Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bau busuk menyengat memenuhi udara di kamar kos Randu. Mahasiswa hukum semester 4 itu baru saja tiba setelah hampir seharian menghabiskan tanggal merah di kawasan pelabuhan tua untuk menyalurkan hobi fotografinya.
Dia nyaris muntah mencium aroma mirip bangkai yang tiba-tiba menonjok penciumannya. Refleks, dia mundur untuk membiarkan bau buruk itu larut dengan udara dari luar kamar. Untunglah kiat itu cukup membantu. Beberapa saat kemudian aroma busuk tersebut tidak terlalu menyengat lagi.
Randu menyalakan lampu kamar dan mengedarkan pandangan. Tidak
ada tanda-tanda penyebab bau di seluruh kamar berukuran 4 x 5 tersebut.
Randu meletakkan tas kameranya di atas tempat tidur dan
cepat-cepat membuka jendela kamar yang terbuat dari kayu jati. Pemandangan dari
lantai dua rumah kos tersebut mestinya cukup menawan. Matahari senja di ufuk
barat kota sedang meninggalkan rona merah di langit. Tapi dengan aroma yang
menusuk indra penciuman, Randu tidak bisa menikmati pemandangan itu dengan puas.
Hampir satu jam berikutnya dihabiskannya dengan menelisik
seluruh kamar. Tidak ada titik yang luput dari pengamatannya. Kolong tempat
tidur, belakang lemari, belakang meja belajar, seluruh isi lemari pakaian sudah
dibongkarnya, bahkan laci-laci meja belajarnya juga dikeluarkan satu-satu,
takut ada bangkai cicak yang terjepit di situ.
Tapi nihil.
Sekujur tubuhnya sudah bermandi peluh, tapi sumber aroma
tidak sedap itu tidak juga ditemukan. Dia nyaris menyerah, sebelum tanpa
sengaja menengadah memandang langit-langit kamar.
Jangan-jangan ada bangkai tikus di atas plafon,
batinnya.
Dia ingat, salah satu petak plafon berbahan tripleks itu bisa
dibuka dari bawah. Dia pun bergegas mengganti kaos hitamnya yang sudah basah
kuyup dengan kaos yang lain, lalu keluar kamar untuk meminjam tangga dari bapak
kos.
Tidak sampai 15 menit kemudian, Randu dan bapak kos muncul.
Mereka masuk sambil menenteng tangga lipat. Bapak kos yang berusia kurang lebih
50-an tahun sudah mendengar cerita aroma aneh itu dari Randu. Jadi begitu
sampai di dalam kamar dia mencoba mengendus. Awalnya pelan saja, takut aroma
busuk itu juga akan membuatnya mual, tapi lama-lama gaya mengendusnya sudah
mirip anjing pelacak. Tapi tidak ada aroma yang aneh.
“Baunya memang sudah tidak sekuat tadi lagi, Pak, tapi masih
tercium ini. Bapak tidak cium?” tanya Randu membaca raut bapak kos.
“Tidak kok. Tapi, ya, saya cek saja. Siapa tahu
memang ada bangkai di atas sana. Ayo bantu pasang tangganya,” sahut bapak kos.
Tangga dipasang di pojok barat kamar. Walaupun berperut
buncit, bapak kos terlihat lincah memanjat tangga yang sudah ditegakkan. Pada
anak tangga ke tiga dari atas, kepala bapak kos sudah menyentuh plafon. Dengan
hati-hati dia mengangkat lembar tripleks dan menggesernya. Plafon di bagian itu
memang tidak ditutup mati. Sengaja, biar mudah memeriksa atau memperbaiki kerusakan
instalasi listrik jika terjadi.
Menggunakan lampu flash gawai dia menerangi seluruh pojok
ruangan di atas plafon. Tapi selain lapisan debu dan beberapa jalur kabel
listrik, di atas sana tidak ada apa-apa lagi. Bapak kos pun mengembalikan
posisi lembar plafon lalu turun kembali sambil menggeleng ke arah Randu.
