Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Setelah COVID-19 Menyerang



Setelah Covid-19 menyerang, negara api banting setir jadi negara air, banyak yang tiba-tiba berubah. Politisi jadi ustad, ustad jadi dokter, dokter jadi selebritis. Ada lagi, mahasiswa jadi stokis masker.

Setelah Covid-19 menyerang, elite politik dan rakyat jelata saling tunjuk dengan mata melotot kemerahan. Elite menuding rakyat bodoh, sehingga perlu disetir-setir otaknya. Sedangkan rakyat menuding elite ngomong tidak jelas, seperti mobil pickup yang setirnya macet.

Setelah Covid-19 menyerang, mbah google jadi hafal manfaat curcumin untuk kesehatan. Jahe, kunyit, dan temulawak naik ke panggung spektakuler setelah bertahun-tahun hanya jadi penghuni laci lemari dapur. Mana tadi yang jadi stokis masker? Apa gak mau alih profesi jadi grosir jahe saja?

Setelah Covid-19 menyerang, tidak ada yang berubah di negeri ini. Semuanya masih seperti kemarin, penuh sensasi, kacau balau, tetapi penghuninya masih hobi saling menertawai. 
Eh, ada ding yang berubah! Kalau dulu bersin di depan umum orang-orang biasa saja, seperti lihat iklan sabun mandi numpang lewat, sekarang  kalau ada yang bersin di depan umum orang-orang jadi was-was seperti lihat iklan kondom di jeda film animasi anak.

Setelah Covid-19 menyerang, Maukah kamu menikah denganku? tanya babi 1 pada babi 2 di sebuah peternakan. Babi 2 hanya bisa menangis sedih karena teringat kekasihnya, babi 3, yang tiba-tiba berubah jadi kambing.  



gambar dari https: www.kompas.com

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Nakal

Komentar