Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Menulis fiksi adalah sebuah seni. Karya fiksi adalah perpaduan antara ide, keindahan, imajinasi dan emosi penulisnya. Masalah-masalah yang sedang aktual atau opini penulis pun dapat disajikan kepada pembaca dalam kemasan karya fiksi.
Saya sendiri lebih sering memilih fiksi sebagai media
menyampaikan pemikiran karena dalam karya fiksi kita bisa bermain kata-kata
dengan bebas, bisa mengeksplorasi banyak gaya bahasa, alur penulisannya bisa
dibolak-balik sesuka hati dan tidak terlalu terikat dengan struktur penulisan
yang kaku seperti tulisan non-fiksi.
Walaupun karya fiksi nampaknya lebih mudah dan lebih
fleksibel, namun bagi seorang penulis, genre apapun itu, menulis itu sama saja
seperti seorang petani. Seorang petani bekerja menggarap lahan sebaik-baiknya untuk
menghasilkan panenan yang baik. Agar dapat bekerja, seorang petani harus
memiliki tenaga prima, jadi harus cukup makan dan minum. Asupan makanan dan
minuman ini diubah menjadi energi oleh tubuh yang selanjutnya digunakan untuk
menggarap lahan, menumbuhkan tanaman sampai berbuah dan petani tersebut serta
orang lain menikmati hasil panennya.
Seorang penulis pun membutuhkan asupan “makanan dan
minuman” ide yang diperolehnya dari pengalaman, referensi atau sumber ide
lainnya. Ide ini yang kemudian diendapkan di dalam pemikirannya, diolah kembali
dan disajikan kepada para pembacanya.
Kadang dalam interaksi antar sesama penulis di media
sosial, beberapa teman mengatakan untuk sementara waktu berhenti menulis dulu.
Alasannya karena lagi blank, atau
belum ada ide. Ada juga yang mengatakan mood
menulis belum datang. Walaupun sebenarnya menurut saya, ide menulis itu bisa
jadi salah satu moodbooster.
Salah satu kemudahan menulis fiksi adalah ide bisa dengan
mudah datang dari mana saja. Kita hanya perlu mengasah kepekaan mengubah
hal-hal disekitar kita menjadi ide. Percakapan remeh temeh dengan teman pun
bisa jadi ide untuk tulisan fiksi. Berikut saya membagikan beberapa sumber ide
menulis fiksi berdasarkan pengalaman pribadi:
1. Pengalaman.
Pengalaman pribadi, mulai dari pengalaman yang biasa-biasa saja sampai
pengalaman yang luar biasa adalah sumber ide yang paling mudah dituangkan ke
dalam karya fiksi. Kita tidak perlu berusaha ekstra membangun deskripsi karena
kita sendirilah yang mengalaminya. Misalnya kita baru saja merayakan pernikahan
dan akan menulis sebuah cerpen yang setting-nya
adalah suasana pernikahan. Kita pasti akan lebih mudah membangun alur dan memberi
kesan kuat dalam cerpen kita, karena mendasarkan cerpen tersebut pada
pengalaman. Sebagai contoh, simak puisi Pasar Sore ini, sebuah puisi tentang
pasar rakyat yang saya tulis dari pengalaman.
2. Berita. Peristiwa-peristiwa
aktual bisa menjadi salah satu sumber ide yang menarik untuk cerita fiksi. Kita
hanya butuh imajinasi tambahan untuk mengubah berita tersebut menjadi fiksi. Ruang
antara kisah aktual dan imajinasinya silakan diatur sesuai selera. Kelebihan
dari tulisan fiksi yang diangkat dari berita aktual adalah dengan kata kunci
yang tepat, tulisan kita bisa jadi memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
karena pasti akrab dengan mesin pencari. Contoh cerpen saya yang terinspirasi
dari berita adalah Sianida yang saya buat saat sidang Jessica sedang jadi
perhatian masyarakat, juga ada cerpen Badrun pun Ogah Makar yang saya buat pasca
penangkapan beberapa orang terkait isu makar beberapa waktu lalu.
3. Tulisan orang lain.
Tulisan orang lain baik tulisan fiksi maupun non-fiksi, status media sosial
sampai chat pribadi dengan seseorang bisa
jadi sumber inspirasi untuk menulis fiksi. Seperti halnya tulisan non-fiksi,
tulisan fiksi yang kita buat bisa untuk menguatkan, menyanggah atau
mengembangkan ide dalam tulisan orang lain tersebut. Melalui tulisan orang lain
kita juga jadi bisa mengetahui pengalaman orang lain yang belum kita alami
sendiri. Misalnya kita ingin menulis tentang kisah sintas seorang mantan
pengguna narkoba, sementara kita sendiri bukan pengguna atau mantan pengguna
narkoba, kita bisa meramu bahan-bahan membuat fiksi kita dari tulisan orang lain
yang sudah mengalaminya.
4. Gambar. Saat ini kita dapat
dengan mudah menemukan gambar menarik yang dapat dijadikan sumber ide menulis. Ungkapan
“satu gambar seribu makna”, kita ubah menjadi “satu gambar seribu kata”.
Artinya sebuah gambar dapat kita interpretasikan sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah tulisan. Saya sendiri kadang-kadang melakukannya. Seperti sebuah
cerpen berjudul Matahari Pilek yang terinspirasi dari hasil membuat doodle iseng. Prinsip ini berlaku pula
untuk media lainnya seperti animasi, video dan lain-lain.
5. Suasana hati.
Seorang yang sedang jatuh cinta bisa
tiba-tiba menjadi pujangga. Kata-kata sanjung puja tumpah ruah dari pikiran begitu
saja seperti air mengalir. Begitu pula saat sedang marah, sumpah serapah bisa
tiba-tiba saja dengan lancar kita ungkapkan. Emosi apapun, entah itu cinta,
bahagia, sedih, marah dan emosi lainnya memerlukan media penyaluran, bisa lewat
benda seperti bunga, kartu ucapan atau melalui media lainnya seperti chat bahkan status media sosial. Jika kita
seorang penulis, tidak ada salahnya mengungkapkan suasana hati tersebut lewat
tulisan. Karya yang paling sesuai untuk mengungkapkan suasana hati biasanya memang
puisi. Tapi karya lainnya seperti cerpen, cermin, bahkan pantun juga tetap bisa
jadi cara mengungkapkan suasana hati. Ini contoh karya saya yang berawal dari mood dan dituangkan dalam bentuk puisi. Ladang Ubur-ubur dan Ujung Malam.
-------
Tayang pertama kali di Kompasiana | ilustrasi gambar oleh Robert Stoma dari pixabay.com
Komentar