Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Saat matamu terpejam, tertidur dalam, dan jiwamu nyaris
menyentuh awan-awan, pandanglah ragamu yang rapuh di bawah sana. Dia terkapar
tanpa sekat dan tanpa perlindungan. Makhluk-makhluk malam sanggup mengendus
darah perawannya dari jarak puluhan mil. Mereka dengan senang hati mereguknya. Peri-peri
hitam pun bersembunyi menunggu lampu kamar dipadamkan sebelum memangsanya.
Tapi saat itu terjadi tak usah takut, toh jiwamu ada di atas
sini di antara langit. Mereka makhluk-makhluk yang menggerayangi bumi seperti
ular beludak. Mereka tidak bisa menyentuhmu.
Mari aku antar ke langit ke tujuh, tempat matahari tidak
pernah terbenam agar kamu tidak perlu takut lagi pada malam. Tempat tanpa raga
yang rapuh, hanya taman bunga untuk jiwa-jiwa yang memilih jalan keabadian. Tempat pelangi dapat berpendar tanpa menunggu
hujan menyapa lebih dahulu.
Lalu aku akan mengantarmu ke sungai kebijaksanaan tempat
setiap peri dan manusia menemukan arti dari nama-nama mereka. Kamu penasaran,
bukan?
Apa?
Kamu lebih memilih di bawah sana? Di tempat yang fana dan
penuh kepahitan? Di tempat malam berbagi tahta dengan siang?
Baiklah.
Kamu memang masih manusia sejati.
Dosa-lah yang membuat duniamu tetap berputar. Dan sayang
sekali, kamu tidak dapat menemukannya di atas sini.
---
ilustrasi gambar dari: pinterest.com
Baca Juga:
Musim Hujan Kali Ini
Komentar