Fiksi Pilihan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pernahkah anda membaca novel atau cerpen lalu menjumpai ending yang tak terduga? Misalnya tokoh yang sejak awal anda anggap sebagai tokoh protogonis pada akhirnya malah terbukti sebagai tokoh antagonis yang menjadi penyebab semua masalah. Atau jawaban dari sebuah misteri yang mewarnai seluruh cerita ternyata terletak pada hal-hal sepele yang tidak anda pikirkan sejak awal?
Nah, seperti itulah plot twist
bekerja. Twist dalam bahasa inggris
berarti puntiran atau memuntir. Jadi plot
twist dapat didefinisikan sebagai cara memuntir alur sebuah cerita untuk
membuat pembaca tidak dapat menduga arah cerita tersebut. Plot yang tidak bisa
ditebak membuat pembaca kerasan membaca karya tersebut hingga akhir. Memang,
daya tarik sebuah cerita akan berkurang jika pembaca sudah bisa menerka akan ke
mana arah cerita tersebut: bagaimana konfliknya, bagaimana ending-nya, apa yang akan terjadi dengan tokoh protogonis,
antagonis dan seterusnya.
Bahkan dengan plot twist yang
dahsyat, pembaca bisa terperangah setengah mati karena “terhempas” pada
kenyataan yang berbeda dari yang dibayangkan, sampai merasa dikibuli oleh
penulis. Banyak yang kemudian malah memutuskan membaca ulang seluruh cerita
karena geregetan.
Ada beberapa jenis plot twist,
misalnya Anagnorisis, Deus Ex-machina, Unreliable Narrator, Chekov’s
Gun, Red Herring, Non-linear Narrative dan sebagainya.
Silakan bertanya pada mbah google
untuk mengetahui definisi setiap jenis plot
twist di atas.
Pada artikel ini kita akan mengulik satu jenis plot twist secara khusus yaitu Red
Herring.
Secara harafiah red herring
berarti ikan herring merah. Biasa menjadi ungkapan untuk sesat pikir atau sesat
logika yang mengalihkan perhatian dari permasalahan utama dengan taktik
tertentu. Nah dari sinilah nama red herring
digunakan untuk rujukan bagi plot twist
ini.
Red herring adalah jenis plot twist yang biasa digunakan pada
kisah misteri, cerita detektif dan genre sejenis untuk mengecoh pembaca dengan
petunjuk-petujuk palsu. Ini membuat kesimpulan pembaca menjadi bias sehingga
dengan mudah plot dapat dipelintir.
Pertanyaannya, bagaimana kiat membangun cerita kita agar red herring yang kita gunakan manjur
atau berhasil? Mari melihat unsur-unsur cerita yang dapat menjadi senjata kita
membangun plot twist tersebut.
Tokoh
Menurut saya cara membangun plot
twist yang paling mudah ada pada “tokoh” cerita. Red herring dapat dimasukkan pada saat membangun karakter tokoh
dalam cerita kita. Bagaimana membangun sifat-sifat seorang tokoh sehingga
pembaca tidak menduga jika pada akhirnya tokoh protogonis menjadi antagonis
atau sebaliknya. Bisa juga penokohan dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca
tidak menduga tokoh yang semula nampak tidak memiliki peran besar dalam alur
ternyata menjadi tokoh penting pada saat cerita mencapai klimaks atau ending.
Cara lain adalah tidak menampakkan semua sifat atau karakter dari
tokoh-tokoh dalam cerita kita ke permukaan. Ada sebagian yang disembunyikan
dari pembaca, untuk ditampilkan pada saatnya tiba.
Komunitas fiksiana pernah menggelar ajang kolaborasi beberapa penulis
fiksi yang menulis cerpen secara estafet hingga menjadi sebuah kisah yang lengkap.
Pada akhirnya rangkaian cerita tersebut menjadi sebuah buku bertajuk “Malam
Bulan Mati, Balkon dan Ciuman”. Di Kompasiana masih ada jejak rangkaian
cerpennya. Silakan disimak (bisa mulai dibaca dari sini) untuk membayangkan
bagaimana karakter dapat menjadi senjata ampuh untuk membangun plot twist yang dahsyat.