Randu mengernyitkan kening. Tapi dia tetap membantu bapak
kos membereskan tangga.
“Tangganya biar disimpan di luar kamar saja dulu. Siapa tahu
baunya dari plafon kamar yang lain,” ucap bapak kos. Randu mengiyakan
---
Kamar kos di lantai dua berjumlah 5 kamar, dengan satu kamar
mandi, satu toilet dan tempat mencuci yang digunakan bersama.
Setelah membereskan kamar yang tadi agak berantakan. Randu keluar
kamar untuk mandi dan mengecek jemurannya. Lantai dua sedang sepi, karena
teman-teman kosnya belum ada yang kembali dari menikmati libur.
Setelah mandi, tubuhnya segar kembali. Ajaibnya, aroma busuk
di kamar juga sudah hilang entah ke mana.
Dia pun mengenakan pakaian, membuka laptop dan kamera, lalu melihat-lihat
kembali hasil jepretannya sepanjang hari untuk memilah foto-foto itu. Foto yang
bagus ditransfer ke hardisk laptop, yang kurang bagus dihapus. Beberapa
foto yang dianggapnya terbaik, dipermak lagi dengan aplikasi, tapi biasanya
sebatas menajamkan warna dan mengatur kontras saja.
Karena terlalu asyik, tanpa terasa waktu berlalu. Tahu-tahu dia
sudah menghempaskan diri ke atas tempat tidur karena sudah diserang rasa kantuk.
Baru beberapa saat memejamkan mata, tiba-tiba dia kembali
menciuma aroma busuk, persis yang mampir di penciumannya sore tadi. Dia pun
bangun dan cepat-cepat membuka jendela kamar.
Kali ini dia tidak perlu penasaran lama-lama. Begitu berbalik,
matanya langsung tertuju ke atas ubin di tengah-tengah kamar. Ada makhluk kecil
yang bergerak-gerak di situ. Randu mendekat dan langsung memastikan makhluk
kecil itu adalah belatung. Warnanya abu-abu kehitaman, kontras dengan warna
ubin yang putih bersih. Dari sinilah bau menyengat berasal.
Sambil menutup hidungnya Randu menghitung. Ada tujuh
belatung di situ dan pluk! bertambah jadi delapan. Satu baru saja jatuh
dari atas. Randu bergidik.
Dia menengadah dan memicingkan mata. Plafon di atas terlihat
utuh. Tapi dia ragu, mungkin saja ada celah kecil yang tidak terlihat jelas
dari bawah.
Dia teringat, tangga lipat masih ada di luar kamar, jadi dia
bergegas mengambilnya. Tidak sampai lima menit kemudian, tangga sudah berdiri
di bawah plafon yang bisa dibuka tutup.
Randu yang sudah mengenakan masker untuk menghalau bau menyengat
pun meniti anak tangga demi anak tangga dengan hati-hati. Setelah mengangkat
lembaran plafon dan menggesernya pelan-pelan, Randu mengambil gawai dari saku
celananya dan menyalakan lampu flash untuk menerangi ruang gelap di atas
plafon.
Tidak ada apa-apa. Eh?
Mata Randu membelalak. Sekujur tubuhnya mendadak kaku. Berjarak
sekitar tiga meter dari kepalanya, dia melihat seorang gadis berpakaian lusuh sedang
duduk bersila, tak bergerak sedikit pun. Wajah gadis itu terlihat sedih, tapi
matanya yang menghitam dan bola mata yang sayu membuatnya justru terlihat menyeramkan.
Randu ingin berteriak minta tolong tapi gerahamnya seperti
terkunci rapat. Tenggorakannya pun terasa sesak, sehingga tidak ada suara yang
bisa keluar sedikitpun. Sosok yang tadinya hanya duduk bergeming kini bergerak.
Merangkak perlahan-lahan menuju ke arah Randu.
