Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Bangku gereja yang Berdebu



Sudah berminggu-minggu aku tak ke gereja
pintunya masih tertutup rapat 
kuyakin bangku-bangkunya mulai berdebu 
dan laba-laba mulai membuat rumah di sudut-sudut ruangannya. 



Dengarlah suara kesunyian 
tiada lagi melodi organ 
tiada lagi merdu pemazmur yang menyentuh kalbu 
pun tiada semarak perarakan imam dan misdinar 
saat lagu pembukaan misa dinyanyikan
Sesaat gereja mati suri.

Tapi di bawah kolong langit
sesungguhnya Gereja tidak pernah mati.

Mungkin gereja sedang sepi dan hampa
tapi Gereja selalu dinamis dan bertumbuh
Gereja selalu punya cara menyusun harmoni kehidupan.
Mungkin pintu gereja tertutup rapat
tapi pintu hati Gereja tetap terbuka 
mereka sedang menenun kabar gembira 
di rumah masing-masing.

Sudah berminggu-minggu aku dan Gereja tak ke gereja
tapi 
minggu, bulan atau tahun hanyalah hitungan fana, bukan?
Sampai saatnya tiba 
aku dan Gereja akan kembali memberi nyawa pada gereja. 



--- 

gambar dari https: travel.kompas.com

Baca Juga Fiksi Keren lainnya:

Manusia Bumi




Komentar