Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sepatu bot Ares menapaki bangunan yang dinamai El Diablo oleh penduduk sekitar. Suasana
begitu hening. Bahkan angin pun seperti tak berani berembus.
Ketukan ujung sepatunya memantul samar di dinding-dinding
ruangan. Tetapi di telinga Ares, gema suara itu itu lebih mirip bisikan kebencian
dari bibir-bibir tak kasat mata. Dia duduk di atas kursi goyang yang sama
tuanya dengan bangunan itu.
“Semua peralatan sudah siap, Tuan!” seru seorang lelaki dari
balik pintu.
“Baik, Fernando. 15 menit lagi… Oh, ya. Panggil Sandra
kemari,” sahut Ares.
Lelaki yang dipanggil Fernando terhenyak sesaat sebelum
beranjak dari situ.
Ares adalah seorang paranormal tersohor. Kali ini dia
bersama tim diminta untuk membersihkan arwah-arwah penasaran yang menghuni bangunan
itu. Seorang taipan memberi imbalan besar untuk pekerjaan itu, kendati sebenarnya
Ares tidak pernah tertarik kepada uang.
***
Senja sudah menampakkan wajahnya yang sendu. Ares kini
berada di basement gedung utama.
Lusinan pria dengan tubuh setengah ceking terikat pasrah pada rantai-rantai
besi. Belasan yang lain lagi sedang menerima cambukan dari para mandor. Seruan-seruan
menyayat hati terdengar memekakkan telinga.
Tak ada yang menyadari kehadiran Ares. Kecuali… seorang pria
berjubah hitam di sudut ruangan. Keduanya beradu pandang.
Ares terkejut, “Apa maumu?” serunya.
“Aku yang harusnya bertanya begitu,” sahut pria itu dingin.
Lalu secepat kilat dia menghunus pedang panjang dari balik jubahnya.
***
Sandra berteriak panik sambil mengguncang-guncang tubuh Ares
di atas kursi goyang. Tidak ada reaksi sedikit pun.
“Apa dia tersesat?” ucap anggota tim yang lain.
“Entahlah. Tubuhnya membiru…”
“Sandra… lakukan sesuatu.”
“Dia terlalu jauh. Tapi.. aku akan mencobanya.”
Sandra pun duduk di atas kursi lainnya dan memejamkan mata.
***
Sandra menyusuri darah segar yang mengalir di lantai basement. Ketakutannya membuncah ketika
mendapati Ares bergelimang darah di lantai. Pikirannya kalut.
Bagaimana cara
mengembalikan jiwa yang sekarat seperti ini?
Dia pun menjerit pilu saat sebuah pedang panjang terayun
deras ke arahnya.
---
pertama kali ditayangkan di kompasiana.com dalam rangka event Fiksi Foto. photo by: @de5ol
Baca Juga:
Lin dan Ibu Peri
Baca Juga:
Lin dan Ibu Peri
Komentar
karya bagus, mas!
:)
Makasih ya sudah hadir