitalnya yang berlayar
lebar berpendar merah, pertanda ada pesan yang masuk. Lot pun mengecek pesan
tersebut dengan menekan beberapa tombol pada arlojinya. Dia mengernyitkan
dahinya. Itu pesan dari Sakura.
“Lot, ada orang yang mengawasi kediaman kami.
Bukan hanya satu dua orang. Aku sudah meminta tambahan pengawalan tapi entah, mengapa
aku masih merasa khawatir. Sepertinya mereka juga sedang mematai-matai segala
aktivitas kalian, termasuk jaringan komunikasi yang kalian gunakan. Bisakah
datang kemari segera? Tapi jangan sampai ada yang tahu kedatangan kamu. Aku
ingin merahasiakan pertemuan kita, karena ingin menyampaikan sesuatu yang
rahasia. Lewat di koridor 4, passwordnya 364-271. Aku tunggu sekarang ya. Hapus
pesan ini! Trims.”
Jantung Lot tiba-tiba berdetak kencang.
Refleks dia menuju ke sudut ruangan dan menyibak tirai jendelanya pelan-pelan.
Di luar sana nampak sepi. Kemudian setengah berlari dia menghidupkan salah satu
layar komputer yang terhubung dengan semua kamera pengawas di sekitar rumah.
Sama sepinya.
Dia pun cepat-cepat menuju ke kamar tidur untuk segera
mengganti pakaiannya. Dia harus segera menuju ke sektor D10 malam itu juga.
Komentar