Tubuh Randu yang tadinya kaku, entah mendapat kekuatan dari
mana kini mulai bisa digerakkan. Dia pun menjatuhkan gawai begitu saja
ke lantai dan berusaha turun secepatnya, tapi kaki kirinya terselip sehingga
keseimbangannya ambyar. Dia pun jatuh berdebum ke lantai.
---
Aroma menyengat tiba-tiba hilang. Randu terbangun dengan
napas tersengal-sengal.
“Sial!” umpatnya. Rupanya hanya mimpi. Dia meraih gawai yang
disimpan di sisi tempat tidur, tempat biasanya. Jam digital di layar gawai
menunjukkan angka 3.42.
Hanya mimpi. Tapi mimpi itu seperti benar-benar nyata.
Untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Dia turun dari tempat
tidur dan memandang seluruh lantai kamarnya. Tidak ada belatung atau mahluk apa
pun di atas situ.
Dia juga memandang langit-langit kamar. Semuanya nampak
seperti biasa.
Hanya mimpi.
---
Sekali setiap bulan, Randu bersama teman-temannya dari
komunitas fotografi biasanya mengunjungi tempat-tempat wisata lokal untuk
berburu pemandangan. Kali ini mereka mengunjungi sebuah pantai eksotik yang
berjarak satu jam perjalanan dari pusat kota.
Pantai itu masih perawan. Belum banyak jejak komersialisasi
di sana. Bahkan tidak ada tiket masuk khusus. Randu dan rombongan hanya
membayar biaya parkir kendaraan pada warga lokal yang menjaga areal masuk.
Sesampai di sana mereka pun berpencar mencari objek dan angle
favorit masing-masing. Randu memilih menyusuri bibir pantai yang sesekali
diseka buih ombak. Pandangannya dilemparkan jauh-jauh ke laut lepas dan
pulau-pulau kecil di sana.
Empat hari lalu, masalah belatung dan bau menyengat sudah
dituntaskan.
Setelah mendengar cerita Randu tentang mimpi anehnya, bapak
kos berinisiatif menghubungi salah satu orang pintar yang masih
terhitung keluarga jauhnya.
Orang pintar itu diminta menerawang rumah kos khususnya
kamar Randu dan … ternyata benar. Ada makhluk halus yang menghuni kamar itu.
Menurutnya, roh gadis yang meninggal karena kecelakaan itu adalah roh nyasar
yang dibawa angin dan terperangkap di kamar Randu. Berbekal ilmu yang
dimilikinya, makhluk tidak kasat mata itu pun berhasil dikeluarkan dari kamar
Randu dan rumah kos-kosan.
Setelah itu memang Randu tidak merasakan gangguan apa-apa
lagi.
Setelah puas mengambil gambar, Randu kembali bergabung
dengan teman-temannya yang sudah bersantai ria di lapak penjual es kelapa muda.
Dia kembali membuka galeri kamera untuk mengamati puluhan hasil jepretannya.
Pemandangan laut, pantai, sejumlah foto makro, hasilnya cukup memuaskan.
Randu mengernyitkan kening. Seingatnya, tidak ada model satu
pun dalam semua foto yang diambilnya. Tapi pada salah satu foto, nampak seseorang
berdiri di antara pohon kelapa. Orang itu menghadap kamera, tapi wajahnya
kurang nampak karena diambil dari jauh. Randu pun membesarkan gambar untuk
melihat lebih jelas siapa gerangan model dadakan itu, apakah warga lokal atau
salah satu kawannya yang tanpa sengaja tertangkap kamera?
Seorang gadis ternyata. Matanya membelalak. Dia tidak
mungkin lupa raut wajah itu, juga tatapan sayu itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak
kencang dan bulu kuduknya berdiri tegak.
Baca Juga Fiksi Keren lainnya:
Komentar
agen terbesar dan terpercaya di indonesia
segera daftar dan bergabung bersama kami.
Whatshapp : +85515373217 :-* (f)