Fiksi Pilihan

Nada Tinggi Belum Tentu Marah

  Di ruang persiapan, tuan presiden dalam balutan batik kontemporer sekali lagi memandang naskah pidatonya dan memberi perhatian pada tanda-tanda baca warna-warni yang bertebaran di sepanjang naskah.

Candu

 


Bila bersamamu … 
aku bisa berselancar sesuka hati
menikmati pesonamu
di antara satu tarikan napas dan tarikan napas lainnya. 
Di antara satu kedipan dan kedipan lainnya 
aku bisa memandang sepuasnya semesta di matamu.

Jadi
beberapa hela napas 
beberapa kedip mata
beberapa detak jantung
beberapa patah kata
sudah cukup 
untukku.

Tidak perlu terlalu lama
atau kamu akan jadi candu
untukku. 


---

Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar dari pixabay.com 


Baca Juga Fiksi Keren lainnya:








Komentar