Tentu pada contoh di atas alur dan penentuan karakter setiap tokoh sangat
kompleks karena kisahnya dirangkai oleh banyak penulis, bahkan kadang ada double plot twist di sana. Untuk latihan,
bisa dimulai dengan versi yang lebih sederhana.
Identitas
Ini sebenarnya masih cukup dekat dengan pembahasan “tokoh” di atas.
Hanya saja jika di atas kita bicara karakter dan sifat-sifat yang ada pada
tokoh, pada “identitas” kita menggunakan identitas tokoh dalam cerita menjadi
petunjuk palsu untuk mengecoh pembaca. Misalnya tokoh yang dipikir sudah
meninggal, ternyata karena keberuntungan tidak jadi meninggal dan muncul
kembali pada saat yang tidak diduga-duga. Atau tokoh yang kita tampilkan
ternyata memiliki peran ganda, seorang pemain piano klasik sekaligus seorang
mata-mata, atau pialang saham yang ternyata memiliki side job sebagai pembunuh bayaran.
Identitas utama ditampilkan sebagai pengecoh sedangkan peran yang
tersembunyi merupakan bagian dari plot
twist.
Bisa juga tokoh yang ditampilkan ternyata identitasnya tidak seperti
yang dibayangkan pembaca. Silakan membaca cerpen Zanitha sebagai contohnya. Ini
cerpen yang bertema objectophilia, bukan
cerpen misteri tapi bisa jadi contoh untuk membantu kita memahami pembahasan identitas
ini.
Motif
Benefit yang dimiliki penulis sebelum menayangkan karyanya adalah hanya
penulis yang mengetahui persis apa yang ada dalam benak tokoh-tokoh dalam
karyanya. Ini memberi kesempatan pada penulis untuk menyimpan sebagian informasi
tersebut sampai waktunya tiba. Penulis cukup memberi petunjuk samar-samar atau
yang biasa disebut foreshadowing kepada
pembaca, atau malah tidak sama sekali (tapi cara yang terakhir ini cukup
ekstrim, jangan sampai cerita kita jadi terkesan terlalu mengada-ada).
Misalnya terjadi kasus pembunuhan dan pembaca tidak memiliki clue kalau pelaku adalah orang terdekat si
korban yang malah sepanjang cerita terkesan membantu pihak kepolisian mencari
fakta tentang pembunuhnya.
Hal ini terjadi karena pelaku memiliki motif membunuh yang tidak
diketahui semua orang (termasuk pembaca), misalnya: dendam masa lalu, atau
korban mengetahui kesalahan fatal pelaku dan lain-lain. Petunjuk yang diberikan
pun bisa saja saling berhubungan dan bahkan jika penulis berani, mengarahkan
petunjuk pada pelaku sebenarnya, tapi karena penyangkalan dan ada bukti lain
(sebagai pengecoh), asumsi ini bisa dimentahkan.
Pembaca tidak bisa menyimpulkan sendiri karena tidak mengetahui motif tersebut
sampai pada saatnya nanti penulis membuat tabir gelap itu terang benderang.
Sebagai contoh kecil bermain dengan motif dalam membangun plot twist bisa dilihat pada cerpen
Jejak-jejak Demon ini.
Nah pembaca sekalian, demikian contoh unsur-unsur dalam cerita yang bisa
digunakan untuk membangun plot twist
bertipe red herring. Kesimpulannya, dalam
membuat red herring plot twist, tugas
penulis adalah merangkai petunjuk-petunjuk sedemikian rupa dalam jalinan cerita
untuk membuat pembaca terjebak pada kesimpulan yang salah.
Dalam cerita yang lebih panjang, malah kadang dibutuhkan lebih dari satu
jenis plot twist untuk membangun keseluruhan
cerita. Untuk itu berlatihlah menggunakan teknik foreshadowing agar setelah pelintiran plot yang mengejutkan, pembaca
tetap merasa seluruh cerita masuk akal sambil bergumam “Ah, iya ya. Kok tidak kepikiran
bakal seperti ini ceritanya?”
Salam Fiksi.
gambar dari https: freepik.com
Pertama kali tayang di Kompasiana.
Baca Juga Artikel Keren lainnya:
Belajar Kehidupan di Eternal Forseti
Komentar